PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) DALAM RANGKA MEMVISUALISASIKAN PEMBELAJARAN SEJARAH
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen
Pengampuh Dr. Suranto,
M.Pd
Oleh
EVIE
EKA YULIATI (120210302105)
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah bersedia membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah dengan judul “PENERAPAN METODE
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM RANGKA MEMVISUALISASIKAN
PEMBELAJARAN SEJARAH” dapat
berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Perencanaan, pelaksanaan dan
penyelesaian makalah sebagai salah satu tugas matakuliah Strategi
Belajar Mengajar.
Penulisan makalah ini berdasarkan
literatur yang ada. Penyusun menyadari akan kemampuan yang sangat terbatas
sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya. Namun, makalah yang
disajikan sedikit banyak bermanfaat bagi penyusun khususnya dan mahasiswa lain
pada umumnya.
Penyusun juga menyadari penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan hati terbuka penyusun
menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah tersebut.
Jember, Nopember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
BAB 1
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB 2
PEMBAHASAN ........................................................................... 3
2.1 Definisi Problem Based Learning (PBL) .............................................. 3
2.2
Alasan Model PBL Cocok diterapkan
dalam Pembelajaran Sejarah sehingga Peserta Didik dapat Memvisualisasikan
Sejarah...........................................................................
7
2.3 Langkah-langkah Pembelajaran dengan model PBL ............................ 8
2.4 Kelebihan Problem Based Learning (PBL)............................................
12
2.5 Kelemahan Problem Based Learning (PBL)..........................................
13
BAB III
PENUTUP .................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 14
3.2 Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................. 16
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu (Udin
S. W., 1997). Joyce, dkk. (2003) mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Oemar Hamalik (2003: 24) menjelaskan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk
kurikulum, merancang bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari
pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual dalam wujud suatu perencanaan pembelajaran yang melukiskan
prosedur yang sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di
kelas.
Istilah model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yakni: 1) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh para
pencipta, 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3)
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil, 4)
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
(Wina Sanjaya, 2006: 128).
Sintaks suatu model pembelajaran
menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh
serangkaian kegiatan pembelajaran (Nana S., 1989: 43).
Sintaks pembelajaran menunjukkan
dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa
dan tugas-tugas khusus yang dilakukan oleh siswa. Sintaks dari bermacam model
pembelajaran mempunyai komponen yang sama seperti diawali dengan menarik
perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran.
Demikian pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap menutup
pelajaran. Namun demikian ada perbedaan seperti perbedaan pengelolaan
lingkungan belajar, perbedaan peran siswa, perbedaan peran guru, perbedaan
ruang fisik dan perbedaan sistem sosial kelas. Perbedaan-perbedaan tersebut
harus dipahami oleh para guru dalam menerapkan model pembelajaran agar dapat
dilaksanakan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Bagaimanakah definisi model Pembelajaran Problem
Based Learning?
2)
Apa yang menjadi alasan menggunakan model
Pembelajaran Problem Based Learning agar peserta didik dapat
memvisualisasikan pembelajaran Sejarah?
3)
Bangaimanakah langkah-langkah Pembelajaran
menggunakan model Problem Based Learning?
4)
Apa kelebihan dari Pembelajaran Problem Based
Learning?
5)
Apa Kelemahan dari Pembelajaran Problem Based
Learning ?
1.3 Tujuan
1)
Untuk mengetahui definisi model Pembelajaran Problem
Based Learning
2)
Untuk mengetahui dan memahami alasan menggunakan
model Pembelajaran Problem Based Learning agar peserta didik dapat
memvisualisasikan pembelajaran Sejarah
3)
Untuk mengetahui langkah-langkah Pembelajaran
menggunakan model Problem Based Learning
4)
Untuk mengetahui kelebihan dari Pembelajaran Problem
Based Learning
5)
Untuk mengetahui Kelemahan dari Pembelajaran Problem
Based Learning
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Problem Based Learning
(PBL)
Model pembelajaran problem based learning (pembelajaran
berbasis masalah), awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh Barrows, Howard (1986) yang
kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan oleh Gallagher (1995). Problem based learning disetting
dalam bentuk pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dengan menggunakan
instruktur sebagai pelatihan metakognitif dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis kerja siswa.
Model pembelajaran problem based learning berlandaskan
pada psikologi kognitif,
sehingga fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan
siswa, melainkan kepada apa yang sedang mereka pikirkan pada saat mereka
melakukan kegiatan itu. Pada problem
based learning peran guru lebih berperan sebagai pembimbing dan
fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka
sendiri. Belajar berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian
John Dewey (Ibrahim, 2000). Pedagogi Jhon Dewey menganjurkan guru untuk
mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas yang berorientasi masalah dan
membentu mereka menyelidiki masalah-masalah tersebut.
Pembelajaran yang berdayaguna atau
berpusat pada masalah digerakkan oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki
secara pribadi situasii yang bermakna merupakan hubungan problem based learning dengan
psikologi Dewey. Selain Dewey, ahli psikologi Eropa Jean Piaget tokoh
pengembang konsep konstruktivisme telah memberikan dukungannya. Pandangan
konstruktivisme- kognitif yang didasari atas teori Piaget menyatakan bahwa
siswa dalam segala usianya secara aktif terlibat dalam proses perolehan
informasi dan membangun pengetahuannya sendiri (Ibrahim, 2000).
Komalasari (Bern dan
Erickson 2001 : 5) menjelaskan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning atau Pembelajaran
berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan
dari berbagai disiplin Ilmu
“Model problem
based learning (PBL) adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”
(Sanjaya, 2010: 214). Model problem based learning (PBL) dapat
diiplementasikan di lingkungan belajar yang konstruktivistik. Lingkungan
belajar konstruktivistik yang dimaksud antara lain: kasus-kasus berhubungan,
fleksibelitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools, pemodelan
yang dinamis, percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial dan
kontekstual
Adaptasi struktur problem based learning dalam
kelas-kelas sains dilakukan dengan menjamin penerapan beberapa komponen penting
dari sains. Empat penerapan esensial dari problem based learning adalah seperti diurutkan dalam Gallagher
et.al (1995) adalah:
1. Orientasi siswa pada masalah
Pada saat mulai pembelajaran, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap positif
terhadap pelajaran. Guru menyampaikan bahwa perlu adanya elaborasi tentang
hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan utama dari pembelajaran
adalah tidak untuk mempelajari sejumlah informasi baru, namun lebih kepada
bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadikan
pebelajar yang mandiri.
b. Permasalahan yang diselidiki
tidak memiliki jawaban mutlak ”benar”. Sebuah penyelesaian yang kompleks
memiliki banyak penyelesaian yang terkadang bertentangan.
c. Selama tahap penyelidikan dalam
pembelajaran, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi
dengan bimbingan guru.
d. Pada tahap analisis dan
penyelesaian masalah siswa didorong untuk menyampaikan idenya secara terbuka.
Guru perlu menyajikan masalah dengan
hati-hati dengan prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi.
Hal penting di sini adalah orientasi kepada situasi masalah menentukan tahap
untuk penyelidikan selanjutnya. Oleh karena itu pada tahap ini presentasi harus
menarik minat siswa dan menimbulkan rasa ingin tahu.
2. Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
Problem
based learning
membutuhkan keterampilan kolaborasi diantara siswa menurut mereka untuk
menyelidiki masalah secara bersama. Oleh karena itu mereka juga membutuhkan
bantuan untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas belajarnya.
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar kooperatif juga berlaku untuk mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok problem based
learning. Intinya di sini adalah guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang akan
dipecahkan.
3. Membantu penyelidikan siswa
Pada tahap ini guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan data-data atau melaksanakan eksperimen sampai mereka
betul-betul memahami dimensi dari masalah tersebut. Tujuannya agar siswa mengumpulkan
cukup informasi untuk membangun ide mereka sendiri. Siswa akan membutuhkan
untuk diajarkan bagaimana menjadi penyelidik yang aktif dan bagaimana
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang sedang dipelajari.
Setelah siswa mengumpulkan cukup
data mereka akan mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan
dan pemecahan. Selama tahap ini guru mendorong semua ide dan menerima
sepenuhnya ide tersebut.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Pada tahap ini guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang akan disajikan. Masing-masing
kelompok menyajikan hasil pemecahan masalah yang diperoleh dalam suatu diskusi.
Penyajian hasil karya ini dapat berupa laporan, poster maupun media-media yang
lain.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Tahap akhir ini meliputi aktivitas
yang dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
berpikir mereka sendiri dan disamping itu juga mengevaluasi keterampilan
penyelidikan dan keterampilan intelektual yang telah mereka gunakan.
Barrows (1996) dalam tulisannya yang
berjudul Problem Based Learning in
Medicine and Beyond juga mengemukakan beberapa karakteristik Problem Based Learning sebagai
berikut:
1. Proses pembelajaran bersifat Student Centered. Melalui bimbingan
tutor (guru), siswa harus bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya,
mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk memperoleh pemahahaman
yang lebih baik, mengelola permasalahan dan menentukan dimana mereka akan
memperoleh informasi (buku teks, jurnal, internet, dsb).
2. Proses pembelajaran pembelajaran
berlangsung pada kelompok kecil. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 5-8
orang. Anggota kelompok sebaiknya ditukar untuk setiap unit kurikulum. Kondisi
demikian akan memberikan kondisi praktis kepada siswa untuk bekerja dan belajar
secara lebih intensif dan efektif dalam variasi kelompok.
3. Guru berperan sebagai fasilitator
atau pembimbing. Dalam hal ini guru tidak berperan sebagai penceramah atau
pemberi faktual, namun berperan sebagai fasilitator. Guru tidak memberitahu
siswa tentang apa yang mereka harus pelajari atau baca. Siswa itu sendirilah
(secara berkelompok) yang mengidentifikasi dan menentukan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip apa yang harus mereka pelajari dan mereka pahami agar mampu
memecahkan masalah yang telah disajikan guru pada awal setting pembelajaran.
4. Permasalahan-permasalahan yang
disajikan dalam setting pembelajaran diorganisasi dalam bentuk dan fokus
tertentu dan merupakan stimulus pembelajaran.
5. Informasi baru diperoleh melalui
belajar secara mandiri (self directed
learning). Siswa diharapkan belajar dari dunia pengetahuan dan
mengakumulasikan keahliannya melalui belajar mandiri, serta dapat berbuat
seperti praktisi yang sesungguhnya. Selama proses belajar secara mandiri, siswa
bekerja bersama dalam kelompok, berdiskusi, melakukan komparasi, mereview serta
berdebat tentang apa yang sudah mereka pelajari.
6. Masalah merupakan wahana untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah klinik. Format permasalahan
hendaknya mempresentasikan permasalahan pasien sesuai dengan dunia realita.
Format permasalahan juga harus memberi kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, melakukan tes fisik, tes laboratorium dan
tuntutan lainnya.
2.2 Alasan Model PBL Cocok diterapkan dalam Pembelajaran
Sejarah sehingga Peserta Didik dapat Memvisualisasikan Sejarah.
Tujuan pembelajaran dirancang untuk
dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi
ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung
dalam mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks belajar kognitif sejumlah
tujuan yang terkait adalah belajar langsung dan mandiri, pengetahuan dan
pemecahan masalah. Sehingga untuk mencapai keberhasilan, para pebelajar harus
mengembangkan keahlian belajar dan mampu mengembangkan strategi dalam
mengidentifikasi dan menemukan permasalahan belajar, evaluasi dan juga belajar
dari berbagai sumber yang relevan.
Dalam hal ini ada dua hal yang harus
terpenuhi. Pertama, harus dapat
memunculkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang relevan dengan content domain yang dibahas. Kedua,
permasalahan hendaknya riil sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandang
antarsiswa. Ada tiga alasan kenapa permasalahan harus nyata (realistik). (1)
Siswa terkadang terbuka untuk meneliti semua dimensi dari permasalahan sehingga
dapat mengalami kesulitan dalam menciptakan suatu permasalahan yang luas dengan
informasi yang sesuai. (2) Permasalahan nyata cenderung untuk lebih melibatkan
siswa terhadap suatu konteks tentang kesamaan dengan permasalahan. (3) Siswa
segera ingin tahu hasil akhir dari penyelesaian masalahnya.
Pebelajar dilibatkan dalam
mempresentasikan permasalahan sehingga mereka merasa memiliki permasalahan tersebut.
Ada dua hal pokok dalam mempresentasikan permasalahan. Pertama, jika siswa dilibatkan dalam pemecahan masalah yang
autentik, maka mereka harus memiliki permasalahan tersebut. Kedua, adalah bahwa data yang
ditampilkan dalam presentasi permasalahan tidak menyoroti faktor-faktor utama
dalam masalah tersebut, namun dapat ditampilkan sebagai dasar pertanyaan
sehingga tidak menampilkan informasi kunci.
Dari beberapa alasan diatas maka
siswa dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah.
Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara
langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Sehingga siswa dapat
memvisualisasikan sejarah dengan mengembangkan dan memecahkan permasalahan yang
ada.
2.3 Langkah-langkah
Pembelajaran dengan model PBL
Langkah-langkah
model Problem Based Learning
(PBL),adalah:
1. Merumuskan
masalah, artinya siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis
masalah, artinya siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang.
3. Merumuskan
hipotesis, artinya siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan
data, artinya siswa mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
5. Pengujian
hipotesis, artinya siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan
penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah, artinya
siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian
hipotesis dan rumusan kesimpulan (John Dewey) dalam Sanjaya (2010: 217).
Langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam merancang program pengajaran yang berorientasi pada problem based learning sehingga
proses pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa (student centered) adalah sebagai berikut (Gallagher &
Stepien, 1995):
1)
Fokuskan permasalahan (problem)
sekitar pembelajaran konsep-konsep esensial yang strategis. Gunakan
permasalahan dan konsep untuk membantu siswa melakukan investigasi substansi
isi (content).
2)
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui
eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data yang diperlukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
3)
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka miliki yang
merupakan proses metakognisi.
4)
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-solusi yang
mereka kemukakan. Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi
atau dalam bentuk penyajian poster.
Prosedur dan tahapan pelaksanaan
proses pembelajaran problem based
learning adalah sebagai berikut (dimodifikasi dari Barrows and Myers,
1993).
PENDAHULUAN
- Penyampaian
tujuan pembelajaran
- Apersepsi
SETTING PERMASALAHAN
- Penyampaian
masalah
- Internalisasi
masalah oleh siswa
- Menggambarkan
hasil/performan yang diperlukan
- Pemberian
tugas-tugas meliputi (pengajuan hipotesis, pengumpulan fakta, mensintesa
informasi yang tersedia melalui kegiatan inkuiri, membuat catatan yang diperlukan,
merancang kegiatan/penyelidikan yang berkaitan upaya pemecahan masalah)
- Pemberian
alasan terhadap permasalahan
- Identifikasi
sumber-sumber pembelajaran
- Penjadwalan
tindak lanjut
PRESENTASI
- Penyajian
pemecahan masalah
- Diskusi
AKHIR KEGIATAN
- Memiliki
pengetahuan
- Penilaian
diri melalui hasil diskusi
Contoh langakah-langkah pembelajaran
Problem Based Learning dalam pembelajaran Sejarah yaitu:
Kompetensi Dasar
:
3.4 Menganalisis
persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan nasional di Indonesia
pada masa awal kebangkitan nasional, Sumpah Pemuda dan sesudahnya sampai dengan
Proklamasi Kemerdekaan.
4.4 Mengolah
informasi tentang persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan
nasional di Indonesia pada masa awal kebangkitan nasional, pada masa Sumpah
Pemuda, masa sesudahnya sampai dengan Proklamasi Kemerdekaan dan menyajikannya
dalam bentuk cerita sejarah.
Topik : Perang Melawan
Tirani
Tujuan : Menganalisis
perlawanan rakyat masa pendudukan Jepang
Alokasi Waktu : 1X pertemuan (2 JP)
Materi pelajaran
ini ada pada buku siswa Sejarah Indonesia kelas XI, Bab IV
Model dan
Langkah-langkah
Model :
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan :
Saintifik, dengan langkah-langkah: mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
KEGIATAN PENDAHULUAN (10 menit)
a.
Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa
b.
Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih
kondusifuntuk proses belajar mengajar.
c.
Guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuan serta
kompetensi yang dimiliki kepada siswa.
d.
Guru membagi kelas menjadi enam kelompok yaitu kelompok 1, 2,
3, 4, 5, dan 6
KEGIATAN INTI (70 menit)
a.
Siswa sudah berada di kelompok masing-masing
b.
Guru menunjukkan contoh gambar perlawanan melawan Pendudukan
Jepang di Indonesia.
c.
Siswa diminta untuk mengamati gambar tersebut.
d.
Siswa diminta bertanya terkait dengan beberapa gambar
tersebut
e.
Guru memberi komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yang
muncul dari siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik
ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat
Indonesia, bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan.
f.
Guru kemudian menjelaskan cara kerja masing-masing kelompok.
Kegiatan pembelajaran ini menggunakan pembelajaran Berbasis Masalah. Pertama,
setiap kelompok harus merumuskan masalah sesuai dengan materi masing-masing.
Kemudan mendeskripsikan masalah dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan
dijawab sesuai materi masing-masing. Masing-masing kelompok juga diminta
merumuskan hipotesis. Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang
akan dirumuskan.
Kelompok
1 memecahkan masalah terkait dengan perlawanan rakyat Aceh melawan Pendudukan
Jepang; kelompok 2 terkait perlawanan rakyat Singaparma; Kelompok 3 terkait
perlawanan rakyat Indramayu; Kelompok 4 tentang perlawanan rakyat Kalimantan;
Kelompok 5 terkai dengan perlawanan rakyat Papua atau Irian; Kelompok 6 terkait
dengan perlawanan Peta di Blitar.
g. Masing-masing kelompok dalam
mengerjakan dapat di kelas, serta dapat menggunakan fasilitas internet.
h. Setelah selesai, masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil rumusannya.
KEGIATAN PENUTUP
a. Guru memberikan ulasan singkat
tentang materi yang baru saja didiskusikan.
b. Guru menanyakan pada peserta didik
apakah sudah memahami materi tersebut.
c. Guru memberikan pertanyaan lisan
secara acak terhadap peserta didik unuk mendapatkan umpan balik atas
pembelajaran yang baru saja berlangsung. Misalnya:
1. Mengapa terjadi perlawanan rakyat
Singaparma terhadap Jepang?
2. Pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia kita kenal tokoh yang bernama Supriyadi, Bagaimanakah perannya dalam
melawan Jepng?
d. Sebagai Refleksi, Guru bersama-sama
siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta
menanyakan kepada siswa, manfaat yang diperoleh setelah mempelajari topik ini.
2.4
Kelebihan Pembelajaran Problem Based Learning
Sebagai model pembelajaran problem based learning disamping
memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan. Wina Sanjaya (2006: 218)
menyatakan keunggulan problem based
learning adalah:
- Pemecahan
masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
- Pemecahan
masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
- Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
- Pemecahan
masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
- Pemecahan
masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping juga
dapat mendorong untuk melakukan siendiri baik terhadap hasil maupun proses
belajarnya.
- Melalui
pemecahan masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran pada
dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang dimengerti oleh siswa
bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja.
- Pemecahan
masalah dipandang lebih mengasikkan dan disukai siswa.
- Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru.
- Pemecahan
masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang telah mereka miliki dalam dunia nyata.
- Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
11. Peserta didik memiliki keterampilan
penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa,
siswa dengan guru, siswa dengan siswa.
2.5
Kelemahan model Pembelajaran Problem
Based Learning
- Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan sehingga
masalah yang dipelajari sulit dipecahkan maka siswa akan merasa enggan
untuk mencoba.
- Keberhasilan
pembelajaran ini membutuhkan cukup banyak waktu.
- Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
- Memungkinkan
peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan
masalah.
- Memungkin
peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan informasi dalam
waktu singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu yang relatif lama.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan pembelajaran dirancang untuk
dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi
ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung
dalam mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks belajar kognitif sejumlah
tujuan yang terkait adalah belajar langsung dan mandiri, pengetahuan dan
pemecahan masalah. Sehingga untuk mencapai keberhasilan, para pebelajar harus
mengembangkan keahlian belajar dan mampu mengembangkan strategi dalam
mengidentifikasi dan menemukan permasalahan belajar, evaluasi dan juga belajar
dari berbagai sumber yang relevan.
Dalam hal ini ada dua hal yang harus
terpenuhi. Pertama, harus dapat
memunculkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang relevan dengan content domain yang dibahas. Kedua,
permasalahan hendaknya riil sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandang
antarsiswa. Ada tiga alasan kenapa permasalahan harus nyata (realistik). (1)
Siswa terkadang terbuka untuk meneliti semua dimensi dari permasalahan sehingga
dapat mengalami kesulitan dalam menciptakan suatu permasalahan yang luas dengan
informasi yang sesuai. (2) Permasalahan nyata cenderung untuk lebih melibatkan
siswa terhadap suatu konteks tentang kesamaan dengan permasalahan. (3) Siswa
segera ingin tahu hasil akhir dari penyelesaian masalahnya.
Pebelajar dilibatkan dalam
mempresentasikan permasalahan sehingga mereka merasa memiliki permasalahan
tersebut. Ada dua hal pokok dalam mempresentasikan permasalahan. Pertama, jika siswa dilibatkan dalam
pemecahan masalah yang autentik, maka mereka harus memiliki permasalahan
tersebut. Kedua, adalah bahwa
data yang ditampilkan dalam presentasi permasalahan tidak menyoroti
faktor-faktor utama dalam masalah tersebut, namun dapat ditampilkan sebagai
dasar pertanyaan sehingga tidak menampilkan informasi kunci.
Dari beberapa alasan diatas maka
siswa dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah.
Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara
langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Sehingga siswa dapat
memvisualisasikan sejarah dengan mengembangkan dan memecahkan permasalahan yang
ada
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problrm Based
Learning. Jakarta:
Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar