Sabtu, 24 Mei 2014

RESENSI BUKU GARIS-GARIS BESAR SEJARAH AMERIKA

RESENSI BUKU “GARIS-GARIS BESAR SEJARAH AMERIKA” Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd Oleh EVIE EKA YULIATI (120210302105) Kelas B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 RESENSI BUKU GARIS-GARIS BESAR SEJARAH AMERIKA Judul Buku : Garis-garis Besar Sejarah Amerika Penulis : Dr. Gray wood Bahasa : Indonesia Jumlah Halaman : 224 ULASAN ISI BUKU Pada awal tahun 1600 terjadi gelombang perpindahan yang besar dari Eropa ke Amerika Utara. Gerakan perpindahan ini didesak oleh alasan pendorong yang kuat dan beragam. Pusat permukiman permanen Inggris yang pertama adalah sebuah pos perdagangan yang didirikan di Jamestown pada tahun 1607, dalam Domini Lama Virginia. Daerah ini segera mengembangkan perekonomian yang subur. Perpindahan dari Inggris ke Amerika dilaksanakan kelompok-kelompok swasta yang bertujuan untuk menarik keuntungan ataupun untuk mencari kebebasan agama atau tekad untuk melepaskan diri dari penindasan politis. Sesudah tahun 1680, imigran dalam jumlah besar berdatangan selain dari orang Inggris, tetapi ada juga orang Belanda, Swedia, dan jerman di daerah tengah, sedikit orang Perancis huguenot di South Carolina dan beberapa tempat lain, budak dari Afrika, terutama di Selatan dan segelintir orang Spanyol, Italia dan Portugis yang tersebar di seluruh koloni. Hasilnya adalah suatu kebudayaan yang khas dan campuran dari Inggris dan Eropa daratan yang telah dibentuk kembali oleh lingkungan dunia baru. Orang Belanda juga memberikan suatu gaya hidup yang sangat berlainan kepada New York, yaitu hari besar yang ditandai dengan berpesta dan beriang gembira, ada juga berkunjung ketetangga pada hari tahun baru dan merayakan kunjungan Sinterklas pada masa Natal dan hal ini bertahan selama bertahun-tahun. Puasat-pusat pemukiman di daerah selatan sebagian besar bersifat pedesaan seperti Virginia, Maryland, Carolina dan Georgia. Ditahun 1612, terjadilah suatu perkembangan yang merombak perekonomian Virginia, yaitu ditemukannya cara mengolah tembakau Virginia sesuai dengan selera Eropa. Yang berkembang menjadi pusat perdagangan daerah selatan adalah Carolina dengan Charleston sebagai kota pelabuahan utamanya. Salah satu koloni yang paling giat di bifang pendidikan adalah Pennsylvania. Sekolah pertama yang didirikan mulai tahun 1683, mengajarkan ilmu membaca, menulis, dan tatabuku. Pada tahun 1704 diterbitkanlah surat kabar Boston yang pertama yang sukses. Di New York kebebasan Pers mengalami cobaan, namun akhirnya prinsip kebebasan pers diputuskan di Amerika. Mulai tahun 1651 pemerintahan Inggris sekali-kali mengeluarkan ketentuan yang mengatur segi-segi tertentu kehidupan ekonomi tapi kebanyakan menguntungkan pihak Inggris, daripada pihak Amerika. Sementara Inggris mengisi daerah pesisir Atlantik dengan lading,perkebunan, dan kota-kota, Perancis menanamkan kekuasaan di Lembah St. Lawrence di Kandasebelah timur. Perancis yang hanya mengirimkan sedikit pemukim, dan lebih banyak penjelajah menguasai sungai Mississippi serta membangun sebuah kekuasaan yang membentang dari Quebec sampai New Orleans. Dengan begitu, Inggris terjepit oleh Perancis. Sejak tahun 1613 meletus bentrokan-bentrokan antara para kolonis Perancis dan Inggris. Meskipun Inggris selalu mwndapat keuntungan dari perang-perang itu, namun posisi Perancis di benua Amerika tetap kokoh. Pada tahun 1764 Inggris mengeluarkan Undang-Undang Gula yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan tanpa mengatur perdagangan. Undang-undang Gula yang telah disempurnakan selanjutnya melarang impor minuman keras luar negeri, dan mengenakan bea masuk atas anggur, sutra, kopi dan sejumlah barang mewah lainnya. Dalam tahun yang sama, Parlemen mengesahkan Undang-Undang Mata Uang untuk mencegah agar surat-surat kredit yang sesudah ini di dalam koloni Sri Baginda tidak dijadikan alat pembayaran yang sah. Pada tahun 1766 Parlemen mencabut Undang-Undang Perangko dan mengubah Undang-Undang Gula. Kaum Patriot atau kaum radikal dalam jumlah yang kecil tetap berusaha untuk menghidupkan pertentangan, mereka berpendapat bahwa selama pajak the masih ada maka tetap tegak pula posisi Parlemen atas koloni-koloni. Pada tahun 1772 ia mendorong rapat kota Boston untuk membentuk komisi korespondensi Pada tanggal 16 Desember 1773, segerombolan orang yang menyamar sebagai Indian suku Mohawk menaiki tiga kapal Inggris yang sedang berlabuh dan menceburkan muatan teh mereka ke dalam laut pelabuhan Boston. Parlemen menyambutny dengan mengekuarkan peraturan baru yaitu Undang-Undang pelabuhan Boston yang menutup pelabuhan di Boston sampai tehnya dibayar dan mengancam kehidupan kota itu. Pada 23 Agustus 1775 Raja George mengeluarkan suatu maklumat yang menyatakan bahwa koloni-koloni sedang melancarkan pemberontakan.Akhirnya pada tanggal 7 Juni 1776 Richard Henry Lee mengajukan sebuah resolusi yang menyatakan persetujuan atas kemerdekaan, persekutuan dengan luar negeri, dan pererikatan Amerika. Deklarasi Kemerdekaan yang diresmikan pada 4 Juli 1776 tidak hanya mengumumkan kelahiran sebuah Negara baru, tetapi juga mencetuskan suatu falsafah kemerdekaan manusia yang kemudian menjadi kekuatan yang dinamis. Dengan berakhirnya Revolusi, Amerika Serikat harus menghadapi persoalan lama daerah barat yang belum terpecahkan yaitu masalah “imperium” mengenai tanah, perdagangan bulu hewan, Indian, permukiman dam pemerintahan daerah-daerah cabang. Kemudian timbullah konsep pemerintahan yang baru. Dalam membagikan kekuasaan Konvensi memberikan kekuasaan penuh kepada pemerintah federal untuk mengenakan pajak, meminjam uang, memasang bea cukai dan pajak yang seragam, mengeluarkan mata uang, dll. Pemerintah nasional juga diberi kekuasaan untuk membentuk dan memelihara tentara dan angkatan laut, dan mengtur perdagangan antar Negara bagian. Untuk jabatan kepala Negara baru dipilihlah George Washington sebagai presiden Amerika Serikat. Dalam masa pemerintahan pertama juga diangkat seorang Jaksa Agung. Washington mengundurkan diri pada tahun 1797, dan dengan tegas menolak untuk memegang jabatan kepala Negara. Wakilnya John Adams dari Massachusetts, dipilih menjadi Presiden baru. Pda tahun 1800, rakyat Amerika tidak puas dengan politik luar negeri Adam dan menginginkan perubahan. Jeffeson, seorang pemimpin yang popular dan berbakat berdiri dibelakang petani kecil, pemilik toko, dll. Kehadiran Jefferson di Gedung Putih telah mendorong tata cara yang demokratis. Jefferson juga menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Kepopuleran Jefferson yang tersebar itu menjamin bahwa ia terpilih lagi pada tahun 1805. Terjadi perang kedua antara Amerika dan Inggris. Perang ini berakhir dengan Perjanjian Ghent. Kesadaran Nasional Nampak menjadi semakin kuat bersama dengan tumbuhnya suatu kesustraan yang bersifat asli Amerika. Daerah depan merupakan suatu kekuatan yang banyak turut membentuk kesustraan dan lebih penting lagi bagi Amerika. Tetapi terdapat masalah perbudakan yang tidak menjadi perhatian umum. Adanya faktor-faktor baru dalam ekonomi yang menyababkan banyaknya perbudakan, yaitu faktor utamanya adalah usaha besar penanaman kapas, dan penanaman tebu yang juga mengembangkan dan memperluas perbudakan. Terdapat kemerdekaan pula di daerah Amerika Latin yaitu Kolombia, Cili, Meksiko, dan Brasilia dan tugas dari Presiden Monrroe dari Amerka Serikat, memperoleh kekuasaan untuk mengakui Negara yang baru-baru itu. Pada tahun 1840-an terjadi perbudakan yang semakin mengeras dalam tubuh ekonomi. Sebagisn besar pemilik perkebunan selatan menganggap perbudakan sebagai lembaga yang diperlukan dan bersifat permanen. Para pemimipin politik, kaum ahli dan sebagian besar pendeta selatan gigih memperjuangkan untuk perlindungan terhadap perbudakan. Suatu gerakan anti-perbudakan yaitu suatu ranting dari Revolusi Amerika, telah mendapatkan kemenangannya yang terakhir tahun 1808 ketika kongres menghapuskan perdagang budak dengan Afrika. Tetapi pada tahun 1854 masalah perbudakan dalam daerah-daerah dibangkitkan lagidan persengketaannya semakin panas. Hal ini menyebabkan jurang perselisihan bertambah dalam, hingga akhirnya Abraham Licoln yang menganggap perbudakan sebagai kejahatan menyerang perbudakan. Pada tanggal 4 Maret 1861Abraham Licoln diangkat menjadi Presiden Amerika Serikat. Pda tanggal 1 Januari 1863, Presiden Lincoln mengeluarkan suatu Proklamasi Emansipasi yang membebaskan budak-budak di Negara bagian pemberontak dan mengajak mereka untuk menggabungkan diri dengan pasukan bersenjata dari Utara. Keadaan selanjutnya Amerika dalam perkembangan industry mengalami perkembangan yang besar, baik dalam produksi baja, tansportasi, telekomunikasi, dll. Di dalam tata industry yang baru ini, kota mengumpulkan semua kekuatan ekonomi yang dinamis. Pada tahun 1884, Grover Cleveland, seorang Demokrat dipilih menjadi Presiden. Pada tahun 1887, Presiden Cleveland menandatangai undang-undang Perdagangan antar Negara bagian. Meskipun terjadi kemajuan besar di bidang industry, pertanian tetap menjadi kegiatan pokok dari bangsa ini. Revolusi dalam bidang pertanian dilakuan untuk memenuhi kebutuhan hidup ke pertanian komersil. Antara tahun 1860 dan 1910 jumlah usaha di Amerika Serikat meningkat menjadi tiga kali lipat. Dalam hal ini peranan Ilmu Pengetahuan juga penting dalam proses revolusi Agraria. Sekalipun Amerika pada abad ke 19 mengalami berulang kali masa beras, tetapi kemajuan ini masih membuat para petani kehidupannya masih keras. Ada berbagai faktor yang mendasari yaitu: kehausan tanah, berubah-rubahnya alam, kelebihan produksi hasil panen pokok, merosotnya swasembada, dll. Pada tahun 1898 Amerika terlibat perang dengan Spanyol, karena masalah Kuba yang dikuasi oleh Spanyol semakin besar tirani terhadap Negara induk, maka terjadilah perang. Selama perang pihak Amerika selalu menang. Terdapat pula Reformasi untuk menolong rakyat biasa, karena memperhatikan bagi ganti rugi terhadap buruh. Preside Roosevelt sangat berminat dengan revolusi ini dan bertekad untuk memberikan tidakan adil. Roosevelt juga bertidak untuk menyelamatkan sumber kekayaan alam Negara yaitu penghentian terhadap penghisapan boros atas bahan-bahan mentah dan pengembalian kembali bidang tanah. Pada tahun 1914 pecahnya perang di Eropa sangat mengejutkan bagi Amerika. Pemerintah Jerman mengumumkan adanya perang kapal selam yang tidak terbatas akan dilanjutkan lagi. Hingga pada tanggal 2 April 1917 lima buah kapal Amerika ikut ditenggelamkan. Pada saat itula Wilson meminta kepada kongres untuk mempermaklumkan perang. Pada saat itulah Amerika terlibat dalam Perang Dunia I. Pda tahun 1918 pasukan Jerman dapat ditarik mundur, pemerintah Jerman memohon untuk berunding atas Empat belas pasal. Hingga permintaan itu disetujui dan pada tanggal 11 November tercapai genjatan senjata. Pada tanggal 7 Desember pihak Jepang melakukan pengeboman di atas armada Amerika dan instasi pertahanan di Pearl Harbor. Hal ini menjadikan Amerika marah dan Presiden Rosevelt pada tanggal 8 Desember mengadakan kongres dan memaklumkan perang terhadap Jepang. Pada saat itulah Amerika juga ikut pada Perang Dunia II. Namun dalam serangkaian perang ini akhirnya pihak Amerika yang tergabung dalam pihak sekutu memenangkan Perang Dunia II. KELEBIHAN BUKU : 1. Kalimat yang dituangkan dalam buku ini sudah sangat baik dan lebih mudah dimengerti karena sudah menggunakan ejaan yang disempurnakan sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh pembaca 2. Semua peristiwa yang ada dalam sejarah Amerika diceritakan secara detail sehingga pembaca memahami dengan benar bagaimana mulai awal sampai akhir proses peristiwa itu terjadi 3. Dalam buku ini juga dijelaskan beberapa gambar yang berhubungan dengan peristiwa yang diceritakan sehingga semakin menarik untuk dibaca KELEMAHAN BUKU : 1. Urutan ceritanya kurang kronologis, baik menurut tanggal maupun menurut kejadiannya 2. Dalam setiap sub bab tidak dicantumkan nomor, tapi hanya dicantumkan sub babnya saja sehingga membingungkan pembaca dalam membacanya

RESUME BUKU “REVOLUSI AMERIKA” (RICHARD B.MORRIS)

Nama : Evie Eka Yuliati NIM : 120210302105 Kelas : B Dosen : Dr. Suranto, M.Pd RESUME BUKU “REVOLUSI AMERIKA” (RICHARD B.MORRIS) Revolusi Amerika adalah suatu peristiwa yang akibatnya masih tetap dirasakan, bukan saja berada dikalangan bangsa ini, tetapi juga disegenap penjuru dunia ia menjadi ciri dari permulaan suatu zaman revolusi dunia, tetapirevolusi Amerika tidak seperti revolusi–revolusi yang lain. Revolusi Amerika bukanlah suatu pemberontakan dari kaum proletariat. Ia dipimpin oleh kaum ningrat Whig yang mencari kebebasan dari tekanan–tekanan politik dan ekonomis yang dipaksakan oleh pemerintah Inggris. Revolusi Amerika ini terjadi akibat kegagalan Kerajaan Inggris untuk mempertemukan tuntutan tentang keamanan kerajaan dengan tindakan memberikan pemerintahan sendiri yang dapat dianggap layak karena kematanggannya tanah jajahan dan dengan taraf pengambilan bagian dalam menentukan putusan–putusan mengenai kerajaan yang mungkin diberikan oleh suatu pemerintahan yang lebih bijaksana. Setelah berakhirnya Perang Dunia, Inggris mengalami masalah keuangan yang sangat luas. Meskipun pada saat perang telah dilakukan pemungutan pajak yang belum pernah dilakukan sebelumnya, hutang Inggris pada akhir Perang Tujuh Tahun telah berlipat ganda. Mengenai masalah pajak di Amereika, terikat erat dengan pajak perdagangan. Tujuan utama dari pemerintahan Inggris adalah untuk mengusahakan supaya perdagangan di tanah jajahan menyesuaikan diri dengan system mercantilisme yaitu menyediakan bagi Negara induk bahan–bahan mentah yang penting dengan harga yang rendah dan untuk bertindak sebagai pasaran untuk barang–barang buatan Inggris. Yang pertama dari pajak baru adalah atas perintah Grenville yaitu mengenai Undang–Undang Gula. Dengan cara ini pemerintah berusaha untuk memperkuat ekonomi dari Hindia Barat Inggris. Usul Grenville untuk memungut pajak diluar negeri dibarengi dengan rencana lain yang berbeda sifatnya, yaitu suatu usulan untuk menetapkan pajak tanah jajahan melalui bea materai yang dipungut di Amerika. Pertentangan masalah tanah ini telah banyak menghimpun kaum intelektual di Amerika. Kaum intelektual ini pada mula mendasarkan propagandanya atas UUD Inggris dan akhirnya atas UU yang lebih tinggi parlemen mengusulkan bahwa perbaikan tindaakan melanggar UUD harus datang dari parlemen. Parlemen mengatur perdagangan dan pajak. Hal ini juga dinyatakan dengan lebih keras dalam resolusi virgin, yang memutuskan bahwa rakyat yang setia terhadap Sri Raja dan yang menghormati politik dalam penetapan pajak, semua bersumber pada persetujuannya. Kerajaan tidak berhak memungut pajak dari tanah jajahan, terlihat dalam UU Materai. Menurut Townshend pelaksanaan UUD ditanah jajahan bersifat statis. Selain perjanjian menghentikan import. Perdagangan ditanah jajahan mengalami pembatasan akibat UU Townshend. Pedagang kaya ditanah jajahan bertentangan dengan pegawai pabean akibat pemboikot, peraturan bea cukai Townshend dibatalkan. Pada saat terjadinya kapal Gaspee kandas di Namquit Point. Kerajaan menjajikan hadiah jika menemukan orang yang telah melakukan pembakaran kapal Gaspee. Hal ini mendorong timbulnya persatuan orangorang ditanah jajahan lalu dibentuk pantia “Korespondensi ” untuk menentang politik Inggris. Tidak kalah pentingnya untuk memperbesar jurang perpisahan antara pendapat di Amerika dan Inggris adalah skandal sekitar surat-surat Hutchinson ditujukan kepada Thomas Whately, seorang anggota pemerintah Grenville dan North, mengritik kaum radikal Massachusetts dan berisi pendapat yang keterlaluan. Undang-undang Quebec (20 Mei 1774) dianggap oleh orang-orang di tanah jajahan sebagai bagian dari tindakan paksa yang ditujukan terhadap hak-hak kemerdekaannya. Pemerintah Inggris menganggap undang-undang Quebec itu sebagai suatu langkah yang perlu untuk meletakkan daerah barat daya di bawah suatu pemerintah tetap. Dalam abad yang penuh dengan keagamaan yang kuat peranan pimpinan gereja dalam gerakan kemerdekaan juga sangat berpengaruh. Di New England pendet-apendeta sekte Congregationalis terus terang dalam kritiknya terhadap pemerintah Inggris, dan khotbah npemilihan umum tahunan di Massachusetts dan Connecticut bernafaskan revolusioner dengan kuat. Pers dan mimbar gereja terus menerus mencerminkan gerakan kembar dari nasionalisme dan kemerdekaan. Gerakan-gerakan ini kemudian secara sistematis dipimpin oleh panitia-panitia korespondensi yang informil yang terutama mendapat inspirasinya dari Sam Adams. Pada bulan Juni 1774 Dewan Perwakilan Massachusetts mengusulkan supaya mengadakan kongres dalam bulan September di Philadelphia, dan di tanahtanah jajahan lainnya. permulaannya Kongres Kontinental pertama ini merupakan duel antara sayap radikal dan konservatif. Berdasar pada usul Galloway pemerintah pusat akan terdiri dari seorang presiden jendral yang diangkat oleh Raja dan memegang jabatannya selama dikehendaki oleh Raja dengan hak veto atas tindakantindakan majelis agung, yang anggota-anggotanya harus dipilih untuk jabatan tiga tahun oleh dewan perwakilan tiap-tiap propinsi. Pada tanggal 9 Februari suatu pernyataan dari kedua majelis perlemen mengecap Massachusetts melakukan pemberontakan. Jauh dalam bulan Maret persetujuan raja diberikan kepada sebuah undang-undang yang melarang tanah jajahan New England untuk mengadakan perdagangan dengan setiap bangsa kecuali Inggris dan Hindia Barat milik Inggris sesudah tanggal 1 Juli dan menghalangi orang-orang New England mengunjungi daerah perikanan di Atlantik Utara, dan dalam Bulan April ketentuanketentuan dari undangundang ini diperluas terhadap lima tanah jajahan lainnya yang telah meratifikasi Perkumpulan Kontinental seperti yang dikabarkan ke London. Tetapi dalam bulan-bulan kemudian adalah penindasan dan perlawanan dan bukan perdamaian dan konsessi yang menentukan arus perkembangan selanjutnya. Dalam masa lowong antara Kongres pertama dan kedua, Massachusetts, kecuali Boston, yang diduduki oleh pasukanpasukan Jendral Gage, membangunkan kembali militia dan mulai mengumpulkan gudanggudang militer. Dalam bulan Desember 1774, Gage meminta ”pasukan yang cukup untuk menundukkan negeri dengan jalan menyerbu ke dalamnya”, dan sekiali lagi dalam bulan Februari ia memperingatkan Barrington: ”untuk mengamankan kota Boston saja tidak akan mengakhiri persoalan; pasukanpasukan harus menyerbu ke dalam negeri”. Ketika bulan April tiba, Gage siap untuk menyerang. Dengan mengatur kembali orang-orangnya, Smith berbaris menuju ke Concord, dimana ia menghancurkan beberapa alat militer dan tepung. Tetapi di Jembatan Utara Concord suatu pasukan orangorang militia yang kian bertambah banyak menyerang regu Inggris, dan ketika Smith mundur dari Concord untuk berbaris kembali ke Boston, pasukannya diserang dari segenap sudut oleh orang militia. Hanya kedatangan suatu pasukan bala bantuan, yakni ketika ia tiba di Lexinton, menolongnya dari mala petaka yang besar. Lexinton membuktikan bahwa orang-orang militia yang masih hijau dapat melawan prajuritprajurit baju merah Inggris yang berpengalaman dan dapat merebut inisiatif di pihak kaum patriot. Hal. 80105 Dengan beradanya daerah-daerah pedalaman dibawah kekuasaan kaum Patriot, maka pertahanan Boston dirasa sudah tidak aman. Ancaman dapat diarahkan kepada kota itu baik dari harlestown dimana meriammeriam yang sedang diarahkan ke Bunker atau Breed’s Hills, akan menyebabkan bagian berlabuh dari sebelah utara dari armada Inggris sulit untuk dipertahankan. Kedudukan Amerika yang terpenting dipertahankan oleh 1600 orang dengan 6 buah meriam dan dipimpin oleh Kolonel William Presscott. Tanggal 10 mei konggres Kontinental kedua bersidang di Philadelpia, dan perang telah meletus meskipun berita tentang jatuhnya Fort Ticondorenga belum sampai. Yang menarik dalam suasaan siding kali ini adalah pemilihan hancock sebagai pengganti Peyton Randol[ph dari Virginia, yang telah memimpin kongres pertama dan kembali ke Virginia setelah memimpin siding di kongres yang kedua. Pada tanggal 5 Juli, kongres menerima apa yang dinamakan “Olive Branch Petition” atau Petisi Perdamaian yang disusun oleh Dickinson, yang dengan cepat merebut kedudukan pimpinan dari golongan konservatif yang dipegang oleh Galloway dalam kongres pertama. Petisi itu menyatakan harapan supaya hubungan baik akan pulih kembali dan memohon kepada Raja supaya mencegah tindakantindakan permusuhan selanjutnya sampai dapat diusahakan suatu perdamaian. Selama jangka waktu 14 bulan yang berlangsung dari saat mulai bersidangnya kongres kedua sampai saat diterimanya resolusi lee tentang kemerdekaan, berbagai faktor bekerja kearah pemutusan hubungan untuk selamanya dan yang tak mungkin kembali dengan Mahkota, yang lainnya disebabkan karena perkembangan peristiwa politik dan militer. Kemerdekaan sebagai puncak yang logis dari bangkitnya semangat nasionalisme Amerika yang dicerminkan dalam perkisaran kebudayaan yang mulai tumbuh terlepas dari Inggris dan dalam diperkuatnya semangat kesatuan jiwa dan kepercayaan terhadap diri sendiri dalam lapangan kebudayaan di Amerika. Pernyataan kemerdekaan tidak dapat dilaksanakan sebelum prestige kerajaan hapus seluruhn dikalangan kaum patriot di Amerika. Mahkota merupakan semen bagi kerajaan, tetapi sampai bulan juli 1775 kongres masih menegaskan kesetiaannya. Tetapi sentiment anti kerajaan bukanlah perkembangan yang tibatiba datangnya di daerah jajahan. Ia telah berkembang lebih dari satu generasi. Suara anti kerajaan diperdengarkan lagi. Tahun 1763 Patrick henry yang masih muda membela sebuah daerah gereja (Parish) Virginia terhadap tuntutan gaji tunggakan yang di majukan oleh Reverend James Maury di pengadilan Hannover Country. Richard Henry lee yang mengajukan sebuah resolusi dalam kongres pada tanggal 7 Juni yang menyatakan bahwa Negara-negara serikat mempunyai hak untuk menjadi Negara merdeka dan berdaulat. Putusan mengenai resolusi ini di tangguhkan hingga tanggal 1 Juli, dan kemudian persetujuan ini baru sahkan oleh konvensi Negara bagian new York pada tanggal 9 Juli.

PERKEMBANGAN AMERIKA LATIN SEBELUM PERANG DUNIA II

PERKEMBANGAN AMERIKA LATIN SEBELUM PERANG DUNIA II Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd Oleh EVIE EKA YULIATI (120210302105) Kelas B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah bersedia membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah dengan judul “PERKEMBANGAN AMERIKA LATIN SEBELUM ERANG DUNIA II” dapat berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian makalah sebagai salah satu tugas matakuliah Sejarah Amerika. Penulisan makalah ini berdasarkan literatur yang ada. Penyusun menyadari akan kemampuan yang sangat terbatas sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya. Namun, makalah yang disajikan sedikit banyak bermanfaat bagi penyusun khususnya dan mahasiswa lain pada umumnya. Penyusun juga menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan hati terbuka penyusun menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah tersebut. Jember, 21 Mei 2014 Penulis DAFTAR ISI Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan 2 BAB 2 PEMBAHASAN 3 2.1 Awal Mula Istilah Amerika Latin 3 2.2 Keadaan Ekonomi dan Politik Amerika Latin 4 2.3 Pertumbuhan kota dan Pemerintahan di Amerika Latin 6 2.4 Latar Belakang Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin 8 2.5 Hasil Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin 18 BAB III PENUTUP 22 3.1 Kesimpulan 22 3.2 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 23 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah Amérique latine bermula dari istilah geopolitik yang diciptakan Kaisar Napoleon III dari Perancis, yang menyebut istilah Amérique latine and Indochine sebagai tujuan ekpansi Perancis semasa masa pemerintahannya. Walaupun awalnya dipakai untuk membantu ambisi Napoleon mengklaim wilayah di Amerika sebagai milik Perancis, istilah Amérique latine akhirnya digunakan untuk menyebut kawasan di benua Amerika yang penduduknya dari abad ke-15 dan ke-19 adalah pemukim yang berbicara bahasa-bahasa Roman asal Spanyol, Perancis, dan Portugal. Selain bermula sebagai istilah politik Napoleon, istilah "Amerika Latin" juga dipakai Michel Chevalier pada tahun 1836 dalam tulisan berjudul Lettres sur l'Amèrique du Nord. Di Amerika Serikat, istilah "Amerika Latin" ("Latin America")baru digunakan sejak tahun 1890-an, dan belum menjadi istilah umum untuk menyebut kawasan di sebelah selatan Amerika Serikat hingga di awal abad ke-20. Sebelumnya, orang Amerika Serikat menyebutnya sebagai "Amerika Spanyol" ("Spanish America") Di kemudian hari, istilah "Amerika Latin" menjadi istilah setara "Eropa Latin", dan dipakai sebagai identitas bersama negara-negara di kawasan Amerika Latin. Amerika Selatan atau Amerika Latin adalah negara-negara yang terletak di selatan Amerika Serikat yaitu semua negara di wilayah benua Amerika bagian Selatan yang sebagian terbesar bekas koloni kerajaan-kerajaan Spanyol, Portugis, dan Perancis, termasuk pula negara-negara Karibia seperti Bahama, Dominika, Kuba, Haiti, Jamaika,, Nicaragua, Suriname, Trinidad & Tobago dll. Luas daratan seluruh Amerika Selatan lk 7 juta mil persegi dengan jumlah penduduk pada akhir abad ke-20 lebih dari 350 juta jiwa. Pada masa pemerintahan Presiden Republik Indonesia IR.Sukarno tahun 1960-an, negara-negara Amerika Latin digolongkan oleh Bung Karno sebagai negara-negara New Emerging Forces bersama-sama negara-negara Asia dan Afrika yang memperoleh kemerdekaan-nya setelah Perang Dunia II. Sampai pada waktu ini negara-negara New Emerging Forces termasuk Amerika Latin masih terus berjuang untuk membebaskan dirinya dari ketergantungannya ke negara asing khususnya Amerika Serikta, dan berusaha pula membangun dunia baru yang lebih berkeadilan. Sebagaimana diketahui perjuangan negara-negara Amerika Selatan membebaskan dirinya dari kekuatan asing khususnya Amerika Serikat belum sepenuhnya berhasil. Oleh karena itu perjuangannya dipelajari, untuk memperoleh gambaran tentang perjuangannya tersebut, maka dibuatlah makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimanakah Awal Mula dinamakan sebagai Amerika Latin? 2) Bagaimanakah Keadaan Ekonomi dan Politik di Amerika Latin sebelum Perang Dunia II? 3) Bagaimanakah Pertumbuhan Kota dan Pemerintahan di Amerika Latin sebelum Perang Dunia II? 4) Bagaimanakah Latar Belakang Munculnya Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin? 5) Bagaimanakah Hasil Perjuangan Kemerdekaan yang dilakukan oleh Amerika Latin? 1.3 Tujuan 1) Untuk mengetahuiAwal Mula dinamakan sebagai Amerika Latin. 2) Untuk mengetahui Keadaan Ekonomi dan Politik di Amerika Latin sebelum Perang Dunia II. 3) Untuk mengetahui Pertumbuhan Kota dan Pemerintahan di Amerika Latin sebelum Perang Dunia II. 4) Untuk mengetahui Latar Belakang Munculnya Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin. 5) Untuk mengetahui Hasil Perjuangan Kemerdekaan yang dilakukan oleh Amerika Latin. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Awal Mula Istilah Amerika Latin Istilah Amérique latine bermula dari istilah geopolitik yang diciptakan Kaisar Napoleon III dari Perancis, yang menyebut istilah Amérique latine and Indochine sebagai tujuan ekpansi Perancis semasa masa pemerintahannya. Walaupun awalnya dipakai untuk membantu ambisi Napoleon mengklaim wilayah di Amerika sebagai milik Perancis, istilah Amérique latine akhirnya digunakan untuk menyebut kawasan di benua Amerika yang penduduknya dari abad ke-15 dan ke-19 adalah pemukim yang berbicara bahasa-bahasa Roman asal Spanyol, Perancis, dan Portugal. Selain bermula sebagai istilah politik Napoleon, istilah "Amerika Latin" juga dipakai Michel Chevalier pada tahun 1836 dalam tulisan berjudul Lettres sur l'Amèrique du Nord. Di Amerika Serikat, istilah "Amerika Latin" ("Latin America")baru digunakan sejak tahun 1890-an, dan belum menjadi istilah umum untuk menyebut kawasan di sebelah selatan Amerika Serikat hingga di awal abad ke-20. Sebelumnya, orang Amerika Serikat menyebutnya sebagai "Amerika Spanyol" ("Spanish America") Di kemudian hari, istilah "Amerika Latin" menjadi istilah setara "Eropa Latin", dan dipakai sebagai identitas bersama negara-negara di kawasan Amerika Latin. Sebagian besar negara-negara Amerika Latin mewarisi sistem kelas berdasarkan keturunan dimana orang kulit putih berada di kelas teratas, namun jumlahnya sedikit. Rakyat berdarah campuran di kelas menengah dan orang Indian dan kulit hitam di lapisan paling bawah. Namun saat ini, posisi sosial tidak lagi ditentukan dari faktor keturunan. Orang Indian, orang kulit hitam, dan orang berdarah campuran tidak melulu dikategorikan sebagai status rendahan. Di Brazil dan Hindia Barat, banyak orang kulit hitam mumpuni di bidang seni, bisnis, politik dan ilmu pengetahuan. Di Mexico, punya darah Indian merupakan kebanggan bagi banyak orang. Di sisi lain, jadi kulit putih tidak selalu menjamin posisi sosial yang tinggi. Orang kulit putih kini bisa dijumpai di semua kelas, dengan persentase tertinggi terdapat di negara-negara yang berpopulasi Indian dan kulit hitam yang kecil. a. Orang Indian, adalah penduduk asli Amerika Latin sejak ribuan tahun setelah bermigrasi dari Amerika Utara. Mereka dapat ditemukan di seluruh wilayah sebelum kedatangan bangsa Eropa di akhir 1400-an. Bangsa Aztec, Inca, dan Maya adalah contoh-contoh orang Indian berkebudayaan tinggi. Orang Eropa menjajah sebagian besar wilayah Amerika Latin dan memaksa warga asli bekerja di pertambangan dan perkebunan. Jutaan meninggal karena perlakuan buruk, perang, atau penyakit yang ditularkan orang Eropa. Di beberapa daerah, populasi Indian hampir punah. Mereka yang bertahan naik ke dataran tinggi atau masuk ke hutan belantara. Orang Indian paling besar persentasenya di Bolivia, Equador, Guatemala, dan Peru. b. Orang kulit putih, adalah keturunan orang Eropa, awalnya orang Portugis dan Spanyol. Orang Eropa lain seperti Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, dan Polandia juga berdatangan semenjak awal tahun 1800-an. Persentase keturunan Eropa yang terbesar ada di Argentina, Costa Rica dan Uruguay, sementara jumlah besar populasinya juga berada di Brazil dan Chili. c. Orang kulit hitam, adalah keturunan Afrika yang dibawa sebagai budak dari tahun 1500-an sampai 1800-an. Jutaan dari mereka pada awalnya dipaksa bekerja di perkebunan Hindia Barat, pesisir Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Warga kulit hitam kini paling banyak persentasenya di Barbados, Haiti dan Jamaika. Kawasan Hindia Barat, dataran rendah tengah dan selatan daratan utama juga memiliki populasi keturunan Afrika yang besar. d. Orang berdarah campuran, adalah keturunan kawin campur selama berabad-abad antara orang Eropa, Afrika dan Indian. Hasilnya, sebagian besar penduduk Amerika Latin adalah keturunan darah campuran. Kelompok terbesar adalah mestizo, keturunan Indian dan Eropa dan mulatto, keturunan Eropa dengan Afrika. Mestizo adalah warga mayoritas di El Salvador, Honduras, Nicaragua, Kolombia, Mexico, Paraguay dan Venezuela. Sementara mulatto juga banyak di Brazil, Panama dan Hindia Barat. Orang Asia, adalah keturunan warga Asia yang berimigrasi ke Amerika Latin yang sebagian besar tiba pada abad 19 sampai ke-20. Keturunan Asia yang besar adalah Tionghoa, Jepang, India, Korea, dan Filipina. Keturunan Tionghoa, Korea, India dan Jepang tinggal di hampir seluruh negara Amerika Latin. Populasi keturunan Jepang di Brazil merupakan komunitas Jepang terbesar di luar negeri asalnya 2.2 Keadaan Ekonomi dan politik di Amerika Latin Sebelum Perang Dunia II Pada awal abad ke-20 di keluarga negara-negara Amerika Latin telah bertambah dengan dua negara yaitu Kuba dan Panama. Kuba merdeka dari Spanyol pada tahun 1902, dan Panama memisahkan diri dari Columbia pada tahun 1903. Walaupun telah menjadi negara merdeka, kedaulatan dari kedua negara tersebut masih terbatas dengan adanya perjanjian bahwa tentara Amerika Serikat-lah yang bertanggung jawab menjamin kemerdekaan kedua negara tersebut. Sementara itu dalam dua dekade berikutnya Republik Dominica, Nicaragua, dan Haiti menjadi “protectorate’ dari Amerika Serikat. Pada tahun 1845, beberapa dasawara sebelum memasuki abad ke-20, Texas yang telah melepaskan diri dari Meksiko dan bergabung dengan Amerika Serikat . Disamping itu Amerika juga menginginkan wilayah Meksiko di Pantai Barat. Sudah barang tentu Meksiko tidak menyukai keinginan tersebut, maka “ Perang Mesiko – Amerika” tidak dapat dihindari. Amerika Serikat berhasil memenangkan perang dan memperoleh wilayah California dan Amerika Serikat Barat Daya. Orang-orang Amerika di Utara tidak menyukai perang ini, karena merasa perang ini hanya untuk keuntungan Selatan. Perlu pula diketahui sejak tahun 1900 investasi Amerika Serikat di Mesiko dan di negara-negara Karibia telah melampaui investasi Inggris. Hal itu berarti bahwa pada awal abad ke-20. Amerika Serikat sudah menancapkan pengaruh politik dan ekonomi di Amerika Latin dengan kuat. Keadaan seperti itu menyebabkan tumbuhnya sikap anti terhadap Amerika Serikat, yang dikenal oleh kalangan masyarakat Amerika Latin sebagai “Imperialis Yankee”. Hal itu digambarkan secara tepat oleh seorang penulis Uruguay ( Jose Enrique Rodo) sebagai “Dering kutukan terhadap imperialisme Yankee”. Enrique Rodo menyatakan bahwa sikap menentang pelanggaran militer, ekonomi, dan kultur dari “Colossus of the North” ( The Colossus of the North is a name for the United States typically used by those who view the country as oppressive to its southern neighbors, Wikepedia) adalah suatu sikap yang menjadi dambaan rakyat Amerika Latin. Walaupun rakyat dan negara-negara Amerika Latin sesungguhnya lebih memerlukan terciptanya keadilan dan kemakmuran masyarakatnya. Pada masa tahun 1900-an negara-negara Amerika Latin adalah penghasil produk-produk primair guna keperluan ekspor. Oleh karena itu suatu kontraksi perdagangan dunia – karena depresi pada tahun 1890-an – menyebabkan kerawanan bagi Amerika Latin seperti tampak dengan terguncangnya ekonomi Argentina dan Kuba. Disamping itu imperialisme Eropa, yang dengan intensip meng-eksploitasi koloni-koloninya di wilayah tropis di Asia dan Afrika, menyebabkan terjadinya krisis kopi (1905) dan runtuhnya boom karet (1914) di Brasilia. Beberapa saat setelah itu pecah Perang Dunia I (1914 – 1918) membawa makin susutnya volume perdagangan dunia . Keadaan itu ternyata tidak berlangsung lama, karena kerusakan lahan pertanian di Eropa berakibat terciptanya pasar baru bagi produk bahan makanan Amerika Latin. Namun cepatnya recovery lahan-lahan pertanian di Eropa tersebut (termasuk dihasilkannya gula beet) membawa pengaruh negatip bagi perdagangan produk-produk pertanian Amerika Latin. Pada sepertiga bagian pertama dari abad ke-20 pemerintahan di Amerika Latin telah menjaga stabilitas ekspor hasil produksinya (roduk-produk primer) dengan membatasi dan memangkas produksi-nya, disamping mengadakan berbagai perjanjian perdagangan internasional untuk melindungi ekonominya. Dengan terjadinya depresi pada tahun 1930-an usaha tersebut tampak sia-sia, Amerika Latin menderita kerugian lebih besar daripada yang seharusnya. Bahkan ketika secara umum ekonomi dunia telah membaik dan tumbuh, pengaturan internasional perdagangan komoditi-komoditi tidak efektif melindungi Amerika Latin. Berkurangnya demand akan tembaga dan timah putih menyebabkan rusaknya ekonomi serta menyebabkan perpecahan sosial di Chile atau Bolivia. Dengan berjalannya waktu, maka muncul kesadaran diantara masyarakat Amerika Latin, bahwa melindungi diri dari gejolak perubahan ekonomi dunia adalah mutlak diperlukan antara lain dengan melakukan diversifikasi ekonomi termasuk industrialisasi. Perlu pula diketahui bahwa selama Perang Dunia ke-1 industrialisasi di Amerika Latin menjad marak, pabrik-pabrik dibangun untuk memproduksi barang-barang konsumsi yang semula diperoleh dari Eropa dan Amerika Serikat. Sebagian besar pabrik-pabrik yang dibangun tersebut adalah tergolong industri ringan, namun sewaktu terjadi banjir impor pada tahun 1920-an sebagian besar pabrik-pabrik tersebut mati tenggelam. Pada dekade berikutnya terlihat adanya gelombang naik dari industri ringan tersebut yaitu ketika ekspor produk primer Amerika Latin menurun, dimana Amerika Latin terpaksa mengurangi impor-nya serta menggantikannya dengan memproduksi produk dalam negeri sebagai substitusi impor. Industri substitusi impor terus tumbuh selama Perang Dunia II sampai perang berakhir. Beberapa negara seperti Brasilia dan Argentina membuat dinding tarif (tariff barrier) untuk melindungi industri substitusi impor tersebut serta menyokong penuh industrialisasi. Industri Argentina tumbuh dengan pesat dibawah program ambisious yang dilancarkan oleh diktator Juan D Peron, dan Brasilia tumbuh menjadi negara yang maju industri-nya. Promosi pemerintah tentang pembangunan pabrik-pabrik (industri) menggambarkan kemenangan kelompok penduduk kota terhadap kaum elite pendatang lama yang pada umumnya menguasai daerah-daerah pedesaan . 2.3 Pertumbuhan Kota Dan Pemerintahan Amerika Latin Sebelum Perang Dunia II Pemerintahan kota di Amerika Selatan tumbuh dengan pesat kira-kira pada awal abad ke-20, kaum imigran di Argentina dan bagian selatan Brasilia berperan besar dan ikut bertanggung jawab atas terjadinya pertumbuhan pemerintahan kota tersebut. Para pekerja kontrak dari Itali, Spanyol dan Portugis ; setelah beberapa tahun bekerja di ladang-ladang biji-bijian (gandum) atau di kebun-kebun kopi menghadapi kenyataan tidak mungkin memiliki tanah kebun bagi dirinya ; kemudian mereka cenderung untuk tinggal di kota-kota. Perbaikan sanitasi dan terbasminya penyakit-penyakit seperti penyakit malaria– khususnya di kota-kota ikut menyumbang pertumbuhan penduduk karena berkurangnya angka kematian, Setelah Perang Dunia I kegiatan ekonomi dan perdagangan di Amerika Selatan pada umumnya berkembang, hal itu menyebabkan diperlukannya tenaga-tenaga managerial dan profesional disamping bertambahnya lapangan kerja bagi sekretaris, juru tulis, penjaga gudang, pekerja kereta api, pekerja pelabuhan, pekerja perpakiran dan lain-lain. Namun pada kenyataannya banyak posisi- posisi yang baik dalam bank-bank, perusahaan asuransi, pusat-puat perdagangan, dan berbagai fasilitas lainnya masih diisi oleh tenaga-tenaga managerial dan profesional asing, hal itu telah membangkitkan kemarahan para pekerja lokal. Keadaan seperti itu diperparah oleh kenyataan bahwa para kapitalis asing tampak hanya mengeruk sumber daya alam Amerika Latin saja, baik dari kebun-kebun maupun dari tambang-tambang. Para politisi (demagog) kelas menengah di Amerika Latin mengritik elite penguasa sebagai antek kapitalis Inggris atau Amerika (Yankee). Para politisi yang sebagian besar kelas menengah terus berusaha mendapatkan dukungan dari para pekerja yang terancam hilang pekerjaannya saat ekspor produk-produk Amerika Latin terus merosot. Keadaan seperti itu menyebabkan faham nasionalisme tumbuh menjadi faktor penting dalam percaturan politik di Amerika Latin pada abad ke-20. Sesungguhnya sejak abad ke-19 konstitusi Amerika Latin telah mengatur adanya pemerintahan yang dipilih oleh rakyat dan golongan-golongan, namun partisipasi rakyat belum memadai seperti terlihat dalam banyak pemilihan umum maupun penetapan pemenang dari pemilihan-pemilihan tersebut. Phenomena tersebut baru memperoleh perhatian secara luas pada abad ke-20. Memasuki abad ke-20 kelompok-kelompok penduduk kota menghendaki reformasi cara-cara pemilihan, pelopor dari reformasi tersebut adalah kaum elite tua dari Argentina dan Chile. Adanya reformasi cara pemilihan telah memungkinkan partai kelas menengah radikal merebut kedudukan presiden di Argentina (1916) dan di Chile (1920). Sementara itu perubahan administrasi pemerihtahan telah berpengaruh terhadap kebebasan rakyat melakukan pemilihan di Chilie pemilihan menjadi tidak demokratis lagi dan di Argentina sebagian besar “presiden terpilih” digulingkan oleh kudeta militer. 2.4 Latar Belakang Munculnya Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin Semenjak mendaratnya penjajah baik dari Portugis maupun Spanyol, rakyat Amerika Latin merasa dirugikan. Karena penjajah hanya ingin menguasai sumber daya alam di sana untuk nantinya dikirim ke Negara induk dalam menunjang perekonomiannya. Hak asasi manusia saat itu tidaka lagi diperdulikan.hal inilah yang nantinya memunculkan semangat perjuangan untuk mendapat kemerdekaan. Pada umumnya penyebab munculnya perjuangan kemerdekaan ini ada dua macam faktor, yakni faktor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor Intern Faktor intern artinya faktor yang berasal dari dalam kolonialisme sendiri. Pada saat masa penjajahan berlaku sistem kolonialisme yang cukup menyiksa rakyat. Rakyat pribumi diperlakukan tidak adil, yang terbukti dari pemerasan secara paksa yang digunakan untuk kepentingan sistem merkantilisme ekomomi. Setiap rakyat dipaksa untuk berja keras agar penjajah dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan tanpa perlu bersusah payah ikut bekerja. Hak azasi manusia sudah tidak diindahkan, justru diinjak – injak bahkan dianggap tidak ada hak untuk rakyat jajahan. Menuntut pembayaran pajak yang cukup tinggi terhadap rakyat. Rayat tidak diperkenankan untuk menikmati bangku pendidikan. Selain itu juga Spanyol masih tetap menjalankan politik diskriminasi. Diskriminasi tersebut dilakukan dengan tidak memberi kursi di pemerintahan bagi rakyat pribumi. Kemudian juga terjadi percampuran kepentingan antara kepentingan Negara yang diwakili oleh para pejabat administrasi kolonial, gereja, yang diwakili oleh para pendeta katolik, dan tentara yang terdiri dari para petualang fisik. Pemerintah melakukan persekongkolan dengan pendeta dan tentara tidak hanya dalam berperang, akan tetapi juga dalam perdamaian. Tujuannya adalah membagi rata hasil yang diperoleh terutama tentang kepemilikan tanah. 2. Faktor Ekstern Faktor ekstern merupakan penyebab–penyebab yang berasal dari luar sistem kolonialisme itu sendiri. Cara berfikir dan perjuangan rakyat Amerika Latin kala itu dipengaruhi oleh komunikasi rakyat dengan dunia luar baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi inilah yang menginspirasi rakyat pribumi untuk menemukan gagasan baru dan cara – cara memeperjuangkan kemerdekaan. Kemudian faktor lainnya adalah pendidikan, tak banyak rakyat yang dapat mengenyam pendidikan di luar negeri. namun mereka yang berkesempatan akan memepelajari cara - cara yang cukup baik untuk perjuangan kemerdekaan. Kemudian peristiwa – peristiwa penting di dunia kala itu juga menjadi salah satu pendorong bagi rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Contoh saja peristiwa Revolusi Prancis yang mendorong rakyat pribumi untuk merebut kembali kemerdekaan dari tangan Spanyol dan Portugis. Revolusi ini merupakan lambang perjuangan rakyat melawan kezaliman raja, dan sebagai motor penggerak revolusi–revolusi Amerika Latin. Selanjutnya kesadaran politik semakin tergugah Kemudian serangan Napoleon atas Spanyol dan Portugal memeberikan kesempatan yang baik bagi Amerika Latin untuk melepaskan diri dari Negara induk. Pada dasarnya sebelum tahun 1807–1808, rakyat daerah jajahan sudah mulai melakukan serangan–serangan secara individual dengan persenjataan dan biaya yang cukup serta tanpa ada organisasi. Akan tetapi usahanya kali menghadapi jalan buntu. Para pemimpin serangan ditahan atau dihukum mati. Dalam tahun 1749, Juan Fransisco de Leon yang merupakan orang kreol melakukan pemberontak terhadap tekanan ekonomi namun gagal. Begitu pula dengan pemberontakan di Chili pada tahun 1776. Di Peru pada tahun 1780-1783 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang Indian yang dibantu orang Kreol dan mestizo dibawah pimpinan Tupac Amaru II yang juga berujung kegagalan. Brasil memiliki strategi/taktik tertentu dalam melakukan aksi penolakan terhadap penjajah yaitu dengan politis dan terpendam dengan cara diskusi.yang berada di bawah pimpinan Joaquim Jose da Silva Xavier. Namun, usahanya gagal sebab pemerintah telah mengetahui maksud Joaquim yang ingin menuntut hak azasi manusia. Tahun 1792 dia dihukum mati, maka gugurlah pahlawan kemerdekaan pertama Brasil. 2.5 Proses Perjuangan Kemerdekaan Setelah mengalami kekalahan bertubi – tubi sebelum tahun 1807-1808, maka rakyat daerah jajahan berusaha untuk memperbaiki strategi dan memperkuat pasukan dalam melakukan serangan. Berikut perlawanan yang dilakukan oleh beberapa Negara di Amerika Latin. 1. Espanola (Haiti dan Republik Dominika) Haiti merupakan tonggak awal perjuangan kemerdekaan yang pertama kalinya berhsil pada masa sebelum 1807 – 1808. Pemimpin pemberontakan tersebut adalah Piere Dominique Tousaint l’ Ouverture. Tousaint memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 1 Juli 1801. Setelah proklamasi kemudian Tousaint mempersiapkan pembentukan konstitusi pertama. Namun kemudian Napoleon mendengan berita kemerdekaan Haiti ni. Napoleon geram dan kemudian mengirimkan tentara ke Haiti untuk mengusik kemerdekaan Haiti. Hal ini dilakukannya karena Haiti merupakan garis utama untuk mempertahankan daerah di amerika Serikat yang berhasil direbutnya. yaitu Loussiana. Tentara kiriman Napoleon awalnya mengalami kekalahan, namun kemudian berhasil menagkap dan Tousaint memenjarakannya di Prancis pada tahun 1802. Kemudian perjuangan di Haiti dilanjutkan oleh Henri Christophe dan Jaques Dessalines. Kemerdekaan kembali diproklamasikan pada 1 Januari 1804 dan kemudian mengganti nama dengan Republik Haiti. Kemudian diangkatlah Dessalines sebagai Gubernur seumur hidup dan menjadi Kaisar Jaques I. prancis baru mengakui kemerdekaan Republik Haiti ini pada tahun 1825. Untuk daerah Espanola bagian timur, yang dikuasai kembali oleh Spanyol dalam tahun 1806 (setelah pernah direbut Prancis) memproklamisikan kemerdekaannya pada tahun 1821. Antara tahun 1822-1844 sempat dikuasai oleh Haiti. Namun pada tahun 1844 kembali merdeka dan mengganti nama dengan Republik Dominika. 2. Venezuela Perjuangan kemerdekaan di Venezuela pertama kali dilakukan oleh Francisco Miranda yang telah mulai memberontak melawan Spanyol pada tahun 1806. Francisco Miranda merupakan putera dari keluarga kaya raya di Caracas (Venezuela) yang seorang bangsa Kreol. Awalnya, Francisco Miranda mendapatkan semangat atau fikiran untuk kemerdekaan tanah airnya adalah karena saat usia mudanya ia sudah memasuki Angkatan Perang Spanyol, ia juga sering mengunjungi Amerika Serikat (1783-1784) dimana disanalah dia banyak bertemu dengan pemimpin revolusi Amerika Serikat.dari Amerika Serikat, ia pergi ke Perancis dan memasukii Angkatan Perang Rebublik Perancis I. Pada tahun 1806, Francisco Miranda mendarat di Venezuela dengan sebuah ekspedisi kecil, dan usahanya untuk menjatuhkan pemerintah kolonial gagal, karena banyak rakyat yang tidak memberikan bantuan yang wajar. Ia pun mengungsi ke Inggris. Pada tahun 1810, Spanyol sibuk memerangi Napoleon. Miranda kembali lagi ke Venezuela pada tanggal 5 Juli 1811. Pada hati itu juga dapatlah dibentuk suatu Kongres, yang kemudian menyatakan kemerdekaan Venezuela lepas dari Spanyol dan pada tanggal 21 Desember 1811 disusun suatu konstitusi.Namun, pada tanggal 28 Maret 1812 kota Caracas (wilayah yang dikuasai Francisco Miranda) diguncang dan dihancurkan oleh gempa bumi yang hebat yang menelan korban 20.000 jiwa. Dua puluh ribu orang menjadi korban, pasukan Miranda merosot serangan tempurnya karena banyak diantara korban tersebut adalah pasukan Miranda. Hal ini dimanfaatkan oleh Kerajaan (royalis) Spanyol untuk menyerang kembali Venezuela. Penyerangan ini berhasil dan Francisco Miranda berhasil ditangkap dan dibuang ke Spanyol. Francisco Miranda dipenjara di Spanyol, dan meninggal disana pada 14 Juli 1816. Mungkin ini merupakan satu-satunya contoh dalam sejarah dinia, diaman suatau gerakan kemerdekaan digagalkan oelh bencana alam. Pengganti-penganti Miranda pun meneruskan perjuangan Miranda, salah satunya adalah Simon Bolivar (1783-1830). Melihat situasi yang belum matang, Bolivar pergi ke Colombia (1812), dan bergabung dengan pasukan pejuang kemerdekaan lain, dan sukses. Dalam tahun berikutnya, yaitu pada tanggal 15 Juli 1913 Simon Bolivar menyatakan “Perang sampai mati” pada Spanyol. Kemudian, Simon Bolivar kembali ke Venezuela dengan menjajahi Pegunungan Andes. Dalam bulan Januari 1814, Republik Venezuela di proklamasikan dengan Bolivar sebagai “ Libertador” nya atau “Pembebas” nya. Namun, pasukan-pasukan Spanyol dapat mengkonsolidasikan kekuatan, mendobrak pertahan Bolivar. Ia pun terpaksa lari ke Colombia, kemudian lari ke Jamaica, dan akhirnya ke Haiti. Dari Haiti inilah disusun rencana penyerangan kembali ke Venezuela, dengan bantuan Haiti secara penuh. Ia mneyerbu ke Venezuela tahun 1817 dan banyak mengalami kesuksesan. Akhirnya, pada tanggal 20 November 1818, di Angostura di proklamasikan lagi kemerdekaan Venezuela. Perjuangan kemerdekaan berlangsung terus kerena pasukan-pasukan Spanyol yang baru terus berdatangan dari Spanyol. 3. Ecuador Berkali – kali telah dilakukan pemberontakan untuk mendapatkan kebebasan dari para penjajah yakni pada tahun 1809–1810 yang berujung kegagalan. Selanjutnya Jendral Antonio Jose de Sucre pada bulan Mei 1821 mencapai Guayaquil / Ecuador berkat gabungan antara pasukan Colombia dan Venezuela. Sucre adalah pembantu Boliviar. Pada 24 Mei 1822 terjadi pertempuran Pichincha. Dalam pertempuran ini pasukan kerajaan dapat dikalahkan dengan bantuan sebanyak 1200 orang yang dikirimkan oleh oleh San Martin dari Peru. Boliviar kemudian menuju ke Ecuador dan ingin membentuk Republik Colombia disana yang terdiri dari Colombia, Venezuela, dan Ecuador. Kemudian di Guayaquil itulah terjadi perundingan antara Boliviar dan San Martin untuk membicarakan gerakan kemerdekaan di Amerika Latin. Akan tetapi selanjutnya San Martin ternyata tidak meneruskan perjuangannya. Ia kembali ke Lima/Peru, kemudian menuju Santiago/Chili, lalu ke Buenos/Aires Argentina, terakhir ke Prancis. Di sanalah ia meninggal pada 1850 tepatnya di Boulgne. Kemungkinannya, San Martin tidak suka berpolitik dan berpaham moderat. Berbeda dengan Boliviar yang lebih Revolusioner, dan menyukai bentuk Republik serta perjuangan fisik untuk melawan Spanyol. 4. Argentina Sementara Simon Bolivar sibuk mengurusi perang kemerdekaan di kawasan Amerika Selatan bagian utara, muncul Liberator lain di kawasan Amerika Selatan bagian selatan. Liberator tersebut adalah Jendral Jose de San Martin (1778-1850) yang memimpin perang kemerdekaan di Amerika selatan bagian selatan, yaitu daerah-daerah La Plata. San Martin adalah putera termuda seorang kapten Argentina. Ia mendapat pendidikan militer di Spanyol dan juga pernah berperang melawan Perancis-Napoleon. Mendengar akan adanya perang di Amerika Latin, ia meminta keluar dari ketentaraan Spanyol dan pulang kembalai ke Argentina. Rakyat Argentina pun menyambut kedatangan San Martin ini dengan hangat, karena mereka sangat membutuhkan seorang Jendral yang gemilang untuk memimpin kemerdekaan rakyat Argentina. Penyerangan Inggris terhadap Buenos Aires (1806 dan 1807) memberikan semangat pada orang-orang Kreol untuk memberontak untuk melawan Spanyol. Semangat tersebut terealisasikan pada tanggal 20 Mei 1810, yaitu Manuel Belgrano yang menuntut agar Raja Muda (Viceroy) yang menguasai Argentina ketika itu turun tahta. Spanyol ingin kompromi, tetapi akhirnya menyerah setelah pada tanggal 25 Mei 1810 orang-orang yang melakukan pemberontakan tersebut memaksa untuk dihapuskannya sistem pemerintahan oleh Raja Muda (Viceroyalty), sebagai lambang pemerintahan kolonial Spanyol. Suatu Dewan Pmerintahan tertinggi pun dibentuk, yang memerintah atas nama Ferdinand VII. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Argentina sudah memisahkan diri dari kekuasaan Spanyol sejak mereka membentuk pemerintahan sendiri ini di Buenos Aires pada tanggal 25 Mei 1810. Nampak ada dua aliran politik. Yaitu para rakyat yang masih menginginkan sistem monarki yang demokratis, dan rakyat yang menginginkan kemerdekaan penuh dalam bentuk republik, dan republiklah yang akhirnya dipilih menjadi bentuk negara Argentina. Dengan kemenangan ini, perjuangan selanjutnya ditujukan untuk membantu daerah-daerah lain, yakni Chili, Praguay, dan Uruguay. Dibawah pimpinan Jendral San Mrtin, tentara Argentina mengalahkan tentara Spanyol pada tanggal 9 Juli 1816. San Martin pun memproklamirkan kemerdekaan Argentina di Tucuman, Argentina. 5. Chili Setelah merdekanya Argentina, muncul kekhawatiran pada San Martin sebagai seorang ahli strategi yang mengetahui benar, bahwa tentara Spanyol yang berada di Peru merupakan suatu bahaya laten bagi Argentina, oleh karena itu San Martin berusaha untuk memerdekakan Peru dan Chili. Karena adanya alasan ini, negara yang menjadi tujuan utama setelah memerdekakan Argentina adalah Chili. Chili dan Peru adalah kedua negara yang sama-sama diincar untuk dimerdekakan atas Spanyol demi keamanan Argentina. Tokoh perjuangan Chili yang kemudian juga memerdekakan Peru adalah Jose de San Martin seorang militer, seorang ahli strategi, dan tidak menyukai politik, serta pernah berdinas lama dalam pasukan darat dan laut Spanyol. Dalam perjuangannya di Chili, San Martin dibantu oleh seorang Kreol bernama Bernardo O’Higgins, putera salah seorang gubernur asal Irlandia, di Chili. Bernardo O’Higgins juga pimpinan dari para tentara sukarelawan dari USA dan Inggris serta para pengungsi dari Chili. Mula-mula, Bernardo O’Higgins meminta bantuan Argentina dengan meminta pangkalan di Argentina Barat, yang akan dipergunakan sebagai pusat latihan dan pusat persiapan menyerang Chili dari timur Pegunungan Andes. Maksudnya adalah agar setelah Chili jatuh, Peru dapat diserang dari laut. Dalam bulan Januari 1817, San Martin melewati pegunungan Andes “sama seperti Hanibal atau Napoleon yang melintasi pegunungan Alp”. Proses penyerangan ini, dipersiapkan dengan matang yaitu melalui persiapan darat dan laut selama dua tahun (1814-1816). Penyerangan yang dilakukan melalui jalur Pegunungan Andes ini dengan tujuan untuk bergerak menyerang Chili dan memerdekakaknya dari kekuasaan Spanyol. Dalam peristiwa penyerangan San Martin dan kawan-kawannya ini dinamakan sebagai Pertempuran Chacabuco. Dalam pertempuran ini, pasukan Spanyol di Chili berhasil dikalahkan dengan mutlak pada 2 Februari 1817. Kemenangan gemilang ini juga berkat bantuan dari Bernardo O’Higgins, “The Hero of Chili”. Penyerangan ini berhasil mendapatkan ibukota Chili (Santiago) yang dapat diduduki. Kemerdekaan Chili pun diproklamirkan pada 2 Februari 1817. San Martin ditawari jabatan sebagai Kepala Pemerintahan di Chili, namun karena menyadari dirinya adalah seorang prajurit yang lebih suka di medan perang, tawaran tersebut diberikan kepada Bernardo O’Higgins, seorang tokoh pejuang yang telah banyak membantunya dalam memerdekakan Chili. Bernardo O’Higgins pun menjadi presiden pertama Chili yang kemudian melanjutkan perjuangan untuk memerdekaan Peru. 6. Peru Gerakan kemerdekaan di Peru terinspirasi oleh Jose dde la Riva Aguero. Pemberontakan dimulai dari tahun 1808 hingga 1813, namun gagal.selanjutnya dilakukan kembali pertempuran dengan bantuan dari orang Indian yakni pada tahun 1814 – 1815 yang juga gagal. Hal ini disebabkan karena kedudukan Spanyol di daerah tersebut cukup kuat. Hal ini dipahami San Martin yang selanjutnya menyerang Peru lewat jalur laut. Dalam penyerangan ini mendapat bantuan dari pasukan O’Higgins di Chili. Pada tanggal 20 Agustus 1820, ekspedisipun dimulai. San Martin berangkat dengan Thomas Cochrane seorang opsir Inggris yang kecewa terhadap pemerintahnya. dalam ekspedisi ini awalnya dilakukandengan jalan diplomasi, namun gagal, maka dilakukanlah jalur peperangan pada tanggal 9 Juli 1821 dan berhasilah penguasaan Terhadap Peru. Namun muncul Boliviar dan Sucre yang berhasil membebaskan Peru dalam Pertempuran Junin pada 6 Agustus 1824 dan Pertempuran Ayacucho pada 9 Desember 1824. 7. Bolivia Dulunya bernama Peru Atas (Upper Peru), pernah melakukan pemerontakan pada tahun 1808, 1810, dan 1815, namun mengalami kegagalan. Tak sampai disitu, Bolivia kembali melakukan dua ekspedisi yakni di tahun 1822 – 1823, akan tetapi baru mendapat keberhasilan pada tanggal 5 Januari 1825. Kemudian Boliviar mengumumkan kemerdekaanya di La Paz. Saat itu pula pasukan terakhir Spanyol menyerah tanggal 1 April. Untuk itu kemudian Boliviar diangkat sebagai “Bapak Peru Atas”. Kemudian sebagai penghargaan atas jasanya digantilah nama Negara ini menjadi Bolivia pada tanggal 25 Agustus 1825. 8. Paraguay dan Uruguay Paraguay mencapai kemerdekaannya tanpa banyak mengalami kesulitan dalam perjuangan. Paraguay merdeka pada tahun 1816 denga ibukota Asuncion yang dimerdekakan oleh pemimpin yang dikenal sebagai orang yang diktator yairu Dr. Jose Gaspar Rodriguez. Proses pencapaian kemerdekaan di Uruguay terlebih dahulu berjuang melawan Spanyol dan kemudian juga mencegah pencaplokan oleh Brazil dan Argentina. Uruguaymerdeka pada tahun1816 dengan tokoh kemerdekaan Jose de Artigas dengan ibukotaMontevideo. 9. Brasil Ratu maria dan keluarganya melarikan diri dari Portugal menuju ke Brasil dan bertempat tinggal di Bahia. Selanjutnya merka pindah ke Rio de Janeiro. Di sinilah kemudian terjadi pembangunan daerah di bidang kesehatan rakyat, pendidikan, perbankan, jalan dan park, gedung – gedung serta lain sebagainya. Pada tahun 1816 Ratu Maria meninggal dan digantikan oleh Regent John sebagai John VI. Kemudian muncullah pemberontakan oleh rakyat Pernambuco pada Maret 1817, namun gagal. Akibat dari perubahan – perubahan tidak terjadi secara revolusioner, rakyatpun mendesak John VI untuk kembali ke Eropa pada 26 April 1821. Namun pedro anka dari Raja John tidak mau kembali ke Eropa. Kemudian melalui parlemer (disebut Cortes) untuk mendepak dan mengurangi kekuasaannya. Kemudian muncul Dom Pedro yang menjadi pemimpin gerakan untuk melawan Pedro. Dom kemudian mengumumkan semboyan “Grito do Ypiranga” atau “Pekik dari Ypiranga” yaitu “Merdeka atau Mati” pada tanggal 7 September 1822. Untuk itu kemudian Dom Pedro dinobatkan sebagai Kaisar Konstitusional Brasil berkedudukan di Rio de Janeiro walaupun konstitusinya sendiri baru ada pada tahun 1824. 10. Meksiko Perjuangan kemerdekaan di Meksiko memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi negara-negara di Amerika Tengah. Sama seperti halnya dengan perjuangan kemerdekaan di Venezuela dan Argentina yang menjadi motivator bagai negara-negara lain di Amerika Selatan. Pendaratan Hernando Cortes pada tahun 1519, menandai dimulainya perintisan zaman penjajahan Spanyol di Meksiko. Penjajahan ini berlangsung antara tahun 1521-1815. Api Pemberontakan di Meksiko mulai dinyalakan di Guanajuato/ Meksiko pada malam tanggal 15 September 1810. Pada tengah malam tanggal 15 September 1810, Miquel Hidalgo y Costilla seorang pastor Paroki Dolores (Mexico City) yang revolusioner, pada malam itu memeulai perjuangan menumpas kekuasaan Spanyol dengan suatu pekik kemerdekaan yang disebut “Grito” yang memekikkan “Death to the Spanish–Born, Long Live Our Lady Guadalupe”. Tengah malam itu, Peter Miquel Hidalgo membunyikan lonceng gereja. Umatnya yang mendengar lonceng pada tengah malam itu bergegas ke gereja dan dihadapan umatnya itu Pastor Hidalgo menyerukan “Grito” : “Hiduplah Bunda kita dari Goudalope! Matilah Pemerintah yang jahat! Matilah orang-orang Spanyol”. Pekikan suara kemerdekaan ini di pekikkan di Gerja Dolores/Guanajuato, sehingga disebut huga sebagai “Grito de Dolores”. Seruan ini (Cry of Dolores) adalah tanda dimulainya perjeangan kemerdekaan rakyat Meksiko terhadap pemerintahan Spanyol. Pastor Miquel Hidalgo membawa banyak semangat bagi rakyat Spanyol untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan kolonial Spanyol. Salah satu wujudnya sebagai motivator adalah Hidalgo terkenal dengan dekritnya untuk mengahpuskan sistem perbudakan bagi rakyat Meksiko (19 Oktober 1810). Karena pergerakan perjuangan yang dinilai membahayakan kedudukan pemerintah kolonial Spanyol di Meksiko, Pastor Miquel Hidalgo dianggap bersalah oleh pemerintah Spanyol, sehingga harus ditangkap dan ditembak mati di daerah Chihuahua oleh tentara Spanyol karena menurut orang Spannyol, Hidalgo dianggap sebagai pemberontak, tetapi oleh orang Meksiko dianggap sebagai pahlawan, sehingga orang-orang Meksiko menamakannya “Bapak Kemerdekaan Mexico.” (Father of Mexican Independence). Sepeninggal pastor Miquel Hidalgo, mulcul para pemimpin-pemimpin patriotik lainnya yang meneruskan perjuangan ini, antara lain : Peter Jose Maria Morelos, seorang pendeta terkenal, negarawan, dan juga seorang ahli strategi. Namun, sama seperti pendahulunya, yiatu Hidalgo Morelos juga ditangkap dan ditembak mati oleh pemerintah Spanyol di San Cristobal Ecatetec (22 Desember 1815). Perjuangannya ini kemudian dilanjtkan lagi oleh pasukan komandan patriot Meksiko untuk sektor selatan, yaitu Jendral Vicente Guererro dan juga oleh Kolonel Agustin de Iturbide, seorang opsir pasukan Spanyol yang ditugaskan untuk menangkap Guererro berbalik haluan, yaitu dengan bergabung dengan pasukan Meksiko yang saat itu dipimpin sendiri oleh Jendral Guererro. Pada akhirnya, semakin banyak perlawanan-perlawanan dari rakyat Meksiko yang menentang orang-orang Spanyol yang membuat kekuatan Spanyol makin surut pada tanggal 24 Agustus 1821. Sehingga, Mexico pun dapat merebut kembali kemerdekaannya selama 11 tahun. Raja Muda Spanyol yang terakhir untuk Meksiko adalah Juan O’Donoju, yang dipaksa oleh para pejuang Meksiko untuk menandatangani Rencana Iguala. Perjanjian perdamaian pun dilakukan antara Presiden terakhir Spanyol di Meksiko dengan Jendral Iturbide. Pasukan-pasukan Spanyol terakhir meninggalkan Meksiko pada tanggal 27 September 1821 dan pada hari itu juga Iturbide dengan pasukannya memesuki kota Meksiko. 11. El Savador Terinspirasi dari perjuangan M. Hidalgo pada tahun 1810, maka di El Savador muncul pemimpin pergerakan yaitu Jose Matias Delgado seorang pendeta dan ahli hukum yang juga dikenal sebagai “Bapak dari Tanah Air Amerika Tengah” bersama-sama dengan Manuel Jose Arce mengadakan pemberontakan untuk menuntut kemerdekaan terhadap Spanyol (1811-1814). Pada tahun 1811, J.M. Delgado memimpin pemberontakan, yang diikuti juga oleh Nicaragua. Kemerdekaan El Savador diproklamasikan, tetapi pasukan-pasukan Spanyol cepat didatangkan dari Guatemala dan pemberontakan-pemberontakan pun dapat ditumpas. Delgado pun dipenjarakan di Guatemala. Satu tahun setelah pemenjaraan Delgado, datang berita dari Spanyol bahwa di Spanyol terbentuk konstitusi baru yang lebih demokratis (1812). Adanya berita ini membuat rakyat jajahan Spanyol di Amerika Tengah merasa puas dan ingin mengambil prinsip-prinsipnya sendiri dalam rangka menyusun pemerintahan-pemerintahan di Amerika Tengah yang akan datang, tetapi dalam lingkungan imperium Spanyol. Tetapi serentak juag datang kabar lain tentang pemulihan tahta Ferdinand VII (1814), harapan rakyat Ameika Tengah untuk adanya pembaharuan pun bubar sama sekali. Kembali mereka pun menyusun kekeuatan fisik untuk merebut kemerdekaan melalui pemberontakan. Ketika Delgado keluar dari penjara, ia meneruskan perjuangannya yang semula yaitu menuntut kemerdekaan dari Spanyol. Tetapi pada waktu itu timbul aliran politik lain yang lebih moderat, dibawah pimpinan Jose Cecilio del Valle. Delgado tetap menuntut kemerdekaan langsung dari Spanyol dengan segera, sedangkan Valle masih memperhitungkan waktu dan persiapan yang lebih matang. El Savador merupakan salah satu negara yang tergabung dalam Captaincy of Guetemala yang terdiri dari negara-negara : Guetemala, Honduras, El Savador, Nikaragoa, dan Costarica. Kelima negara ini kemudian membentuk suatu konfederasi yang dinamakan “United Provinces Of Central America”. El Savador memproklamasikan bersamaan dengan kemerdekaan di Amerika Tengah, yaitu pada tanggal 15 September 1821. 12. Guatemala Perjuangan kemerdekaan di Meksiko menggugah semangat dari negara-negara lain di kawasan Amerika Tengah. Semangat ini terpacu pada Rencana Iguala dari Jendral Iturbide (1821). Hal ini membuat orang-orang Kreol di Guetemala segera bergerak. Pada tahun 1821, Rakyat Amerika Tengah bangun untuk memberontak kembali dibawah pimpinan Pastor Jose Simon Canas, Pastor dari Guetemala City. Pada tanggal 15 September 1821 di kota Guetemala, diproklamasikan kemerdekaan Guatemala, dengan masih mempergunakan konstitusi Spanyol tahun 1820 sebagai dasar negara dan pemerintahan. Perancangnya adalah Cecilio del Valle. Pastor Jose Simon Canas, Pastor dari Guetemala City akhirnya menyatakan kemerdekaan Amerika Tengah di Guetemala City pada tanggal 15 September 1821. 13. Kuba Daerah koloni Spanyol terakhir di amerika Latin yang masih harus merebut kemerdekaannya adalah Cuba, “Mutiara Dari Pulai Antillen” (the pearl of the Antillles). Hal ini bkan berarti rakyat Kuba tidak ingin terbebas dari para penjajah. Namun mereka telah melakukan usaha–usaha pemberontakan pada tahun1826– 868 akan tetapi selalu mengalami kegagalan. Untuk melakukan pemberontakan ini Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar dari segi pembiayaan, perlengkapan, persenjataan, dan fasilitas penggunaan wilayahnya. Pemimpin pemberontakan yang menggunakan taktik perlawanan terbuka ini diantaranya adalah jenderal Narciso Lopez (dari Venezuela), Joaquin de Aguero, dan Ramon Pinto. Pada tahun 1868 – 1878 di kuba terjadi Perang Sepuluh Tahun yang merupakan pemberontakan rakyat Kuba terhadap Spanyol. Perang ini dilakukan ketika Ratu Elizabeth II turun tahta. Pemimpin Kuba saat itu diantaranya adalah Carlos Manuel de Cespedes, Fransisco Aguliera, Maximo Gomes, dan Jenderal Ramon Balanco. Ketika itu pemerintah Spanyol menjanjikan kemerdekaan kepada Kuba, maka rakyat Kuba meletakkan senjata. Syangnya, janji Spanyol tak kunjung ditepati. Akibat dari perlawanan ini semangat revolusi rakyat Kuba semakin meluap, banyak yang melarikan diri ke Amerika Serikat. Amerika Serikat melihat kekalahan Kuba juga menjadi semakin benci kepada Spanyol. Untuk itu kemudian terjadilah Revolusi 1895 yang terorganisirkan untuk melawan Spanyol. Kemudian muncul tokoh Jose Marti yang merupakan seorang penyair yang menjadi Pahlawan kemerdekaan Amerika Latin. Selanjutnya Amerika Serikat menyatakan bahwa Kuba berhak untuk merdeka. Untuk itu segera Spanyol menyatakan perang terhadap amerika Serikat pada tanggal 24 April 1898 dan dibalas dengan tindakan yang sama di keesokan harinya, maka terjadilah perang resmi diantara keduanya. Amerika Serikat dengan mudah mengalahkan tentara Spanyol di Kuba, Puerto Rico, dan Philipina. Akibatnya Kuba dikuasai oleh Amerika Serikat pada 1 Januari 1899. Dalam pendudukan ini terdapat beberapa ketentuan resmi yakni Guantanamo Bay, Bahia Honda, dan lain – lain disewagunakan kepada Amerika Serikat. Pda tanggal 20 Mei 1902, Thomas Estrada Palma diangkat sebagai Presiden pertama Republik Kuba dan penguasa militer Amerika Serikat menyerahkan kekuasaan pemerintah kepadanya.Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba tetap dikendalikan oleh Amerika Serikat yaitu: a. Amerika Serikat mendektekan Amandemen Platt atas konstitusi Kuba yang baru di batalkan dlam tahun 1934 b. Amerika Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan Laut di Teluk Guantanamo (Kuba). 14. Puerto Rico Dalam perdamaian Paris tanggal 10 Desember 1898, Kuba dinyatakan merdeka, sedangkan Puerto Rico, Philipina dan pulau Guam dijadikan Koloni Amerika Serikat. 2.6 Hasil Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin Perjuangan suatu bangsa dalam mencapai kemerdekaan negaranya dari bangsa kolonial sudah pasti menimbulkan berbagai dampak atau hasil dalam berbagai bidang kehidupan di negara yang dijajah dan bagi negara yang menjajah. Hal ini dapat disadari karena memang suatu penjajahan dalam suatu negara sangat mempengaruhi berbagai sendi kehidupan, yang secara pasti tentu banyak merugikan bagi bangsa yang terjajah dan menguntungkan bangsa yang menjajah. Berikut hasil yang didapatkan dari adanya pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin, yaitu : 1. Bidang Politik Banyaknya pergerakan kemerdekaan yang dilakukan di berbagai negara di Amerika Latin yang ingin terbebas dari penjajah Spanyol dan Portugis yang menjajah negara-negara di Amerika latin memiliki satu tujuan yang sama yaitu merdeka. Negara-negara di Amerika Latin melakukan berbagai banyak cara untuk memerdekakan negaranya. Perjuangan ini tidak dilakukan dalam waktu yang singkat dan telah banyak menimbulkan kerugian bagi bangsa yang melakukan pemberontakan itu sendiri. Namun, hal ini tidak terasa ketika hasil fundamental pertama yang dicapai adalah sudah pasti dalam bidang politis yaitu dicapainya Kemerdekaan. Selain itu, secara fisis berati hasil yang dicapai bagi negara yang melakukan pergerakan kemerdekaan adalah dapat tertranslasikannya wilayah jajahan menjadi teritor nasional negara-negara yang dijajah. Namun, pada umumnya kondisi-kondisi dinegara yang baru saja merebut kemerdekaan dari penjajah adalah sangat menyedihkan. Hal ini juga berlaku bagi negara-negara dihampir seluruh negara baru merdeka di Amerika Latin. Terbukti denagn pengalaman berpolitik yang belum ada, karena kegiatan berpolitik bagi negara-negara yang dijajah ini adalah baru dimulai pada saat masa perang kemerdekaan itu juga. Ditambah lagi dengan timbulnya perbedaan pendapat secara prinsipal mengenai arah dan tujuan pada saat mencetusnya perang. Mengenai bentuk pemerintahan, pada negara-negara yang baru merdeka adalah banyak yang memiluh bentuk Republik, kecuali Brazil, Meksiko (awal merdeka berbentuk kekaisaran, namun kemudian berganti menjadi Republik), dan Haiti. Namun, pemilihan bentuk pemerintahan Republik tidak selalu mulus, karena masih sering terjadi banyak pertentangan antara bentuk pemerintahan mana yang lebih baik, monarkhi atau republik. Hal ini pernah dipertentangkan secara fundamental oleh tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan, seperti halnya : San Martin, Simon Bolivar, Bel Grano, Rivadavia, Sucre, Pueyrredon,dan Lucas Aleman. 2. Bidang Sosial Secara mental spiritual, kesadaran akan pengabdian dan kecintaan tanah air (patriotisme) mulai muncul pada jiwa rakyat dari bangsa-bangsa yang terjajah. Hal ini lambat laun mengubah dirinya menjadi suatu faham akan pentingnya nilai-nilai nasional sebagai landasan terpokok dalam kehidupan berpemerintahan sendiri (nasinalisme). Kepercayaan terhadap diri masing-masing bangsa makin tebal dan kepercayaan ini menyebar pula dalam kebudayaan, baik kebudayaan material maupun kebudayaan spiritual. Hasil pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin dalam bidang sosial dapat dilihat pada masyarakat Amerika Latin yang baru saja merdeka memiliki corak feodal dan aristokrat yang menyebabkan timbulnya klas-klas baru dalam masyarakat, yaitu : a. Klas Atas yang terdiri dari tuan-tuan tanah besar dan bangsawan gereja yang umumnya adalah orang-orang Spanyol. b. Klas Menengah yang terdiri dari golongan industralis dan pedagang. c. Klas Rendah yang terdiri dari golongan rakyat miskin, petani, penggarap tanah, pekerja/buruh kecil yang umumnya adalah orang-orang Indian. d. Klas baru adalah Klas yang terdiri dari dari orang-orang militer atau Caudillo yang mersa telah berjasa dalam perang-perang kemerdekaan dan menganggap dirinya juga penting dalam masa berikutnya. Kals inilah yang kemudian berkembang menjadi klas militer, yang merintis sistem kediktatoran militer atau Caudillismo di Amerika Latin, sehingga akhirnya banyak negara di Amerika Latin yang tebiasakan denga junta-junta militer. 3. Bidang Kebudayaan Masyarakat Amerika Latin yang baru (setelah dicapainya kemerdekaan) mulai menggali lagi nilai-nilai kebudayaan lama yang hampir punah karena penjajahan Spanyol dan Portugal, yang sketika itu disesuaikan dengan nilai-nilai modern yang disesuaikan perkembangan zaman. Meskipun pada kenyataannya, hal ini tidak semulus yang diharapkan karena masalah budaya adalah masalah yang sensitive bagi rakyat pada umumnya yang menimbulkan terjadinya pertentangan-pertentangan antara harapan dan kenyataan, antara idealisme dan realisme, antara cita-cita dan kemampuan. Hal ini terjadi karena selama tiga abad negatra yang terjajah mengalami keterbelakangan dari negara-negara lain yang tidak mungkin dapat diselasikan dalam waktu singkat mengingat kemampuan-kemampuan manusianya yang terbatas. 4. Bidang Ekonomi Dalam bidang ekonomi bagi negara-negara di Amerika Latin yang baru saja mengalami kemerdekaan adalah tidak memiliki pengalaman ekonomi yang banyak, sehingga memaksa negara-negara di Amerika Latin untuk mengikat pakta-pakta perdagangan dengan Inggris dan Amerika Serikat, untuk memulihkan kembali potensi ekonomi-perdagangan (terutama pertambangan), yang banyak mengalami kerusakan pada masa perjuangan kemerdekaan. 5. Bidang Pendidikan Kondisi pendidikan rakyat di Amerika Latin setelah perjuangan kemerdekaan adalah rakyat tetap terbelakang dan buta huruf. Untuk mengatasi kesulitan ini diusahakan segera pendirian sekolah-sekolah, namun sayangnya hampir setiap pemerintahan baru di Amerika Latin ketika itu adalah terbentur pada soal biaya. Pendidikan masih bersifat klasikal dan humanistis. Sistem-sistem Inggris dan Amerika Serikat berangsur-angsur mulai mengantikan sistem Spanyol dan Portugis yang sebelumnya dianut di Amerika Latin. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi masih diusahakan oleh golongan gereja. 7. Masalah Kepemilikan Tanah Masalah kepemilikan tanah adalah salah satu hasil dari pergerakan kemerdekaan negara-negara di Amerika Latin. Hal ini dikarenakan masalah kepemilikan tanah selalu merupakan masalah pokok dalam mencapai keadilan sosial di Amerika Latin. Hal ini sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Spanyol atau Portugal di kawasan Amerika Latin yang melakukan praktek-praktek oligarkhi dan nepotisme waktu itu. Seperti contohnya raja yang memberikan tanah luas kepada keluarga, kerabat, atau kenalan raja, dan juga hak waris. Sedangkan raja hanya memberikan tanah yang kecil kepada petani kecil. Penghuni tanah-tanah kecil ini adalah orang-orang Indian, yang dipekerjakan secara paksa disana dan hasilnya diberikan kepada keluarga, kerabat, atau kenalan raja, dan juga hak waris. Selain itu, gereja juga diberi tanah yang luas bauk di desa mupun dikota, sehingga siapapun yang ingin tinggal ditanah tersebut harus membayar sewa kepada gereja. Para pendeta gereja adalah umumnya orang Spanyol. Dibanyak negara di Amerika Latin, masalah tanah inilah yang seringkali menyebabkan revolusi atau pergolakan didalam negeri. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Istilah Amérique latine bermula dari istilah geopolitik yang diciptakan Kaisar Napoleon III dari Perancis, yang menyebut istilah Amérique latine and Indochine sebagai tujuan ekpansi Perancis semasa masa pemerintahannya. Walaupun awalnya dipakai untuk membantu ambisi Napoleon mengklaim wilayah di Amerika sebagai milik Perancis, istilah Amérique latine akhirnya digunakan untuk menyebut kawasan di benua Amerika yang penduduknya dari abad ke-15 dan ke-19 adalah pemukim yang berbicara bahasa-bahasa Roman asal Spanyol, Perancis, dan Portugal. Selain bermula sebagai istilah politik Napoleon, istilah "Amerika Latin" juga dipakai Michel Chevalier pada tahun 1836 dalam tulisan berjudul Lettres sur l'Amèrique du Nord. Gerakan kemerdekaan di Amerika Latin didasari atas kekecewaan rakyat terhadap tindakan penjajah Spanyol dan Portugal. Mereka dipaksa untuk membayar pajak tinggi, bekerja keras, dan tidak mendapat pendidikan. Akhirnya rakyat menolak dengan beberapa perlawanan di masing – masing daerah koloni. Rasa Nasionalisme mulai muncul saat masa perjuangan kemerdekaan dan berkembang ketika setelah kemerdekaan. Akan tetapi setelah kemerdekaan. Setelah Perang Kemerdekaan, Amerika Latin mengalamai perubahan dalam berbagai bidang, seperti bidang politik, sosial, kebudayaan, ekonomi, keagamaan, pendidikan, dan kepemilikan tanah. DAFTAR PUSTAKA Mukmin, Hidayat. 1980. Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa Ini. Jakarta: Ghalia Indonesia http://historyfileon.blogspot.com/2011/06/nasionalisme-di-amerika-latin.html http://titisindari.blogspot.com/2013/05/amerika-latin.html http://dwiatika02.blogspot.com/2013/04/sejarah-amerika-latin.html

KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DENGAN INDONESIA

KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DENGAN INDONESIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd Oleh EVIE EKA YULIATI (120210302105) Kelas B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2014 KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah bersedia membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah dengan judul “KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DENGAN INDONESIA” dapat berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian makalah sebagai salah satu tugas matakuliah Sejarah Amerika. Penulisan makalah ini berdasarkan literatur yang ada. Penyusun menyadari akan kemampuan yang sangat terbatas sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya. Namun, makalah yang disajikan sedikit banyak bermanfaat bagi penyusun khususnya dan mahasiswa lain pada umumnya. Penyusun juga menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan hati terbuka penyusun menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah tersebut. Jember, Mei 2014 Penulis DAFTAR ISI Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan 2 BAB 2 PEMBAHASAN 3 2.1 Latar Belakang Kelahiran negara adidaya 3 2.2 Permasalahan dua negara Adidaya (Amerika serikat – uni soviet) 4 2.3 Berakhirnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet 6 2.4 Kekuatan Amerika Serikat 8 2.5 Faktor-faktor Amerika Serikat menjadi ngara Adidaya 9 BAB III PENUTUP 14 3.1 Kesimpulan 14 3.2 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dengan masalah-masalah keamanan yang dilakukannya tersebut memiliki ciri yang bertentangan. Ciri khas politik Amerika Serikat itu sendiri memiliki kolaborasi yang seimbang antara memeilihara, melindungi, dan memperluas kepentingan Amerika Serikat itu sendiri di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tetapi peran politik yang paling penting dan realistik dalam kancahnya di Irian Barat adalah politik intervensionis. Di mana pada masa pasca Perang Dunia II, permasalahan Irian Barat itu sendiri diintervensi oleh Amerika Serikat melalui pemerintahan kepresidenan Harry S. Truman, Dwight D. Eisenhower, John Fitzgerald Kennedy dan sebagainya yang terpengaruh oleh kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang terpengaruh dari pemimpin-pemimpinnya tersebut. Dalam suatu pemerintahan liberal maupun kebijakan luar negeri yang dijalankan Amerika Serikat, terdapat peran kaum neokonservatif yang melakukan rekayasa sosial. Rekayasa sosial terbentuk dari sebuah gerakan dengan visi tertentu yang bertujuan untuk mempengaruhi perubahan sosial, tetapi dalam konteks social engineering (rekayasa sosial) yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat, adalah dengan melakukan penyebaran demokrasi terhadap negara-negara yang masih diktator. Dalam hal ini Soekarno dianggap sebagai seorang diktator yang menghalangi kepentingan Amerika Serikat di Indonesia khususnya Irian Barat pada masa pasca Perang Dingin tersebut. Keterlibatan Amerika Serikat itu sendiri tidak terlepas dari adanya peran Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia yang baru merdeka pada tahun 1945. Pengaruh-pengaruh Blok Timur di Indonesia mulai dikesampingkan oleh presiden Amerika Serikat pada saat itu yaitu Harry S. Truman di mana konflik kependudukan dan geografi Irian Barat itu sendiri berakar dari adanya kepentingan Amerika Serikat untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai bagian dari negara-negara penganut Blok Barat, tetapi dengan adanya peran Soekarno yang bersikap tegas dan tidak mudah untuk diatur, Amerika Serikat menggunakan kesempatan tersebut di mana pada saat itu Indonesia sedang melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan terhadap Belanda untuk membantu Belanda mengklaim Irian Barat sebagai daerah yang diklaim Belanda dalam jajahannya agara Indonesia tetap condong ke Blok Barat di bawah pengaruh Belanda. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana keterlibatan Amerika dalam Kemerdekaan Indonesia? 2) Bagimana hubungan Amerka dan Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia? 3) Bagaimanakah gerakan-gerakan CIA di Indonesia? 4) Bagaimanakah Intervensi Amerika Serikat terhadap Indonesia? 1.2 Tujuan 1) Untuk mengetahui keterlibatan Amerika dalam Kemerdekaan Indonesia. 2) Untuk mengetahui hubungan Amerka dan Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia. 3) Untuk mengetaui gerakan-gerakan yang dilakukan CIA di Indonesia. 4) Untuk mengetahui Intervensi Amerika Serikat terhadap Indonesia. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Amerika dan Kemerdekaan Indonesia Keterlibatan Amerika dalam politik Indonesia sebenarnya telah dimulai tidak lama setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya. Keterlibatan ini terjadi ketika Indonesia dan Belanda melakukan negosiasi yang berkaitan dengan pengakuaan kemerdekaan dan kedaulatan serta penetapan batas-batas wilayah. Saat itu sebenarnya Indonesia dan Amerika sangat kuat menentang kolonialisme. Meskipun demikian, anti kolonialisme semakin diabaikan secara diam-diam di bawah pemerintahan presiden S.Truman (1945-1953) mendukung upaya pendudukan kembali Indonesia ini oleh pemerintah kolonial Belanda.(Baskara T.Wardaya.2007.hal 78-79) Ada beberapa alasan bagi posisi demikian: 1. Pertama, ketakutan akan komunisme. 2. Kedua, pentingnya Indonesia bagi kepentingan ekonomi Belanda. Indonesia yang kaya akan SDA telah menjadi sumber utama ekonomi Belanda. 3. Ketiga, kepentingan ekonomi Amerika. Ada sejumlah perusahaan Amerika yang kini beroperasi di Sumatra. Keberadaan Belanda akan menjamin keamanan perusahaan-perusahaannya. Para pejabat Amerika khawatir bahwa kepergian Belanda dari Indonesia akan mendorong negeri baru itu menasionalisasikan perusahaan asing milik Amerika.( Baskara T.Wardaya.2007.hal 81 dalam Kahin and Kahin.hal 29-30). 2.2 Amerika Setelah Kemerdekaan Indonesia Untuk beberapa saat ini, alasan diatas menjadi penentu bagi sikap AS terhadap Indonesia. Namun, akhirnya sikap itu berubah. Ada dua perubahan yang mendorng perubahan itu. Pertama, Keberhasilan Indonesia dalam mengatasi peristiwa Madiun 1948. Kedua, militer Belanda terhadap Indonesia dalam mengatasi agresi pertama (Juli-Agustus 1947) dan Agresi kedua (Desember 1948). Berdasarkan dua pertimbangan itu, banyak pejabat AS mulai meninjau kembalidukungan mereka terhadap Belanda dan mulai menunjukan dukungan tehadap Indonesia. Kemudian mereka menekan Menlu Dean Acheson yang selalu mendukung kepentingan Belanda. Acheson pun setuju bahwa AS membantu perundingan Indonesia-Belanda yang disponsori PBB yang disebut KMB yang diadakan di Den Haag pada 1949. Pada sidang KMB Indonesia dituntut untuk membayar utang kepada Belanda sebesar 1,3 Milyar Amerika, Sejak diakhirinya KMB hubungan Amerika-Indonesia membaik. Namun hal ini tak bertahan lama yang disebabkan Duta Besar Amerika pertama membujuk pemerintah Indonesia untuk meninggalkan prinsip Non-Bloknya dan memihak blok Barat. Namun pemerintah AS berbohong kepada pemerintah RI dalam bentuk bantuan ekonomi yang pemerintah RI tak sadar didalamnya telah menyetujui untuk memihak Blok Barat. Keinginan Amerika untuk memulihkan hubungan dengan Indonesia sama besarnya dengan tanggungjawabnya kepada Inggris dan Malaysia. Soekarno dan banyak pemimpin lainnya di Indonesia menginginkan bantuan Amerika dan menantang Malaysia pada waktu yang bersamaan. Dan saat itu pula PKI sangat khawatir akan berpalingnya kiblat Indonesia ke AS. (M.C Ricklefs.2008.hal 566). Meskipun telah ada usaha perbaikan hubungan, dukungan Amerika terhadap kemerdekaan Indonesia terlihat menurun. Hal ini disebabkan dengan bagaimana Amerika menyikapi berbagai perkembangan politik yang terjadi di Indonesia. Pada awal tahun 1950-an, Soekarno semakin kuat pada prinsipnya non-blok dan bebas aktif dalam hubungan luar negeri. Ia pun rajin membina hubungan dengan negara-negara Blok Timur (Lawan Amerika).(Baskara T,Wardaya.2007.hal 85). Sementara itu sikap Presiden Soekarno semakin kritis terhadap Amerika. Ia berterima kasih atas segala bantuan negara adidaya itu, tapi pada saat yang sama ia menunjukkan sikap hati-hati. Dalam pidato Kongres (7 Mei 1956)misalnya dengan jelas Soekarno menunjukkan sikapnya. Dalam pidatonya Soekarno meminta pengertian Amerika dan berterima kasih dalam persahabatan dan bantuannya tapi kemudian menamnbahkan, “Dalam rasa berterima kasih, saya ingin mengungkapkan diri secara terus terang sebagai teman”, lalu ia bertanya “Apakah saya diizinkan untuk berterus terang Bapak ketua sidang?” Bagi Soekarno bantuan luar negeri itu baik, namun ada sejumlah catatan yang perlu ditambahkan. Katanya “…dalam dunia Internasional yang telah terbelah seperti ini, kami kami telah berketetapan bahwa darimana pun datangnya suatu bantuan, tak ada bantuan material yang mampu merampas dari tangan kami kemerdekaan yang telah kami perjuangkan mati-matian itu. Bagi kami kemerdekaan itu lebih berharga daripada produk apa pun yang dapat dibeli atau dijual oleh suatu negara…..kami terbuka terhadap berbagai bantuan, namun dengan syarat bantuan itu diderikan demi keuntungan timbal balik. Kami menolak gagasan untuk menggadaikan kemerdekaan intelektual dan spiritual ataupun kebebasan fisik hanya demi uang.” (Baskara T,Wardaya.2007.hal 86 dalam The New York Times, May 18,1956,hal 1,4) Untuk mencegah partai komunis masuk ke dalam Indonesia, presiden Einshower menerapkan sebuah kebijakan membendung komunisme. Kebijakan tersebut menuntut suatu kerahasiaan Presiden Einshower dan Menteri Luar Negeri banyak bergantung dengan CIA. Perlu diketahui pula bahwa kebijakan Presiden Einshower segaris dengan kebijakan Amerika terhadap negara di Asia Tenggara. Berbagai operasi besar-besaran tapi rahasia lebih sering diutamakan daripada kebijakan resmi yang tampak.(Baskara T,Wardaya.2007.hal 87 dalam Kahin and Kahin.hal 6), Pada pemerintahan Nasionalis Cina, mereka mereka menghadapi ancaman komunis. Pada saat kelompok Komunis dan Nasionalis selesai menhadapi konflik, memenh keutuhannya terjaga. Namun, dibalik itu semua komunis bisa mengambil alih kekuasaan tahun 1949. Sebagaimana dikatakan John Foster Dulles, “Keutuhan teritorial Cina kita jadikan slogan. Akhirnya, kita memeng mendapatkan Cina secara teritorial tetap utuh-tapi demi keuntungan siapa? Keuntungan komunis?” (Baskara T,Wardaya.2007.hal 88 dalam Papers of John Foster Dulles, Harvey Mudel Library, Princeton University, Princeton, N.J,sebagaimana dikutip dalam Kahin and Kahin hal 10). Padahal menurutnya, seharusnya Amerika mendukung Cina untuk mengkonsentrasikan kekeuatan Nasionalis. Dan daerah yang tak bisa dipertahankan dibiarkan dikuasai Komunis yang suatu akhirnya akan direbut kembali. “Pelajaran dari Cina inilah yang menjadikan satu titik operasi rahasia Amerika terhadap Indonesia tahun 1950-an. Dalam pandangan pemerintah Eisenhower lebih baik Indonesia dipecah menjadi beberpa bagian daripada jatuh ketangan Komunis. Pada saat itu presiden Eisenhower beserta kawan-kawannya dan dua saudaranya takut apabila Indonesia jatuh ketangan komunis. Pada 8 September1957 pembangkang mengumumkan deklarasinya “Piagam Palembang” yang ditanda tangani oleh tiga pemimpinnya. Namun, pada tanggal 5 Februari 1958 ultimatum mereka ditolak, dan akhirnya mereka menyatakan memisahkan diri dari pemerintah RI. Dalam pemerintahan Eisenhower banyak yang gembira karena mereka memandang sebagai kesempatan untuk menggeser komunis ke non-komunis. Guna mencapai tujuan itu, mereka pun mengembangkan suatu kebijakan yang arahnya, “Menhancurkan PKI, perlemah kekuatan AD di Jawa, dan sejauh mungkin membatasi gerak, kalau bukan sepenuhnya menurunkan Presiden Soekarno”. 2.3 Gerakan-Gerakan CIA 2.3.1 CIA Dalam Konferensi Asia-Afrika Beberapa tahun sebelum terjadi pemberontakan dinas rahasia AS pernah melakukan aktivitas rahasianya. Misalnya saat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika 1955. Dan operasi ini dimulai dari inisiatif Soekarno yang akan mengadakan Konferensi di Bandung. Yang akhirnya para calon peserta sepakat dengan gerakan non-bloknya. Apabila itu bener terjadi, itu semua merupakan tantangan untuk membentuk SEATO yang di seponsori oleh AS yang bertujuan untuk membendung pengaruh Komunis. CIA kemudian mempertimbangkan cara untuk mengagalkan KAA. Selama bertahun-tahun rencana tersebut tersimpan sebagai rahasia. Semua terbuka pada tahun 1975 ketika sebuah komisi senat menyelidiki operasi CIA. Mendengar suatu kegiatan yang berkaitan dengan agen di negara-negara Asia Timur. Dan menurut kesaksian itu CIA mengusulkan suatu rencana untuk membunuh Soekarno guna mengacaukan KAA namun kesemuanya itu ditolak sepenuhnya. Akhirnya KAA berjalan sesuai persiapan. 2.3.2 Bantuan Untuk Masyumi Campur tangan CIA juga pernah dilakukan berkaitan dengan diselenggarakannya Pemilu 1955. Tujuan utamanya adalah mengacau PNI dan PKI. Para agen CIA di Indonesia merasa perlu bahwa Amerika memberi dukungan finansial yang amat besar kepada partai tersebut. Smith-yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Ketua Cabang CIA untuk Devisi Asia Timur-mengakui bahwa sumbangan sebesar satu juta dollar AS itu untuk sebuah partai politik bukan hal yang biasa. Oleh karena itu, supaya kelak tidak ketahuan,CIA menggunakan takik “Complete Write-Off”, yakni tiadanya permintaan pertanggungjawaban atas bagaimana uang itu akan digunakan. “Saya sama sekali tidak tahu bagaimana dan untuk apa akhirnya uang satu juta dollar itu digunakan oleh Masyumi.” (Baskara T,Wardaya.2007.hal 103 dalam Smith,h 210-211). Yang akhirnya proyek itu gagal total. 2.3.3 CIA dan Pemberontakan Daerah Semakin kuatnya pengaruh PKI, pada tahun 1957 CIA ikut langsung melibatkan diri dalam pemberontakan melelui operasi rahasia yang membutuhkan dukungan dari Pentagon. Untuk mendapatkan izin CIA menentukan kebijakan luar negeri AS. Saat di Indonesia terjadi perkembangan mengkhawatirkan. Dalam pemilu daerah 1957, PKI mendapat suara luar biasa. Bahkan Menteri Luar Negeri Christian A.Herter mengatakan dia prihatin apa yang terjadi di Indonesia karena pemerintahan demokratis telah dilempar keluar jendela.(Baskara T,Wardaya.2007.hal 107 dalam FRUS, Vol XXII,Doc.240,h 400). Dalam rapat Herter mendesak dipertimbangkannya konsekuensi seandainya Jawa dan Sumatra dipisah dari bagian Indonesia. Karena semua itu akan berguana untuk Indonesia di masa depan. Pada 2 Agustus 1957 Pembantu Luar Negeri untuk UrusanTimur Jauh Walter S. Robserton menyatakan keprihatinannya kepada Dubes Amerika untuk Indonesia John M.Allison atas situasi yang memburuk di Indonesia. 2.3.4 Pencopotan John Allison Semua keprihatinan menjadi alasan tambahan bagi CIA untuk menyakinkan pemerintahan Presiden Eisenhower tentang keseriusan CIA dalam masalah komunisme di Indonesia. Berkaitan dengan itu semua mereka menganggap bahwa Dubes Allison menjadi sebuah halangan untuk rencana mereka. Karena saat itu Amerika khawatir mengenai meningkatnya pengaruh komunisme di Indonesia. Malah-malah Allison mengatakan bahwa meskipun Indonesia secara resmi menganut politik bebas aktif orang Indonesia akan tetap berpaling dengan Amerika dan yang mereka butuhkan bukan saja bantuan militer dan teknis tapi hubungan antar manusia juga. Selain itu Indonesia kecewa karena tampaknya Amerika sedang mengabaikan tradisi sendiri ( bekas negara jajahan) dan malah bergabung dengan negara-negara kaya. Allison yang menjabat sebagai Dubes Amerika sejak 3 Maret 1957 menyatakan bahwa seharusnya mendukung pemerintah Indonesia karena pengaruh non-komunis paling besar tetap berada pada kabinet. Selanjutnya Dubes Allison merekomendasikan kepada pemerintah Amerika supaya memberikan bantuan ekonomi dan alat-alat militer. Allison juga menyatakan keberatan kalau CIA terlibat dalam urusan Indonesia. Bagi operasi CIA, Allison telah menjadi sumber masalah. Bahkan ia telah mengajukan pertanyaan menjengkelkan bagi CIA. Sebagai reaksi, dalam berurusan dengan Dubes yang “keras kepala” macam ini CIA menggunakan taktik lama yang sudah mereka pakai (Baskara T,Wardaya.2007.hal 110). Kecewa dengan Dubes AS di Indonesia yang bekerja belum ada saty tahun itu, orang-orang CIA mendesak Allen Dulles (Direktur CIA) agar kakaknya mencopot kedudukan Allison dari kedudukannya. Yang akhirnya John Foster Dulles memenuhi permintaannya itu. Pada akhirnya Allison ditarik dan digantikan oleh Howard P.Jones yang membahagiakan bagi CIA. 2.3.5 CIA dan Peristiwa Cikini Pada tanggal 30 Novenber 1957 CIA meleksanakan operasi rahasia dan mencoba membunuh Presiden Soekarno. Namun Presiden Soekarno selamat dan ada 10 orang tewas. Siapa pelaku peledakan granat tersebut belum diketahui. Dalam rapat NSC 5 Desember 1957 direktur CIA masih ragu pada laporan yang menyatakan bahwa komunislah yang ada dibalik itu semua. Akhirnya situasi tersebut di manfaatkan oleh agen CIA dan menyebarkan isu bahwa komunislah otak dari semua itu. Akhirnya diketahui pula bahwa pelakunya adalah anggota sebuah kelompok agama tertentu yang tak ada kaitannnya dengan CIA maupun PKI. 2.3.6 Allen Dulles, NSC dan Pemberontakan Daerah Dalam rapat NSC (National Security Council) Allen Dulles mengatakan apa pun yang terjadi di Indonesia khususnya luar Jawa semua tak terhindarkan. Setelah usai rapat NSC Allen Dulles dan Wakil Menlu Herter ingin bertemu dengan Presiden Eisenhower untuk membicarakan situasi di Indonesia. Namun, pertemuan itu tak terjadi. Dan apapun isi pembicaraan itu, pemerintah pusat Indonesia dengan tegas menolak ultimatum pemberontak. Jendral Nasution memecat pemimpin pemberontakan, yaitu Ahmad Husein dan para pendukungnnya juga dipecat. Dari Washington, Allen Dulles mengikuti perkembangan di Indonesia dengan seksama dan selalu mendapat laporan terbaru dari CIA (Baskara T,Wardaya.2007.hal 115). Dalam menjalankan misinya CIA diuntungkan oleh kehadiran militer AS yang datang ke Asia Tenggara di tambah kehadiran Inggris yang menyediakan markas operasi di Singapura yang dekat dengan Sumatra. Pada bulan-bulan pertama pemberontakan, CIA menyediakan sejumlah pesawat beserta para pilotnya guna menjalankan tugas penembakan dan pengeboman atas lokasi pertahanan pemerintah RI. Pada Mei 1958 salah seorang pilot pengebom kapal tanker Inggris San Flaviano yang berlabuh di Balik Papan. Sebuah kapal Indonesia Aquilla, dan kapal barang Italia Ambonia, kapal Yunani Armonia, dan kapal bebendera Panama Flying Lark. Orang-orang di wilayah tersebut mengetahui bahwa pesawat itu milik Amerika. Seorang awak kapal Flaviano yang selamat mengatakan “Jangan bohongi saya dengan mengatakan bahwa Amerika tidak terlibat dalam serangan-serangan tersebut” (Baskara T,Wardaya.2007.hal 117 dalam Time, May 12,1958 hal 33). 2.3.7 Penangkapan Allen Pope Ternyata pemberontakan itu tidak sesuai dengan rencana CIA. Saat itu CIA membantu para pemberontak dengan menngkatkan serangan di Maluku. Presiden Soekarno pun mencurigai adanya pihak ketiga yang ikut campur tapi tidak menyebutkan secara khusus. Dan apa yang dikatakan Bung Karno itu segera terbukti, kaerna saat melakukan pemberontakan itu sebuah pesawat pemberontak tertembak dan jatuh. Ketika pesawat ditembak pilot (Allen Lowrence Pope) dan ko-pilot sempat melompat dari pesawat dan selamat. Ketika dimintai tanggapan atas tertangkapnya pilot CIA itu, Dubes Amerika untuk Indonesia Howard P.Jones hanya bisa memberikan pernyatan standar. Ia ulangi saja kata-kata Presiden Eisenhower yang menyangkal keterlibatan AS. Dan menyadari tertangkapnya personel militer Amerika itu bisa dijadikan berita dunia. Pada kesempatan konferensi pers Pope di umumkan kepada Publik angkatan udara AS yang bekerja untuk institusi penerbangan milik CIA. Yang jelas pengungkapan identitas Pope menjadi kesempatan untuk menunjukan bahwa AS terlibat dan mendukung pemberontakan daerah. 2.3.8 CIA Menarik Diri Sebelum tertangkapnya Pope, Dubes Jones sudah mengusulkan agar Amerika menarik diri saja. Karena selama inin operasi-operasi itu telah menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk pihak-pihak yang sebenarnya bersimpati kepada para pemberontakan. Sebagaiman Dulles melapaorkan dan menenrangkan latar belakang usaha Amerika untuk mendukung dan mempengaruhi kalangan militer maupun sipil di Indonesia guna mengambil langkah untuk menghentikan kecenderungan negeri itu yang semakin berorientasi komunis. Sementara itu komunis para pemberontak mengalihkan kekuatan ke Sulawesi dan Maluku, namun disana dikalahkan oleh tentara pemerintah. Saat melakukan pemberontakan di Sulawesi sudah menampakan tanda-tanda menyerah dan melakukan negosiasi,namun Presiden Soekarno menolak. Semua itu terjadi dan membuat CIA kecewa dan harus mengevaluasi kembali operasi-operasinya untuk mendukung pemberontakan. Ditambah dengan tertangkapnya Allen Pope yang terbukti berkaitan dengan dinas rahasia itu. Pertengahan 1958 diam-diam CIA mulai menarik dukungannya. Sehingga kekuatan pemberontak semakin berkurang. Bersamaan dengan itu secara resmi diakhiri pula dukungan Pemerintahan Eisenhower terhadap pemberontakan di Indonesia. Seperti di tulis Audrey dan George Kahin, “Pada pertengahan 1958 Pemerintahan Eisenhower dipaksa untuk mengakui bahwa proyek campur tangannya di Indonesia telah gagal total” (Baskara T,Wardaya.2007.hal 131). Pelan tapi pasti pengakuan itu dilanjutkan dengan rencana untuk mengakhiri proyek yang tak berhasil itu. Sejak adanya rapat Departemen Luar Negeri AS bantuan untuk pemberontakan benar-benar telah dikurangi dan mulai mendukung pemerintah pusat di Jakarta. Perubahan atas kebijakan itu terjadi ketika Pemerintahan Eisenhower menggantungkan diri pada laporan-laporan dari kedutaan besar AS di Jakarta, dan bukan lagi pada CIA kelompok gugus tugas Inderdepartemen yang dipimpin mantan Dubes Hugh Cumming Jr.(Baskara T,Wardaya.2007.hal 132). Berkaitan dengan itu Washington baru menyadari bahwa militer di Indonesia tidak hanya non-komunis tapi juga anti-komunis. Sangat sulit dipungkiri pula bahwa memang Amerika ikut terlibat dalam pembunuhan massal yang berlangsung sejak akhir 1965. Dan semua itu terlihat begitu jelas dan tak mengherankan bahwa pada tahun 2001 lalu CIA dan Pemerintah Amerika bersusah payah menarik kembali publikasi sejumlah dokumen dalam serial Foreign Relations Of The United States yang berkaitan dengan semua itu. Namun, syukurlah pelarangan itu diumumkan sejumlah buku yang sempat terbit. Indikasi dari adanya keterlibatan dan intervensi Amerika Serikat di Irian Barat itu sendiri memiliki permasalahan yang cukup signifikan. Hal ini diawali dari adanya kepentingan serta kebijakan luar negeri Amerika Serikat itu sendiri di berbagai negara di Asia, temasuk Indonesia. Kemudian dengan adanya kemampuan dari Amerika Serikat dalam hal militer dan juga perekonomian itu sendiri memberikan kekuasaan terhadap negara-negara yang dianggapnya dapat diperoleh kerjasama baik secara bilateral maupun multilateral. Berbagai hubungan Amerika Serikat-Indonesia yang pada mulanya dilakukan oleh Amerika Serikat berawal dari adanya insiden antara awak kapal perang Potomac dengan penduduk Kuala Batu di Aceh. Kemudian berlanjut menjadi adanya indikasi keterlibatan Amerika Serikat dalam operasi Trikora yang menurut Amerika Serikat itu sendiri adalah upaya pribadi Soekarno yang merusak tatanan perdamaian dan kesejahteraan dunia yang kemudian dibentuknya opini dunia oleh Amerika Serikat itu sendiri. Kesinambungan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dengan masalah-masalah keamanan yang dilakukannya tersebut memiliki ciri yang bertentangan. Ciri khas politik Amerika Serikat itu sendiri memiliki kolaborasi yang seimbang antara memeilihara, melindungi, dan memperluas kepentingan Amerika Serikat itu sendiri di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tetapi peran politik yang paling penting dan realistik dalam kancahnya di Irian Barat adalah politik intervensionis. Di mana pada masa pasca Perang Dunia II, permasalahan Irian Barat itu sendiri diintervensi oleh Amerika Serikat melalui pemerintahan kepresidenan Harry S. Truman, Dwight D. Eisenhower, John Fitzgerald Kennedy dan sebagainya yang terpengaruh oleh kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang terpengaruh dari pemimpin-pemimpinnya tersebut. Dalam suatu pemerintahan liberal maupun kebijakan luar negeri yang dijalankan Amerika Serikat, terdapat peran kaum neokonservatif yang melakukan rekayasa sosial. Rekayasa sosial terbentuk dari sebuah gerakan dengan visi tertentu yang bertujuan untuk mempengaruhi perubahan sosial, tetapi dalam konteks social engineering (rekayasa sosial) yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat, adalah dengan melakukan penyebaran demokrasi terhadap negara-negara yang masih diktator. Dalam hal ini Soekarno dianggap sebagai seorang diktator yang menghalangi kepentingan Amerika Serikat di Indonesia khususnya Irian Barat pada masa pasca Perang Dingin tersebut. Keterlibatan Amerika Serikat itu sendiri tidak terlepas dari adanya peran Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia yang baru merdeka pada tahun 1945. Pengaruh-pengaruh Blok Timur di Indonesia mulai dikesampingkan oleh presiden Amerika Serikat pada saat itu yaitu Harry S. Truman di mana konflik kependudukan dan geografi Irian Barat itu sendiri berakar dari adanya kepentingan Amerika Serikat untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai bagian dari negara-negara penganut Blok Barat, tetapi dengan adanya peran Soekarno yang bersikap tegas dan tidak mudah untuk diatur, Amerika Serikat menggunakan kesempatan tersebut di mana pada saat itu Indonesia sedang melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan terhadap Belanda untuk membantu Belanda mengklaim Irian Barat sebagai daerah yang diklaim Belanda dalam jajahannya agara Indonesia tetap condong ke Blok Barat di bawah pengaruh Belanda. Bentuk lain dari Doktrin Truman yang berlaku di Eropa juga diaplikasikan dalam penolakan bantuan militer terhadap Indonesia dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Hal ini dikarenakan sikap Soekarno yang juga mendukung komunisme dalam masa Perang Dingin sehingga adanya indikasi bahwa tidak percayanya Amerika Serikat terhadap Indonesia untuk terus berada di Blok Barat. Sedangkan mempertahankan Irian Barat dianggap sebagai suatu sikap atau bentuk perlawanan terhadap imperialisme yang berkepanjangan antara negara-negara Blok Barat tersebut. Kembali ke pemikiran-pemikiran neokonservatif yang dimiliki oleh institusi-institusi Amerika Serikat itu sendiri, perlu diketahui bahwa demokrasi yang menjadi objek penyebaran pemerintah Amerika Serikat, dipercaya menjadi jawaban bagi keinginan masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik, dan demokrasi dipercaya oleh kaum neokonservatif sebagai hak-hak dasar manusia walaupun kaum neokonservatif sendiri mengabaikan nilai-nilai fungsi sipil yang kritis. Demokrasi juga disalahpahami sebagai suatu sistem yang menguntungkan sebuah negara karena dibebaskannya negara tersebut dari kediktatoran. Hal yang ingin ditekankan adalah kasus Irian Barat dalam pandangan Truman merupakan suatu bentuk kesempatan ataupun eksperimen untuk mempersatukan serta mengayomi pihak militer Indonesia untuk melepaskan diri dari pihak Indonesia. Berlanjut pada masa pemerintahan Dwight D. Eisenhower di mana adanya keterlibatan seorang agen CIA bernama Allen Pope yang dianggap memiliki peran penting dalam proses intervensi pemerintahan AS di Indonesia dan membuka peluang penting dalam menyibak kabut keterlibatan AS di Irian Barat. Pada tahun 1950 juga bentuk politik Amerika Serikat terhadap Indonesia memiliki beberapa faktor yang relevan dengan adanya permasalah baik di internal maupun eksternal Indonesia dan Amerika Serikat itu sendiri. Seperti tindakan-tindakan sensitive yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat karena adanya gerakan-gerakan yang menjurus kea rah komunisme Blok Timur, lalu pada waktu itu pemerintah Indonesia memperoleh dukungan yang luas dari rakyat beserta instrument-instrumen kenegaraannya yang luas sehingga adanya kecenderungan munculnya pengaruh yang memecah belah, lalu metode politik Indonesia yang tidak sesuai dengan demokrasi Amerika Serikat itu sendiri juga menjadi permasalahan lain dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat di Indonesia sendiri, kemudian adanya ketidaksenangan pihak Amerika Serikat karena akan adanya gerakan politik yang memperjuangkan Irian Barat (yang pada saat itu masih dijajah Belanda). Sehingga bantuan luar negeri yang Amerika Serikat berikan, tersangkut oleh adanya faktor-faktor tersebut. Lalu kemudian cara persuasif yang lebih halus dan tanpa penekanan dilakukan oleh John F. Kennedy dalam masa pemerintahannya terhadap Soekarno. Adanya pengeluaran biaya dalam pembelian alat-alat militer dan bantuan secara militer ditawarkan oleh Kennedy untuk aksi-aksi pembebasan Irian Barat dan berbagai permasalahan lainnya di Indonesia terhadap Soekarno. Hal ini memberikan jalan lain setelah terkuaknya kasus dugaan percobaan pembunuhan Soekarno, 3 Juni 1965. Setelah adanya pembebasan Allen Pope itu sendiri yang dimuat di New York Times, 23 Agustus 1962 “Indonesia Bebaskan Penerbang Amerika Orang yang dihukum seumur hidup dikembalikan ke Amerika Serikat secara rahasia Oleh Robert F. Whitney Khusus untuk New York Times WASHINGTON, 22 Agustus – Allen Lawrence Pope, penerbang Amerika Serikat yang menjalani hukuman seumur hidup dalam penjara di Indonesia, dibebaskan pada tanggal 2 Juli dan selama beberapa minggu sudah berada di Amerika Serikat….Menurut Reap, pilot itu dibebaskan sebagai bagian dari amnesti umum dan Amerika Serikat tidak memberikan konsesi untuk memperoleh pembebasannya….” Hal ini memberikan adanya perubahan pandangan pembebasan warga negara Amerika Serikat yang sebelumnya mendapatkan sanksi hukuman seumur hidup menjadi bebas tanpa syarat dan dikembalikan ke negaranya. Keterlibatan Amerika Serikat dalam berbagai perjuangan politik Indonesia pun terkuat melalui penangkapan Allen Pope sebagai agen CIA yang menyamar tersebut. Dalam Operasi Trikora yang disebut juga sebagai upaya yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Irian Barat. Hal ini terjadi terkait dengan nasionalisme yang ditekankan pada masa pemerintahan Soekarno sehingga pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Pembentukan berbagai komando dan penyelenggaraan operasi-operasi militer juga diberlakukan Soekarno dalam penanggulangan permasalahan di Irian Barat tersebut. Kepentingan awal yang mengakar pada masa Perang Dingin tersebut adalah adanya penyebaran demokrasi, Dari kasus-kasus yang sudah terjadi, kesuksesan penyebaran demokrasi memiliki tiga kerakteristik yang bisa dijadikan sebagai pembanding, yaitu: 1. Adanya inisiatif yang datang dari masyarakat yang bersangkutan. 2. Bentuk dukungan eksternal hanya bekerja di rezim semi-otoriter yang memerlukan tahap pemilihan serta adanya kebebasan bagi kelompok masyarakat sipil untuk berorganisasi. 3. Daya penerimaan kekuatan pro-demokrasi dari negara luar, sangat bergantung kepada sejarah spesifik masyarakat dan jenis dari nasionalisme penduduk setempat yang ada Peran Amerika Serikat dalam penyebaran demokrasi yang terjadi melalui dan melewati konflik yang terjadi di Irian Barat tersebut berkelanjutan dengan adanya desakan-desakan Amerika Serikat terhadap Belanda untuk terus melakukan perundingan-perundingan dengan pihak Indonesia. Sehingga untuk menghindari konfrontasi yang lebih lanjut, diadakanlah perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda di New York, yang dikenal dengan nama Perjanjian New York. Dalam hal inilah peran aktif dan langsung yang dimiliki oleh Amerika Serikat terhadap permasalahan Irian Barat terlihat jelas. Keterlibatan maupun intervensi Amerika Serikat dalam permasalahan Irian Barat tersebut tidak terlepas dari adanya peran Soekarno sebagai presiden yang memimpin pada masa perjuangan Irian Barat tersebut. Kemudian keterlibatan-keterlibatan Amerika Serikat terlihat jelas melalui adanya peran-peran CIA dan organisasi lainnya dalam proses intervensi politik Indonesia oleh Amerika Serikat sendiri termasuk permasalahan Irian Barat, serta berujung kepada permohonan pembebasan Allan Pope untuk kembali ke Amerika Serikat. Ketakutan Amerika Serikat terlihat di dalam cara penanganan-penanganan permasalahan Irian Barat yang memerlukan rekayasa-rekayasa sosial dalam hal militer dan juga ekonomi, walaupun mendapat perlawanan dari Soekarno itu sendiri. Permasalahan Irian Barat pun dianggap sebagai suatu kesempatan untuk memecah Indonesia untuk kembali di bawah jajahan Belanda sebagai bagian dari Blok Barat di masa Perang Dingin tersebut, di mana kebijakan presiden Amerika Serikat juga berperan di dalamnya pada masa itu. 2.4 Beberapa Intervensi Amerika terhadap Indonesia Intervensi politik Amerika pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia ditandai dengan sebuah perundingan diplomatik pertama antara Indonesia dan Belanda yang kemudian dinamakan perundingan Linggajati. Isi kesepakatan perundingan Linggajati adalah Belanda dan Indonesia membentuk negara federal dengan Republik Indonesia sebagai salah satu negara bagianya, Indonesia dan Belanda mendirikan uni Indonesia-Belanda, dan penyempitan wilayah Republik Indonesia menjadi Sumatera, Jawa, dan Madura. Bagi Indonesia hasil perundingan itu sangat mengecewakan, sedangkan bagi Belanda merupakan kemenangan awal sebelum sampai pada tujuan utamanya menguasai seluruh bagian bekas tanah jajahan Hindia Belanda. Menarik untuk diketahui bagaimana tanggapan AS akan hasil perundingan yang menguntungkan Belanda tersebut. Seorang Pejabat Menteri Luar Negeri Belanda, Dean G. Acheson, misalnya, mengutus konsulat jendral di Jakarta agar menyampaikan ucapan terimakasih AS sebesar-besarnya kepada Sukarno, Syahrir, dan van Mook atas keberhasilan ditandatanganinya perundingan tersebut. Situasi yang tak menentu dan ketegangan antara Belanda dan Indonesia membuat AS kembali menyusun strategi politik. Staf kedutaan AS di Indonesia menyatakan apabila Belanda menggunakan kekerasan senjata untuk memperbaiki keadaan yang sedang terjadi, maka para pejuangan Indonesia akan menggunakan taktik bumi hangus yang dapat; “membahayakan nyawa warga Amerika dan menghancurkan aset-aset Amerika.. [terutama aset milik] perusahaan tambang minyak Standard-Vacuum di ladang minyak yang terdapat di sebelah barat daya Pelembang”. Pernyataan itu menunjukan bahwa sedapat mungkin AS menjaga agar penyelesaian damai dapat terjadi sehingga kepentingan AS tidak terusik. Ketika ketegangan Indonesia-Belanda tak terbendung lagi, pada pertengahan awal tahun 1947 Belanda mengingkari kesepakatan Linggajati dengan mengerahkan kekuatan militernya untuk menyerang wilayah Republik. Menanggapi keadaan ini secara mengejutkan Amerika justru bersikap diam. Sikap politik ini menunjukan dukungan AS terhadap sekutu terdekatanya, Belanda. AS beranggapan bahwa dengan membiarkan Indonesia jatuh ke tangan Belanda, maka pengeluaran AS untuk program pemulihan pasca perang yang diberikan kepada Belanda bisa diminimalisir. Disamping itu, dukungan diam-diam AS juga dilatar belakangi oleh laporan mengada-ada pejabat Belanda yang menyakinkan AS mengenai tokoh kemerdekaan Indonesia yang disebut-sebut berhaluan komunis. Pada tanggal 8 Desember 1947 digelar perundingan kembali di atas kapal milik Angkatan Laut Amerika Serikat, Renville, di Teluk Jakarta. Perundingan itu menghasilkan kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan gencatan senjata. Namun, tak lama setelah itu pemerintah Indonesia dikejutkan oleh peristiwa Madiun 1948. Para tokoh oposisi dibawah naungan PKI yang mendirikan basis di kota Madiun melancarkan serangan terhadap pemerintah yang dinilai lemah menghadapi tekanan Belanda. Lebih jauh daripada itu, para pemimpin komunis ini melawan pemerintah pusat secara lebih keras dengan mengumumkan berdirinya negara soviet Madiun yang berarti melepaskan diri dari naungan pemerintahan Indonesia. Pada tanggal 30 September tahun itu, pemerintah Indonesia berhasil mematahkan pemberontakan kaum komunis. Prestasi Indonesia ini menjadi titik balik bagi pandangan AS atas pemerintah Indonesia yang sebelumnya dicurigai sebagai pemerintahan komunis. Akbatnya, pemerintah AS berubah haluan menjadi pendukung kemerdekaan Indonesia. Selain citra pemerintah Indonesia yang anti-komunis, dukungan AS dilandasi pula oleh sikap agresif militer Belanda yang tidak disenangi oleh dunia internasional. Karena semakin kuatnya tekanan internasional dan dalam negeri AS, pada 31 Maret 1949, Menteri Luar Negeri AS, Dean Acheson, memberitahu menteri luar negeri Belanda yang sedang berkunjung ke AS, Dirk Stikker, bahwa AS ingin melihat suatu penyelesaian yang cepat atas konflik Belanda-Indonesia. Akhirnya, ketika dibuka sebuah konferensi penyelesaian konflik di Den Hag Belanda (Konferensi Meja Bundar), Menteri Luar Negeri kepada delegasi AS menyampaikan harapah agar dapat dicapai kesepakatan bersama karena; “AS sangat berkepentingan dengan hasil akhir dari kontroversi [pertikaian] ini”. Seakan menandaskan bahwa kepentingan yang dimaksud adalah pencegahan “bahaya” komunis, Acheson menambahkan; “Kecuali bahwa suatu penyelesaian damai dengan baik, yang hingga batas-batas tertentu memberi ruang bagi aspirasi rakyat Indonesia, disepakati oleh kedua belah pihak, Asia Tenggara dan Indonesia akan lebih rentan terhadap ekspansi komunis”. Tanggal 27 Desember 1949, kesepakatan KMB Den Hag berhasil dicapai. Kemerdekaan Indonesia diakui dunia internasional, meskipun untuk sementara masalah Irian Barat tertangguhkan. Uraian di atas menunjukan perubahan politik AS setelah pemberotakan Madiun 1948. Jika sebelumnya AS mendukung penguasaan kembali Indonesia oleh Belanda, maka setelah bergulirnya perang dingin dan AS mengetahui bahwa pamerintah Sukarno adalah anti-komunis, AS secara implisit mendukung kemerdekaan Indonesia dengan cara mendesak Belanda agar segera menyelesaikan konflik secara damai. Meski demikian, perlu diingat bahwa tekanan AS tersebut tidak lepas dari kepentingan menjaga aset ekonomis dan melindungin Indonesia dari ekspansi komunis. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Keterlibatan Amerika dalam politik Indonesia sebenarnya telah dimulai tidak lama setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya. Keterlibatan ini terjadi ketika Indonesia dan Belanda melakukan negosiasi yang berkaitan dengan pengakuaan kemerdekaan dan kedaulatan serta penetapan batas-batas wilayah. Saat itu sebenarnya Indonesia dan Amerika sangat kuat menentang kolonialisme. Meskipun demikian, anti kolonialisme semakin diabaikan secara diam-diam di bawah pemerintahan presiden S.Truman (1945-1953) mendukung upaya pendudukan kembali Indonesia ini oleh pemerintah kolonial Belanda.(Baskara T.Wardaya.2007.hal 78-79) Ada beberapa alasan bagi posisi demikian: 4. Pertama, ketakutan akan komunisme. 5. Kedua, pentingnya Indonesia bagi kepentingan ekonomi Belanda. Indonesia yang kaya akan SDA telah menjadi sumber utama ekonomi Belanda. 6. Ketiga, kepentingan ekonomi Amerika. Ada sejumlah perusahaan Amerika yang kini beroperasi di Sumatra. Untuk beberapa saat ini, alasan diatas menjadi penentu bagi sikap AS terhadap Indonesia. Namun, akhirnya sikap itu berubah. Ada dua perubahan yang mendorng perubahan itu. Pertama, Keberhasilan Indonesia dalam mengatasi peristiwa Madiun 1948. Kedua, militer Belanda terhadap Indonesia dalam mengatasi agresi pertama (Juli-Agustus 1947) dan Agresi kedua (Desember 1948). Berdasarkan dua pertimbangan itu, banyak pejabat AS mulai meninjau kembalidukungan mereka terhadap Belanda dan mulai menunjukan dukungan tehadap Indonesia. Kemudian mereka menekan Menlu Dean Acheson yang selalu mendukung kepentingan Belanda. Acheson pun setuju bahwa AS membantu perundingan Indonesia-Belanda yang disponsori PBB yang disebut KMB yang diadakan di Den Haag pada 1949. Pada sidang KMB Indonesia dituntut untuk membayar utang kepada Belanda sebesar 1,3 Milyar Amerika, Sejak diakhirinya KMB hubungan Amerika-Indonesia membaik. Namun hal ini tak bertahan lama yang disebabkan Duta Besar Amerika pertama membujuk pemerintah Indonesia untuk meninggalkan prinsip Non-Bloknya dan memihak blok Barat. Namun pemerintah AS berbohong kepada pemerintah RI dalam bentuk bantuan ekonomi yang pemerintah RI tak sadar didalamnya telah menyetujui untuk memihak Blok Barat. DAFTAR PUSTAKA T. Wardaya,Baskara.2007.Bung Karno Menggugat!G30S.Yogyakarta;PT Buku Kita Ricklefs,M.C.2008.Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.Jakarta;Serambi http://votreesprit.wordpress.com/2012/01/01/terbongkarnya-jejak-cia-dibalik-sejarah-dan-pemberontakan-di-indonesia/ http://serbasejarah.wordpress.com/2011/03/20/cerita-amriki-di-prri-dan-cia-di-permesta/ http://warofweekly.blogspot.com/2011/03/inilah-yang-membuat-belanda-angkat-kaki.html http://yasirmaster.blogspot.com/2012/03/intervensi-amerika-serikat-dalam.html