Kamis, 18 Desember 2014

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM RANGKA MEMVISUALISASIKAN PEMBELAJARAN SEJARAH

 







PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM RANGKA MEMVISUALISASIKAN PEMBELAJARAN SEJARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampuh Dr. Suranto, M.Pd





Oleh
EVIE EKA YULIATI (120210302105)
Kelas B





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014



KATA PENGANTAR


Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah bersedia membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah dengan judul “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM RANGKA MEMVISUALISASIKAN PEMBELAJARAN SEJARAH” dapat berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian makalah sebagai salah satu tugas matakuliah Strategi Belajar Mengajar.
Penulisan makalah ini berdasarkan literatur yang ada. Penyusun menyadari akan kemampuan yang sangat terbatas sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya. Namun, makalah yang disajikan sedikit banyak bermanfaat bagi penyusun khususnya dan mahasiswa lain pada umumnya.
Penyusun juga menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan hati terbuka penyusun menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah tersebut.


Jember, Nopember 2014



Penulis





DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................  i
Kata Pengantar ............................................................................................  ii
Daftar Isi .....................................................................................................  iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................  1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................  2
1.3 Tujuan ...................................................................................................  2
BAB 2 PEMBAHASAN ...........................................................................  3
2.1 Definisi Problem Based Learning (PBL) ..............................................  3
2.2 Alasan Model  PBL Cocok diterapkan dalam Pembelajaran Sejarah sehingga Peserta Didik dapat Memvisualisasikan Sejarah........................................................................... 7
2.3 Langkah-langkah Pembelajaran dengan model PBL ............................  8
2.4 Kelebihan Problem Based Learning (PBL)............................................ 12
2.5 Kelemahan Problem Based Learning (PBL).......................................... 13
BAB III PENUTUP ..................................................................................  14
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................  14
3.2 Saran .....................................................................................................  15
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................  16



BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu (Udin S. W., 1997). Joyce, dkk. (2003) mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas. Oemar Hamalik (2003: 24) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dalam wujud suatu perencanaan pembelajaran yang melukiskan prosedur yang sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas.
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni: 1) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh para pencipta, 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil, 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Wina Sanjaya, 2006: 128).
Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran (Nana S., 1989: 43).
Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa dan tugas-tugas khusus yang dilakukan oleh siswa. Sintaks dari bermacam model pembelajaran mempunyai komponen yang sama seperti diawali dengan menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Demikian pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap menutup pelajaran. Namun demikian ada perbedaan seperti perbedaan pengelolaan lingkungan belajar, perbedaan peran siswa, perbedaan peran guru, perbedaan ruang fisik dan perbedaan sistem sosial kelas. Perbedaan-perbedaan tersebut harus dipahami oleh para guru dalam menerapkan model pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah
1)      Bagaimanakah definisi model Pembelajaran Problem Based Learning? 
2)      Apa yang menjadi alasan menggunakan model  Pembelajaran Problem Based Learning  agar peserta didik dapat memvisualisasikan pembelajaran Sejarah?
3)      Bangaimanakah langkah-langkah Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning?
4)      Apa kelebihan dari Pembelajaran Problem Based Learning?
5)      Apa Kelemahan dari Pembelajaran Problem Based Learning ?

1.3 Tujuan
1)      Untuk mengetahui definisi model Pembelajaran Problem Based Learning  
2)      Untuk mengetahui dan memahami alasan menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning  agar peserta didik dapat memvisualisasikan pembelajaran Sejarah
3)      Untuk mengetahui langkah-langkah Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
4)      Untuk mengetahui kelebihan dari Pembelajaran Problem Based Learning
5)      Untuk mengetahui Kelemahan dari Pembelajaran Problem Based Learning  

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran problem based learning (pembelajaran berbasis masalah), awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh Barrows, Howard (1986) yang kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan oleh Gallagher (1995). Problem based learning disetting dalam bentuk pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dengan menggunakan instruktur sebagai pelatihan metakognitif dan diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa.
Model pembelajaran problem based learning berlandaskan pada psikologi kognitif, sehingga fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa, melainkan kepada apa yang sedang mereka pikirkan pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Pada problem based learning peran guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka sendiri. Belajar berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian John Dewey (Ibrahim, 2000). Pedagogi Jhon Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas yang berorientasi masalah dan membentu mereka menyelidiki masalah-masalah tersebut.
Pembelajaran yang berdayaguna atau berpusat pada masalah digerakkan oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasii yang bermakna merupakan hubungan problem based learning dengan psikologi Dewey. Selain Dewey, ahli psikologi Eropa Jean Piaget tokoh pengembang konsep konstruktivisme telah memberikan dukungannya. Pandangan konstruktivisme- kognitif yang didasari atas teori Piaget menyatakan bahwa siswa dalam segala usianya secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuannya sendiri (Ibrahim, 2000).
Komalasari (Bern dan Erickson 2001 : 5) menjelaskan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin Ilmu 
“Model problem based learning (PBL) adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah” (Sanjaya, 2010: 214). Model problem based learning (PBL) dapat diiplementasikan di lingkungan belajar yang konstruktivistik. Lingkungan belajar konstruktivistik yang dimaksud antara lain: kasus-kasus berhubungan, fleksibelitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial dan kontekstual 
Adaptasi struktur problem based learning dalam kelas-kelas sains dilakukan dengan menjamin penerapan beberapa komponen penting dari sains. Empat penerapan esensial dari problem based learning adalah seperti diurutkan dalam Gallagher et.al (1995) adalah:
1.      Orientasi siswa pada masalah
Pada saat mulai pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran. Guru menyampaikan bahwa perlu adanya elaborasi tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak untuk mempelajari sejumlah informasi baru, namun lebih kepada bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadikan pebelajar yang mandiri.
b. Permasalahan yang diselidiki tidak memiliki jawaban mutlak ”benar”. Sebuah penyelesaian yang kompleks memiliki banyak penyelesaian yang terkadang bertentangan.
c. Selama tahap penyelidikan dalam pembelajaran, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi dengan bimbingan guru.
d. Pada tahap analisis dan penyelesaian masalah siswa didorong untuk menyampaikan idenya secara terbuka.
Guru perlu menyajikan masalah dengan hati-hati dengan prosedur yang jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi. Hal penting di sini adalah orientasi kepada situasi masalah menentukan tahap untuk penyelidikan selanjutnya. Oleh karena itu pada tahap ini presentasi harus menarik minat siswa dan menimbulkan rasa ingin tahu.
2.      Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Problem based learning membutuhkan keterampilan kolaborasi diantara siswa menurut mereka untuk menyelidiki masalah secara bersama. Oleh karena itu mereka juga membutuhkan bantuan untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas belajarnya.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar kooperatif juga berlaku untuk mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok problem based learning. Intinya di sini adalah guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.
3.      Membantu penyelidikan siswa
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data-data atau melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-betul memahami dimensi dari masalah tersebut. Tujuannya agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk membangun ide mereka sendiri. Siswa akan membutuhkan untuk diajarkan bagaimana menjadi penyelidik yang aktif dan bagaimana menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang sedang dipelajari.
Setelah siswa mengumpulkan cukup data mereka akan mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan pemecahan. Selama tahap ini guru mendorong semua ide dan menerima sepenuhnya ide tersebut.
4.      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang akan disajikan. Masing-masing kelompok menyajikan hasil pemecahan masalah yang diperoleh dalam suatu diskusi. Penyajian hasil karya ini dapat berupa laporan, poster maupun media-media yang lain.
5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Tahap akhir ini meliputi aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan disamping itu juga mengevaluasi keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang telah mereka gunakan.
Barrows (1996) dalam tulisannya yang berjudul Problem Based Learning in Medicine and Beyond juga mengemukakan beberapa karakteristik Problem Based Learning sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran bersifat Student Centered. Melalui bimbingan tutor (guru), siswa harus bertanggung jawab atas pembelajaran dirinya, mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk memperoleh pemahahaman yang lebih baik, mengelola permasalahan dan menentukan dimana mereka akan memperoleh informasi (buku teks, jurnal, internet, dsb).
2. Proses pembelajaran pembelajaran berlangsung pada kelompok kecil. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 5-8 orang. Anggota kelompok sebaiknya ditukar untuk setiap unit kurikulum. Kondisi demikian akan memberikan kondisi praktis kepada siswa untuk bekerja dan belajar secara lebih intensif dan efektif dalam variasi kelompok.
3. Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Dalam hal ini guru tidak berperan sebagai penceramah atau pemberi faktual, namun berperan sebagai fasilitator. Guru tidak memberitahu siswa tentang apa yang mereka harus pelajari atau baca. Siswa itu sendirilah (secara berkelompok) yang mengidentifikasi dan menentukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip apa yang harus mereka pelajari dan mereka pahami agar mampu memecahkan masalah yang telah disajikan guru pada awal setting pembelajaran.
4. Permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam setting pembelajaran diorganisasi dalam bentuk dan fokus tertentu dan merupakan stimulus pembelajaran.
5. Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (self directed learning). Siswa diharapkan belajar dari dunia pengetahuan dan mengakumulasikan keahliannya melalui belajar mandiri, serta dapat berbuat seperti praktisi yang sesungguhnya. Selama proses belajar secara mandiri, siswa bekerja bersama dalam kelompok, berdiskusi, melakukan komparasi, mereview serta berdebat tentang apa yang sudah mereka pelajari.
6. Masalah merupakan wahana untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah klinik. Format permasalahan hendaknya mempresentasikan permasalahan pasien sesuai dengan dunia realita. Format permasalahan juga harus memberi kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien, melakukan tes fisik, tes laboratorium dan tuntutan lainnya.

2.2 Alasan Model  PBL Cocok diterapkan dalam Pembelajaran Sejarah sehingga Peserta Didik dapat Memvisualisasikan Sejarah.
Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks belajar kognitif sejumlah tujuan yang terkait adalah belajar langsung dan mandiri, pengetahuan dan pemecahan masalah. Sehingga untuk mencapai keberhasilan, para pebelajar harus mengembangkan keahlian belajar dan mampu mengembangkan strategi dalam mengidentifikasi dan menemukan permasalahan belajar, evaluasi dan juga belajar dari berbagai sumber yang relevan.
Dalam hal ini ada dua hal yang harus terpenuhi. Pertama, harus dapat memunculkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang relevan dengan content domain yang dibahas. Kedua, permasalahan hendaknya riil sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandang antarsiswa. Ada tiga alasan kenapa permasalahan harus nyata (realistik). (1) Siswa terkadang terbuka untuk meneliti semua dimensi dari permasalahan sehingga dapat mengalami kesulitan dalam menciptakan suatu permasalahan yang luas dengan informasi yang sesuai. (2) Permasalahan nyata cenderung untuk lebih melibatkan siswa terhadap suatu konteks tentang kesamaan dengan permasalahan. (3) Siswa segera ingin tahu hasil akhir dari penyelesaian masalahnya.
Pebelajar dilibatkan dalam mempresentasikan permasalahan sehingga mereka merasa memiliki permasalahan tersebut. Ada dua hal pokok dalam mempresentasikan permasalahan. Pertama, jika siswa dilibatkan dalam pemecahan masalah yang autentik, maka mereka harus memiliki permasalahan tersebut. Kedua, adalah bahwa data yang ditampilkan dalam presentasi permasalahan tidak menyoroti faktor-faktor utama dalam masalah tersebut, namun dapat ditampilkan sebagai dasar pertanyaan sehingga tidak menampilkan informasi kunci.
Dari beberapa alasan diatas maka siswa dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Sehingga siswa dapat memvisualisasikan sejarah dengan mengembangkan dan memecahkan permasalahan yang ada.

2.3 Langkah-langkah Pembelajaran dengan model PBL
Langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL),adalah:
1.       Merumuskan masalah, artinya siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2.       Menganalisis masalah, artinya siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3.       Merumuskan hipotesis, artinya siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4.       Mengumpulkan data, artinya siswa mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5.       Pengujian hipotesis, artinya siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6.       Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, artinya siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan  (John Dewey) dalam Sanjaya (2010: 217).
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang program pengajaran yang berorientasi pada problem based learning sehingga proses pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa (student centered) adalah sebagai berikut (Gallagher & Stepien, 1995):
1)      Fokuskan permasalahan (problem) sekitar pembelajaran konsep-konsep esensial yang strategis. Gunakan permasalahan dan konsep untuk membantu siswa melakukan investigasi substansi isi (content).
2)      Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
3)      Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka miliki yang merupakan proses metakognisi.
4)      Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-solusi yang mereka kemukakan. Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi atau dalam bentuk penyajian poster.
Prosedur dan tahapan pelaksanaan proses pembelajaran problem based learning adalah sebagai berikut (dimodifikasi dari Barrows and Myers, 1993).
PENDAHULUAN
  1. Penyampaian tujuan pembelajaran
  2. Apersepsi
SETTING PERMASALAHAN
  1. Penyampaian masalah
  2. Internalisasi masalah oleh siswa
  3. Menggambarkan hasil/performan yang diperlukan
  4. Pemberian tugas-tugas meliputi (pengajuan hipotesis, pengumpulan fakta, mensintesa informasi yang tersedia melalui kegiatan inkuiri, membuat catatan yang diperlukan, merancang kegiatan/penyelidikan yang berkaitan upaya pemecahan masalah)
  5. Pemberian alasan terhadap permasalahan
  6. Identifikasi sumber-sumber pembelajaran
  7. Penjadwalan tindak lanjut
PRESENTASI
  1. Penyajian pemecahan masalah
  2. Diskusi
AKHIR KEGIATAN
  1. Memiliki pengetahuan
  2. Penilaian diri melalui hasil diskusi
Contoh langakah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran Sejarah yaitu:
Kompetensi Dasar :
3.4 Menganalisis persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan nasional di Indonesia pada masa awal kebangkitan nasional, Sumpah Pemuda dan sesudahnya sampai dengan Proklamasi Kemerdekaan.
4.4 Mengolah informasi tentang persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan nasional di Indonesia pada masa awal kebangkitan nasional, pada masa Sumpah Pemuda, masa sesudahnya sampai dengan Proklamasi Kemerdekaan dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
Topik                           : Perang Melawan Tirani
Tujuan                         : Menganalisis perlawanan rakyat masa pendudukan Jepang
Alokasi Waktu            : 1X pertemuan (2 JP)
Materi pelajaran ini ada pada buku siswa Sejarah Indonesia kelas XI, Bab IV
Model dan Langkah-langkah
Model : Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan : Saintifik, dengan langkah-langkah: mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
KEGIATAN PENDAHULUAN (10 menit)
a.       Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa
b.      Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusifuntuk proses belajar mengajar.
c.       Guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuan serta kompetensi yang dimiliki kepada siswa.
d.      Guru membagi kelas menjadi enam kelompok yaitu kelompok 1, 2, 3, 4, 5, dan 6
KEGIATAN INTI (70 menit)
a.       Siswa sudah berada di kelompok masing-masing
b.      Guru menunjukkan contoh gambar perlawanan melawan Pendudukan Jepang di Indonesia.
c.       Siswa diminta untuk mengamati gambar tersebut.
d.      Siswa diminta bertanya terkait dengan beberapa gambar tersebut
e.       Guru memberi komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yang muncul dari siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat Indonesia, bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan.
f.       Guru kemudian menjelaskan cara kerja masing-masing kelompok. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan pembelajaran Berbasis Masalah. Pertama, setiap kelompok harus merumuskan masalah sesuai dengan materi masing-masing. Kemudan mendeskripsikan masalah dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab sesuai materi masing-masing. Masing-masing kelompok juga diminta merumuskan hipotesis. Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang akan dirumuskan.
Kelompok 1 memecahkan masalah terkait dengan perlawanan rakyat Aceh melawan Pendudukan Jepang; kelompok 2 terkait perlawanan rakyat Singaparma; Kelompok 3 terkait perlawanan rakyat Indramayu; Kelompok 4 tentang perlawanan rakyat Kalimantan; Kelompok 5 terkai dengan perlawanan rakyat Papua atau Irian; Kelompok 6 terkait dengan perlawanan Peta di Blitar.
g.      Masing-masing kelompok dalam mengerjakan dapat di kelas, serta dapat menggunakan fasilitas internet.
h.      Setelah selesai, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil rumusannya.
KEGIATAN PENUTUP
a.       Guru memberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja didiskusikan.
b.      Guru menanyakan pada peserta didik apakah sudah memahami materi tersebut.
c.       Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak terhadap peserta didik unuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran yang baru saja berlangsung. Misalnya:
1.      Mengapa terjadi perlawanan rakyat Singaparma terhadap Jepang?
2.      Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia kita kenal tokoh yang bernama Supriyadi, Bagaimanakah perannya dalam melawan Jepng?
d.      Sebagai Refleksi, Guru bersama-sama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada siswa, manfaat yang diperoleh setelah mempelajari topik ini.

2.4 Kelebihan Pembelajaran Problem Based Learning
Sebagai model pembelajaran problem based learning disamping memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan. Wina Sanjaya (2006: 218) menyatakan keunggulan problem based learning adalah:
  1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
  2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
  3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
  4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
  5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping juga dapat mendorong untuk melakukan siendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
  6. Melalui pemecahan masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja.
  7. Pemecahan masalah dipandang lebih mengasikkan dan disukai siswa.
  8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan pengetahuan baru.
  9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki dalam dunia nyata.
  10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
11.  Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa.

2.5 Kelemahan model Pembelajaran Problem Based Learning  
  1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan sehingga masalah yang dipelajari sulit dipecahkan maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba.
  2. Keberhasilan pembelajaran ini membutuhkan cukup banyak waktu.
  3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
  4. Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah.
  5. Memungkin peserta didik kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu yang relatif lama.





BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks belajar kognitif sejumlah tujuan yang terkait adalah belajar langsung dan mandiri, pengetahuan dan pemecahan masalah. Sehingga untuk mencapai keberhasilan, para pebelajar harus mengembangkan keahlian belajar dan mampu mengembangkan strategi dalam mengidentifikasi dan menemukan permasalahan belajar, evaluasi dan juga belajar dari berbagai sumber yang relevan.
Dalam hal ini ada dua hal yang harus terpenuhi. Pertama, harus dapat memunculkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang relevan dengan content domain yang dibahas. Kedua, permasalahan hendaknya riil sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandang antarsiswa. Ada tiga alasan kenapa permasalahan harus nyata (realistik). (1) Siswa terkadang terbuka untuk meneliti semua dimensi dari permasalahan sehingga dapat mengalami kesulitan dalam menciptakan suatu permasalahan yang luas dengan informasi yang sesuai. (2) Permasalahan nyata cenderung untuk lebih melibatkan siswa terhadap suatu konteks tentang kesamaan dengan permasalahan. (3) Siswa segera ingin tahu hasil akhir dari penyelesaian masalahnya.
Pebelajar dilibatkan dalam mempresentasikan permasalahan sehingga mereka merasa memiliki permasalahan tersebut. Ada dua hal pokok dalam mempresentasikan permasalahan. Pertama, jika siswa dilibatkan dalam pemecahan masalah yang autentik, maka mereka harus memiliki permasalahan tersebut. Kedua, adalah bahwa data yang ditampilkan dalam presentasi permasalahan tidak menyoroti faktor-faktor utama dalam masalah tersebut, namun dapat ditampilkan sebagai dasar pertanyaan sehingga tidak menampilkan informasi kunci.
Dari beberapa alasan diatas maka siswa dapat merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Sehingga siswa dapat memvisualisasikan sejarah dengan mengembangkan dan memecahkan permasalahan yang ada


DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problrm Based Learning. Jakarta: Kencana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar