IMPERIALISME
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen
Pengampuh Dr. Suranto,
M.Pd
Oleh
EVIE
EKA YULIATI (120210302105)
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah bersedia membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah dengan judul “IMPERIALISME”
dapat berjalan dengan lancar tanpa
ada halangan suatu apapun. Perencanaan, pelaksanaan dan
penyelesaian makalah sebagai salah satu tugas matakuliah Sejarah
Intelektual.
Penulisan makalah ini berdasarkan
literatur yang ada. Penyusun menyadari akan kemampuan yang sangat terbatas
sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya. Namun, makalah yang
disajikan sedikit banyak bermanfaat bagi penyusun khususnya dan mahasiswa lain
pada umumnya.
Penyusun juga menyadari penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan hati terbuka penyusun
menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah tersebut.
Jember, Oktober
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
BAB 1
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB 2
PEMBAHASAN ........................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Imperialisme...................................................................
3
2.2 Perkembangan Imperialisme..................................................................
5
2.3 Perkembangan Imperialisme di Indonesia.............................................
10
2.4 Setuju atau Pro terhadap Imperialisme..................................................
15
BAB III
PENUTUP .................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 17
3.2 Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................. 18
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Imperialisme
berasal dari kata imperare, yang artinya daerah kekuasaan raja, imperialisme
merupakan suatu paham yang bertujuan menjajah negara lain guna mendapatkan
kekuasaan dan keuntungan. Imperialisme kuno terjadi sebelum revolusi industri
dengan tujuan mendapatkan logam mulia (gold), mendapatkan kejayaan bangsa
(glory), dan menyebarkan ajaran Alkitab (gospen). Imperialisme modern yang
terjadi pascarevolusi industri memiliki 3 (tiga) tujuan, sebagai berikut.
1. Mendapatkan
daerah penghasil bahan baku industri.
2. Mendapatkan
daerah pemasaran bahan industri.
3. Mendapatkan
daerah untuk investasi jangka panjang.
Latar
Belakang Masuknya Bangsa Eropa ke Negara-negara Bagian Timur
Jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani menjadi titik akhir kekuasaan Kerajaan Romawi Timur. Kondisi tersebut menyebabkan tertutupnya perdagangan di Laut Tengah bagi orang-orang Eropa. Bangsa Turki menjalankan politik yang mempersulit perdagangan Eropa beroperasi di daerah kekuasaannya. Keadaan seperti ini menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dengan Eropa menjadi mundur, sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa, terutama rempah-rempah.
Jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani menjadi titik akhir kekuasaan Kerajaan Romawi Timur. Kondisi tersebut menyebabkan tertutupnya perdagangan di Laut Tengah bagi orang-orang Eropa. Bangsa Turki menjalankan politik yang mempersulit perdagangan Eropa beroperasi di daerah kekuasaannya. Keadaan seperti ini menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dengan Eropa menjadi mundur, sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa, terutama rempah-rempah.
Berikut
faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan penjelajahan samudra
pada akhir abad ke-16.
1.
Jatuhnya Kota Konstantinopel tahun 1453
ke tangan penguasa Turki Usmani dalam Perang Salib yang menyebabkan tertutupnya
jalur perdagangan bagi orang-orang Eropa, dan mengakibatkan tingginya harga
rempah-rempah.
2.
Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia
Timur, yaitu perjalanan kembalinya Marco Polo dari negara Cina melalui
pelayaran atau lautan.
3.
Penemuan Copernicus yang didukung oleh
Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.
4.
Penemuan kompas (penunjuk arah mata
angin).
5.
Semangat Reconquista, yaitu semangat
pembalasan terhadap kekuasaan Islam di mana pun yang dijumpainya.
Dengan
berlatar belakang inilah bangsa-bangsa Barat melakukan penjajahan samudra, yang
dipelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis, serta diikuti oleh Belanda,
Inggris, Prancis, dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Bagaimanakah
Konsep Dasar dari Imperialisme?
2)
Bagaimanakah
Sejarah Perkembangan Imperialisme?
3)
Bagaimanakah
Perkembangan Imperialisme di Indonesia?
4)
Setuju atau
tidakkah terhadap adanya Imperialisme dalam suatu negara?
1.3 Tujuan
1)
Untuk megetahui
Konsep Dasar dari Imperialisme
2)
Untuk memahami
Sejarah Perkembangan Imperialisme
3)
Untuk mengetahui
dan memahami Perkembangan Imperialisme di Indonesia
4)
Untuk mengetahui
Setuju atau tidakkah terhadap adanya Imperialisme dalam suatu negara
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Imperialisme
Perkataan
imperialisme berasal dari kata Latin "imperare"
yang artinya "memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang
diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator".
Yang lazimnya diberi imperium
itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu kebesaran
seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin selalu
memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah
yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah
dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat
arti-kata yang kita kenal sekarang ini. hingga kata imperealisme ini bisa
digunakan untuk dan menetap dimana saja.
Imperialisme ditinjau dari segi
etimologis berasal dari kata Latin imperare
yang artinya memerintah atau menguasai. Kekuasaan untuk memerintah (imperare) disebut imperium dan raja yang memerintah
disebut imperator. Pada periode
penaklukan kebesaran seorang raja diukur berdasarkan luas daerahnya, maka raja
suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara
lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme, dan selanjutnya
berkembang pengertian lain sebagaimana yang kita kenal sekarang ini.
Imperialisme menurut isitilah (terminologis) ialah politik menguasai negara
lain untuk kepentingan negara penjajah.
Imperialisme
berasal dari kata imperare, yang artinya daerah kekuasaan raja, imperialisme
merupakan suatu paham yang bertujuan menjajah negara lain guna mendapatkan
kekuasaan dan keuntungan. Imperialisme kuno terjadi sebelum revolusi industri
dengan tujuan mendapatkan logam mulia (gold), mendapatkan kejayaan bangsa
(glory), dan menyebarkan ajaran Alkitab (gospen). Imperialisme modern yang
terjadi pascarevolusi industri memiliki 3 (tiga) tujuan, sebagai berikut.
a. Mendapatkan
daerah penghasil bahan baku industri.
b. Mendapatkan
daerah pemasaran bahan industri.
c. Mendapatkan
daerah untuk investasi jangka panjang.
Imperialisme
ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan
diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya.
"Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan
senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi,
kultur,
agama
dan ideologi,
asal saja dengan paksaan. Imperium
disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat
berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Apakah
beda antara imperialisme dan kolonialisme ?
Imperialisme ialah politik yang dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme
ialah politik yang dijalankan mengenai suatu koloni,
sesuatu bagian dari imperium
jika imperium itu merupakan
gabungan jajahan-jajahan.
Sebab-sebab Imperialisme
a.
Keinginan
untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia (ambition, eerzucht). Tiap bangsa
ingin menjadi jaya. Tetapi sampai dimanakah batas-batas kejayaan itu ?
Jika suatu bangsa tidak dapat mengendalikan keinginan ini, mudah bangsa itu menjadi
bangsa imperialis. Karena itu dapat dikatakan, bahwa tiap bangsa itu mengandung
benih imperialisme.
b.
Perasaan
sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa istimewa di dunia ini (racial superiority). Tiap bangsa
mempunyai harga diri. Jika harga diri ini menebal, mudah menjadi kecongkakan
untuk kemudian menimbulakan anggapan, bahwa merekalah bangsa teristimewa di
dunia ini, dan berhak menguasai, atau mengatur atau memimpin bangsa-bangsa
lainnya.
c.
Hasrat
untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan imperialisme. Tujuannya
bukan imperialisme, tetapi agama atau ideologi. Imperialisme di sini dapat
timbul sebagai "bij-product"
saja. Tetapi jika penyebaran agama itu didukung oleh pemerintah negara, maka
sering tujuan pertama terdesak dan merosot menjadi alasan untuk membenarkan
tindakan imperialisme.
d.
Letak
suatu negara yang diangap geografis tidak menguntungkan. Perbatasan suatu
negara mempunyai arti yang sangat penting bagi politik negara.
Sebab-sebab
ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan sebab yang terpenting dari
timbulnya imperialisme, teistimewa imperialisme modern.
a.
Keinginan
untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
b.
Ingin
ikut dalam perdagangan dunia
c.
Ingin
menguasai perdagangan
d.
Keinginan
untuk menjamin suburnya industri
2.2 Perkembangan Imperialisme
Imperialisme ialah sebuah (kebijakan)
di mana sebuah negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan
atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh
imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan
atau menempati tanah-tanah itu. Perkataan Imperialisme pertama kali Inggris
pada akhir abad XIX. Disraeli,
perdana menteri Inggris,
ketika itu menjelmakan politik
yang ditujukan pada perluasan kerajaan
Inggris
hingga suatu "impire"
yang meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli ini mendapat oposisi yang kuat.
Golongan oposisi takut kalau-kalau politik Disraeli itu akan menimbulkan
krisis-krisis internasional. Karena itu mereka menghendaki pemusatan perhatian
pemerintah pada pembangunan dalam negeri dari pada berkecipuhan dalam sola-soal
luar negeri. Golongan oposisi ini disebut golongan " !" dan golongan Disraeli (Joseph Chamberlain,
Cecil Rhodes) disebut golongan "Empire" atau golongan
"Imperialisme". Timbulnya perkataan imperialis atau imperialisme,
mula-mula hanya untuk membeda-bedakan golangan Disraeli dari golongan
oposisinya, kemudian mendapat isi lain hingga mengandung arti seperti yang kita
kenal sekarang.
Jatuhnya
Kota Konstantinopel ke tangan kekuasaan Turki Usmani menjadi titik akhir
kekuasaan Kerajaan Romawi Timur. Kondisi tersebut menyebabkan tertutupnya
perdagangan di Laut Tengah bagi orang-orang Eropa. Bangsa Turki menjalankan
politik yang mempersulit perdagangan Eropa beroperasi di daerah kekuasaannya.
Keadaan seperti ini menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dengan Eropa
menjadi mundur, sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang
Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa, terutama rempah-rempah.
Berikut
faktor-faktor yang mendorong orang-orang Eropa mengadakan penjelajahan samudra
pada akhir abad ke-16.
a. Jatuhnya
Kota Konstantinopel tahun 1453 ke tangan penguasa Turki Usmani dalam Perang
Salib yang menyebabkan tertutupnya jalur perdagangan bagi orang-orang Eropa,
dan mengakibatkan tingginya harga rempah-rempah.
b. Kisah
perjalanan Marco Polo ke dunia Timur, yaitu perjalanan kembalinya Marco Polo
dari negara Cina melalui pelayaran atau lautan.
c. Penemuan
Copernicus yang didukung oleh Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.
d. Penemuan
kompas (penunjuk arah mata angin).
e. Semangat
Reconquista, yaitu semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam di mana pun
yang dijumpainya.
Dengan
berlatar belakang inilah bangsa-bangsa Barat melakukan penjajahan samudra, yang
dipelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis, serta diikuti oleh Belanda,
Inggris, Prancis, dan sebagainya.
Imperialisme
adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan
kekuasaan dan keuntungan sepihak yang lebih besar. Adanya Revolusi Industri,
banyak ditemukan penemuan-penemuan baru yang sangat berguna bagi kemajuan
peradaban ekonomi dunia yang berawal dari bangsa Eropa. Dengan kemajuan
tersebut, maka bangsa Eropa mulai berpikir untuk memproduksi barang sebanyak
mungkin yang akhirnya ia harus mencari bahan mentah dan pasar untuk menjual
hasil produksinya.
Maka
dari itu pemerintah Eropa melakukan ekspedisi untuk mencari daerah jajahan
seluas mungkin, termasuk juga daerah Indonesia yang menjadi salah satu daerah
jajahan bangsa Eropa. Latar Belakang Kedatangan Orang Orang Eropa ke Dunia
Timur Peristiwa-peristiwa
penting terjadi di Eropa yang berakibat tumbuh dan berkembangnya kolonialisme
dan imperialisme. Bangsa Eropa (Barat) menjelma menjadi pelaku dan bangsa yang
berada disebelah Timur menjadi objek sasarannya. Adapun peristiwa-peristiwa
penting tersebut adalah : Reformasi Gereja (abad ke 16-17), Merkantilisme,
Revolusi Perancis(1789) dan Revolusi Industri(1780).
1. Reformasi Gereja.
Secara umum Reformasi berasal dari
bahasa latin. Re (kembali) dan formare (membentuk) yang dimaksud adalah
membentuk struktur ulang pola kehidupan masyarakat. Secara khusus,
reformasi merupakan sejarah bangsa Barat untuk melakukan pembaharuan dan
semangat baru dalam kehidupan keimanan umat katolik. Gerakan reformasi gereja
muncul setelah para pemimpin gereja melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan
ajaran kitab injil. Salah seorang tokoh yang mengancam kebijakan gereja adalah
seorang pastor yang merangkap guru besar di Universitas Wittenberg di Sachesen
(Jerman) bernama Martin Luther pada abad ke 16. Didukung oleh John Calvin,
Veter Valdes dari Perancis, Jan Huss dari Bomemia dan John Wycliffe dari
Inggris. Akibat reformasi gereja dalam agama Nasrani muncul kelompok aliran
baru yang disebut prostestan. Selanjutnya muncul gerakkan kontra reformasi yang
kemudian berlanjut terjadi perang antar agama antara negara penganut protestan
dan katolik.
2. Merkantilisme.
Pengertian Merkantilisme adalah
suatu kebijakan politik ekonomi negara imperialis yang bertujuan untuk menumpuk
kekayaan berupa logam mulia sebanyak-banyaknya sebagai ukuran kekayaan,
kesejahteraan dan kekuasaan. Berawal dari penjelajahan samudra, hubungan luar
negeri antara negara Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis dan Belanda)
menjadi luas melalui jalur perdagangan di Samudra Atlantik. Keuntungan
diperoleh negara-negara tersebut. Dalam perdagangan mereka sudah
menggunakan uang. Pada saat berlakunya politik merkantilisme abad ke-16 – 18
uang sama nilainya dengan emas. Gerakan merkantilisme mendorong lahirnya
imperialisme kuno, yaitu ambisi untuk mencari daerah jajahan dengan tujuan
menguasai perdagangan secara monopoli. Dalam perkembangan selanjutnya banyak
negara Eropa membentuk persekutuan dagang, contohnya VOC oleh Belanda, EIC oleh
Inggris dan Kompeni Dagang Hindia Barat oleh Perancis.
3. Revolusi Perancis.
Revolusi Perancis adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam system kekuasaan pemerintahan negara dan
masyarakat Perancis dari system pemerintahan yang bersifat monarkhi absolut
menjadi system demokrasi. Meletusnya Revolusi Perancis disebabkan oleh beberapa
factor, yang tergolong kedalam sebab umum dan sebab khusus.
Sebab Umumnnya yaitu Adanya
kepincangan dalam kehidupan masyarakat Perancis. Sebelum terjadi Revolusi,
masyarakat Perancis terdiri dari tiga golongan, yaitu : Golongan I, terdiri
dari pimpinan gereja katolik, Golongan II, terdiri dari kaum bangsawan,dan Golongan
III, terdiri dari rakyat jelata, dengan perbedaan hak dan kewajiban dari
golongan I dan II. Sebab yang kedua adalah Pengaruh Rasionalisme. Rasionalisme
adalah paham yang menerima kebenaran hanya berdasarkan oleh akal. Puncak
kekuasaan raja yang absolut terjadi pada saat pemerintahan raja Louis XIV (1643
– 1715) yang terlihat dari ucapannya L’etat c’est moi, artinya negara adalah
saya. Dengan ucapannya, raja menempatkan dirinya sebagai pusat
segala-galanya. Keadaan seperti ini menyebabkan munculnya gerakan yang
menentang kedudukan raja, diantaranya adalah John Locke, Montesquieu, Jean
Jacquest Rousseou. Sebab umum yang terakhir adalah Pengaruh Kemerdekaan Amerika
Serikat, Pasukan Perancis dibawah pimpinan Jenderal Lafayette yang baru kembali
dari membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Amerika, setelah sampai di Perancis
berhadapan kembali dengan hal-hal yang bertentangan dengan Declaration of
Independence
Sebab Khususnya yaitu Kebencian
rakyat terhadap penghamburan uang negara yang dilakukan Marie Antoinette,
permaisuri Raja Louis XVI beserta putra putri istana lainnya. Revolusi Perancis
berlangsung secara bertahap yang diawali dengan penyerbuan benteng Penjara
Bastille, lambang kekuasaan dan kesewenang-wenangan raja pada 14 Juli 1789.
Sejak itu pemerintahan berada dibawah kekuasaan golongan ketiga. Selanjutnya
revolusi berlangsung selama 15 tahun, terbagi kedalam tahap :
a. Masa Dewan Konstituante (1789 –
1791)
b. Masa Legislatif (1791 – 1792)
c. Masa Konvensi Nasional (1792 – 1795)
d. Masa Directoire (1795 – 1799)
e. Masa Konsulat (1799 – 1804)
Berdasarkan waktu munculnya
imperialisme dibagi menjadi 2 yaitu: imperialisme kuno, dan imperialisme
modern. Imperialisme kuno adalah upaya suatu negara mencari tanah jajahan
karena terdorong 3G (gold, gospel,
glory). Gold adalah
mencari kekayaan berupa logam mulia, emas dan perak, termasuk rempah-rempah, gospel, yaitu menyebarkan agama
Nasrani, dan glory, yakni untuk
kejayaan negeri induknya. Imperialisme kuno melakukan praktek penjajahan yang
amat buruk, mereka mengangkut sebesar-besarnya kekayaan alam tanah jajahan ke
negara penjajah, tanpa memedulikan nasib rakyat jajahan. Pelopor imperialisme
kuno adalah Portugis dan Spanyol.
Imperialisme modern timbul setelah
revolusi industri, pertama kali di Inggiris lalu menyebar ke negara Eropa
lainnya. Kemajuan industri berdampak pada masalah pemenuhan kebutuhan bahan
mentah dan pasar yang luas. Negara penjajah mencari tanah jajahan untuk
kepentingan ekonomi dan memenuhi kebutuhan industri yaitu sebagai tempat
pengambilan bahan mentah dan pasaran hasil industrinya, sehingga ekonomi
merupakan inti dari imperialisme modern. Inggris adalah pelopor imperialisme
modern.
Adapun perbedaan antara Imperialisme
Kuno dan Imperialisme Modern adalah:
a. Terjadinya
1. Imperialisme Kuno terjadi sebelum
revolusi industri
2. Imperialisme Modern terjadi setelah
revolusi industri
b. Segi Kepentingan
1. Imperialisme Kuno, adanya dorongan
untuk kepentingan mencari tanah jajahan karena keinginan mencapai kejayaan (glory),memiliki kekayaan (gold), menyebarkan agama (gospel).
2. Imperialisme Modern, adanya dorongan
kepentingan ekonomi, keinginan negara penjajah mengembangkan perekonomiannya
dan untuk memenuhi kebutuhan industri dimana negara jajahan sebagai sumber
penghasil bahan mentah dan tempat pemasaran hasil industri.
c. Contoh negara yang menganut
1. Imperialisme Kuno : Portugis,
Spanyol, Romawi
2. Imperialisme Modern : Inggris,
Perancis, belanda, Jerman, dan Italia.
2.3 Perkembangan Imperialisme di Indonesia
Kedatangan bangsa asing di Indonesia
semula bertujuan ingin berdagang rempah-rempah. Namun, kekayaan alam Indonesia
yang berlimpah membuat mereka mengubah tujuan menjadi ingin menjajah dan
menguasai Indonesia. Berikut beberapa tujuan bangsa Eropa menguasai Indonesia.
1. Menguasai wilayah strategis guna
misi perdagangan dan basis militer.
2. Mengeruk sebanyak-banyaknya kekayaan
sumber daya alam suatu wilayah.
3. Menguasai perdagangan rempah-rempah
langsung dari daerah sumbernya dengan menerapkan monopoli perdagangan.
4. Mencampuri urusan politik suatu
wilayah.
Adapun tahap-tahap masuknya
kekuasaan asing di Indonesia sebagai berikut.
1. Kekuasaan Bangsa Portugis di
Indonesia
Tahun 1511, armada penjelajah
Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Alberqueque tiba di Malaka. Mereka
berperang melawan Sultan Malaka, yaitu Sultan Mahmud Syah (1488 -1528). Setelah
Malaka berhasil dikuasai Portugis, perdagangan pun dimonopoli dan dikuasai oleh
Portugis. Bangsa Portugis melanjutkan perjalanan dari Pulau Hitu ke Ternate,
Maluku, dengan tujuan menguasai daerah penghasil rempah-rempah. Awalnya,
kedatangan bangsa Portugis disambut baik oleh Raja Ternate, karena bangsa Portugis
membantu Ternate melawan Tidore. Praktik monopoli perdagangan cengkih yang
dilakukan Portugis merugikan Ternate. Lama-kelamaan penguasa Ternate pun
menolak bangsa Portugis.
Puncak penolakan terjadi setelah
Sultan Hairun dibunuh bangsa Portugis. Rakyat Ternate marah dan menyerang
Portugis di bawah pimpinan Baabullah, putra Sultan Hairun. Bangsa Portugis
dapat diusir dari wilayah Maluku tahun 1575. Setelah diusir dari Kepulauan
Maluku, armada Portugis berlayar menuju Sumatra dan Jawa. Di Jawa, armada Portugis
menjalin kontak dagang dengan Pasuruan, Blambangan, Banyuwangi, Solo,
Yogyakarta, dan Banten. Di Sumatra, bangsa Portugis mencoba menguasai
perdagangan lada dan cengkih, namun usahanya gagal karena kuatnya dominasi
Kerajaan Aceh.
2. Kekuasaan VOC (Kompeni Belanda) di
Indonesia
Pada tahun 1602, pedagang-pedagang
Belanda mendirikan perkumpulan dagang yang disebut Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC). Dalam bahasa Indonesia, perkumpulan dikenal dengan nama
Kompeni Belanda. Badan perdagangan Belanda ini pada dasarnya bertujuan mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya dan untuk dapat memperkuat kedudukannya dalam
menghadapi lawan-lawannya, seperti Portugis dan Spanyol. Pembentukan VOC
dibantu oleh pemerintah Belanda di bawah Van Oldenbarnevedt. VOC diberi hak
istimewa, sehingga menjadi badan yang berdaulat. Hak istimewa itu sebagai
berikut.
a. Hak monopoli untuk berdagang antara
Amerika Selatan dan Afrika.
b. Hak memelihara angkatan perang,
berperang, mendirikan benteng-benteng, dan menjajah.
c. Hak untuk mengangkat pegawal-pegawainya.
d. Hak untuk memberi pengadilan.
e. Hak untuk mencetak dan mengedarkan
uang sendiri.
Sebaliknya, VOC mempunyai
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi terhadap pemerintah Belanda, yaitu:
a. bertanggung jawab kepada Staten General
(Badan Perwakilan), serta
b. pada waktu perang harus membantu
pemerintah Belanda dengan uang dan angkatan perang.
Dalam monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia, VOC memberlakukan hal-hal berikut.
Dalam monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia, VOC memberlakukan hal-hal berikut.
c. Hak Eksteerpasi, yaitu hak untuk
mengurangi hasil rempah-rempan dengan cara menebang atau memusnahkannya bila
perlu. Tujuannya agar penawaran rempah-rempah terkendali dengan harga yang
tetap menguntungkan VOC.
d. Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan),
yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan monopoli perdagangan Indonesia. Jika
petani menjual rempah-rempahnya kepada pihak selain VOC, maka petani tersebut
ditangkap dan rempah-rempahnya dibakar.
Namun, kejayaan VOC tidak
berlangsung lama. VOC mengalami kemunduran pada akhir abad XVIII. Sebab-sebab
kemunduran VOC sebagai berikut.
a. Banyak pegawai VOC melakukan
penyelewengan untuk memperkaya diri sendiri (korupsi).
b. Wilayah Indonesia yang luas
memerlukan biaya besar untuk mengelolanya.
c. Biaya perang untuk menumpas
perlawanan sporadic suku-suku di Indonesia sangat besar.
d. Persaingan dengan kongsi dagang
negara lain, misalnya EIC milik pemerintah Inggris, semakin tajam.
3. Pemerintah Daendels di Indonesia
(1808-1811)
Kemenangan Prancis yang dipimpin
oleh Napoleon Bonaparte berimplikasi pada penguasaan negara-negara jajahan
Belanda menjadi dikuasai oleh Prancis. Pada tahun 1808, Daendels diangkat
menjadi gubernur jenderal atas wilayah Indonesia. Tujuan utamanya untuk
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan lnggris. Selain itu Daendels
juga diberi tugas untuk mengatur pemerintahan Indonesia. Dalam rangka
menjalankan tugas tersebut, Daendels melakukan beberapa upaya berikut.
Membangun jalan dari Anyer sampai
Panarukan yang panjangnya kurang lebih 1.100 km, tujuannya untuk melancarkan
mobilitas militer di Pulau Jawa dan untuk mengangkut hasil pertanian.
a. Membangun pabrik senjata di Surabaya
dan Semarang.
b. Melaksanakan sistem kerja rodi untuk
pekerjaan yang bersifat umum, termasuk pembangunan jalan.
c. Membangun angkatan perang, misalnya
armada laut di Ujung Kulori, Banten.
d. Mencampuri urusan intern kerajaan-kerajaan
Indonesia dan memengaruhi raja-raja di Indonesia.
e. Menjalankan sistem pemerintah
diktator agar rakyat Indonesia tidak mengadakan perlawanan.
f. Mencari keuntungan besar melalui
perdagangan budak.
g. Masa Pemerintahan Thomas Stamford
Raffles
Maskapai dagang Inggris, East Indian
Company (EIC), mewakili pemerintah Inggris di Indonesia. Mereka mengangkat Sir
Thomas Stamford Raffles menjadi gubernur jenderal di Indonesia. Berikut
beberapa langkah yang dilakukan Stamford Raffles di Indonesia.
a. Membagi Pulau Jawa menjadi 16
karesidenan.
b. Mengurangi kekuasaan bupati dengan
mengangkat bupati menjadi pegawai pemerintah:
c. Menghilangkan bentuk kerja paksa
atau rodi.
d. Menghapus pelayaran Hongi model VOC.
e. Melarang perbudakan karena tidak
sesuai dengan semangat liberalisme.
f. Menghapus segala macam bentuk
penyerahan (upeti).
g. Memungut sewa tanah, sebab tanah
dianggap sebagai milik negara.
h. Melaksanakan sistem penjurian dalam
peradilan.
Masa pemerintahan Raffles di
Indonesia tidak berlangsung lama, hal ini dipengaruhi oleh kondisi politik di
Eropa. Meskipun tidak berlangsung lama, namun kepemimpinan Raffles membawa
perubahan di Indonesia.
Setelah Prancis kalah perang,
Napoleon harus menandatangani Konvensi London tahun 1814. Isi konvensi tersebut
adalah Prancis harus mengembalikan status negara-negara jajahannya ke kedudukan
semula sebelum ada penyerangan Napoleon. Indonesia harus diserahkan kembali
pada Belanda. Penyerahan itu dilakukan tahun 1816. Akan tetapi, Pulau Bangka,
Pulau Belitung, dan Bengkulu tidak ikut diserahkan. Van den Bosch mengusulkan
pemberlakuan sistem cultuurstelsel atau tanam paksa di Pulau Jawa. Usulan itu
mendapat persetujuan dari parlemen Belanda. Mulailah pelaksanaan sistem tanam
paksa di Indonesia tahun 1830. Ketentuan- ketentuan sistem tanam paksa sebagai
berikut.
1. Ketentuan Sistem Tanam Paksa
a. Seperlima bagian tanah milik rakyat
yang subur wajib dijadikan lahan bagi tanaman ekspor. Tanaman yang harus
dibudidayakan, antara lain teh, tebu, tembakau, merica, kayu manis, nila,
kapas, dan tanaman lain yang laku dijual di pasaran Eropa.
b. Tanah tersebut dibebaskan dari
kewajiban membayar pajak.
c. Hasil panen diserahkan kepada
pemerintah Belanda.
d. Apabila taksiran harga hasil panen
melebihi pajak, maka kelebihannya itu menjadi hak rakyat.
e. Kegagalan panen ditanggung oleh
pemerintah.
f. Waktu yang digunakan untuk menanam
tidak boleh melebihi waktu menanam padi.
2. Ketentuan Sistem Tanam Paksa yang
Dilanggar
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya,
ketentuan di atas banyak dilanggar untuk memperbesar keuntungan pemerintah
Belanda. Ketentuan yang dilanggar sebagai berikut.
a. Tanah yang dijadikan lahan tanaman
ekspor tidak hanya seperlima bagian, tetapi seluruhnya.
b. Lahan yang ditanami tanaman ekspor
tetap dipungut pajak.
c. Kegagalan, panen ditanggung oleh rakyat
sendiri bukan pemerintah.
d. Jika taksiran hasil panen melebihi
pajak, maka kelebihan itu tidak diberikan kepada rakyat.
e. Waktu yang digunakan untuk tanam
paksa melebihi waktu untuk menanam padi. Hal ini disebabkan umur tanaman untuk
tanam paksa lebih panjang.
Pengaruh Pemberlakuan Tanam Paksa Kebijakan
tanam paksa berpengaruh terhadap pemerintah Belanda maupun rakyat Indonesia.
Harga pokok hasil pertanian tanam paksa sangat rendah, padahal harga jualnya
sangat tinggi. Akibatnya, Belanda menjadi negara kaya. Tanam paksa membuat
rakyat Indonesia sangat menderita dan kelaparan. Sebagian besar waktu mereka
digunakan untuk mengurus tanaman paksa sehingga tanaman padi mereka jadi
terlantar. Sisi baiknya, petani Indonesia mulai mengenai jenis tanaman baru
yang diunggulkan sebagai komoditas ekspor.
Kelompok pemilik modal atau kaum
kapitalis mendesak pemerintah agar menghapus sistem tanam paksa. Sebagai
gantinya, para pemilik modal meminta agar diizinkan masuk ke Indonesia. Desakan
kaum kapitalis itu berhasil membuat pemerintah Belanda menerapkan kebijakan
Politik Pintu Terbuka. Artinya, para pemilik modal swasta diizinkan masuk ke
Indonesia untuk menanamkan modalnya.
Golongan mayoritas parlemen Belanda
dikuasai oleh pihak konservatif, sementara golongan minoritas atau golongan
oposisi adalah kaum liberal. Kaum liberal menyuarakan agar tanam paksa
dihapuskan. Usulan tersebut mendapat simpati dari sebagian besar penduduk
negara Belanda dan rakyat Indonesia yang ada di sana. Kemenangan kaum liberal
pada pemilu 1860, merealisasikan usulan tersebut. Tanam paksa dihapuskan tahun
1870 dimulai dengan penghapusan tanam paksa tebu.
Pemerintah Belanda kemudian
menerapkan Politik Pintu Terbuka dengan mengeluarkan Undang-Undang, Agraria
tentang kepemilikan tanah di daerah jajahan. Dalam pelaksanaannya, berdirilah
perkebunan-¬perkebunan besar milik swasta dengan menyewa tanah rakyat Selain
itu, banyak dilakukan pembangunan jalan, irigasi, dan sarana pembangunan
lainnya. Politik Pintu Terbuka juga tidak banyak membawa manfaat bagi rakyat Indonesia.
Muncul usulan Politik Balas Budi (Politik Etis) yang mulai dilaksanakan tahun
1900.
2.4 Kontra
Terhadap Imperialisme
Kontra terhadap Imperialisme karena
adanya alasan beberapa hal yang sangat merugikan bagi negara lain baik dalam
bidang politik, bidang ekonomi maupun di bidang perdagangan yaitu:
1.
Akibat
politik
a.
Terciptanya
tanah-tanah jajahan
b.
Politik
pemerasan
c.
Berkorbarnya
perang kolonial
d.
Timbulnya
politik dunia (wereldpolitiek)
2.
Akibat
Ekonomis
a.
Negara
imperialis merupakan pusat kekayaan, negara jajahan lembah kemiskinan
b.
Industri
si imperialis menjadi besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
c.
Perdagangan
dunia meluas
d.
Adanya
lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
a.
Si
imperialis hidup mewah sementara yang dijajah serba kekurangan
b.
Si
imperialis maju, yang dijajah mundur
c.
Rasa
harga diri lebih pada bangsa penjajah, rasa harga diri kurang pada bangsa yang
dijajah
d. Segala hak ada pada si imperialis, orang yang dijajah
tidak memiliki hak apa-apa
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perkataan
imperialisme berasal dari kata Latin "imperare"
yang artinya "memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang
diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator".
Yang lazimnya diberi imperium
itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu kebesaran
seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin selalu
memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah
yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah
dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat
arti-kata yang kita kenal sekarang ini. hingga kata imperealisme ini bisa
digunakan untuk dan menetap dimana saja.
Imperialisme ialah sebuah (kebijakan)
di mana sebuah negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan
atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh
imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan
atau menempati tanah-tanah itu. Perkataan Imperialisme pertama kali Inggris
pada akhir abad XIX. Disraeli,
perdana menteri Inggris,
ketika itu menjelmakan politik
yang ditujukan pada perluasan kerajaan
Inggris
hingga suatu "impire"
yang meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli ini mendapat oposisi yang kuat.
Golongan oposisi takut kalau-kalau politik Disraeli itu akan menimbulkan
krisis-krisis internasional. Karena itu mereka menghendaki pemusatan perhatian
pemerintah pada pembangunan dalam negeri dari pada berkecipuhan dalam sola-soal
luar negeri. Golongan oposisi ini disebut golongan " !" dan golongan Disraeli (Joseph Chamberlain,
Cecil Rhodes) disebut golongan "Empire" atau golongan
"Imperialisme". Timbulnya perkataan imperialis atau imperialisme,
mula-mula hanya untuk membeda-bedakan golangan Disraeli dari golongan oposisinya,
kemudian mendapat isi lain hingga mengandung arti seperti yang kita kenal
sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar