Kamis, 18 Desember 2014

SEJARAH INTELEKTUAL "SOSIALISME-KOMUNISME"







SOSIALISME-KOMUNISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Intelektual
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd




Oleh
EVIE EKA YULIATI (120210302105)
Kelas B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014






BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Komunisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia.  Dalam komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis.  Logika secara ringkasnya perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil dengan melalui perjuangan partai.  Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank.  Perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro.
Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal pada individu.  Pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena itu seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata.  Komunisme memperkenalkan penggunaan sistem demokrasi keterwakilan yang dilakukan oleh elit-elit partai komunis, oleh karena itu sangat membatasi langsung demokrasi pada rakyat yang bukan merupakan anggota partai komunis, karenanya dalam paham komunisme tidak dikenal hak perorangan sebagaimana terdapat pada paham liberalisme.
Secara umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis, oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama, dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).
Sosialisme sebagai kekuatan besar baru lahir dalam revolusi industri yang muncul dalam gerakan protes.  Sebagai filsafat politik, ia timbul dengan melepaskan diri dari sistem ekonomi kapitalisme yang mendukung  liberalisme.  Kapitalisme abad 19 adalah eksploitasi kasar dan persaingan tanpa batas.  Ketidakpuasan dan pergolakan sosial yang ditimbulkan tercermin dalam golongan Sosialisme Utopis dan Marxisme.  Awal kemunculan sosialisme abad ke 19 dinamakan Sosialisme Utopis yaitu sosialisme yang didasarkan pandangan kemanusiaan (Ii umanitarianisme) dan meyakini kesempurnaan watak manusia.  Penganut paham ini bercita-cita menciptakan masyarakat sosialis dengan jalan damai tanpa kekerasan atau revolusi.  Kaum miskin (proletariat) sebagai kelompok tertindas merupakan kelas yang mengembangkan gerakan pembebasan dari ketertindasan ekonomi maupun pilitik.
Selanjutnya Sosialisme berkembang bahkan dengan dijadikannya sebagai sebuah ideology di dunia.  Menurut Hewitt (1992:45) bahwa elastisitas ideologi terlihat tidak hanya dalam koherensi atau sekalipun, tetapi dalam konteks hubungan sosial dan politik.  Ideologi merupakan relasi dan pengalaman atau kebutuhan yang memungkinkan bentuk-bentuk khusus dari akomodasi dan fleksibilitas.  Sifat dari Sosialisme yang bisa digunakan oleh siapapun dan pada kenyataannya penggeraknya adalah golongan buruh dan orang bawah, maka cepatlah pengaruh Sosialisme ini terhadap masyarakat di dunia.  Ini juga sebagai tanggapan akan Kapitalisme yang menciptakan kelas-kelas dalam masyarakat.  Sedangkan bisa dilihat bahwa Sosialisme memperjuangkan kelas masyarakat.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.      Bagaimanakah konsep dasar komunisme itu?
1.2.2.      Bagaimanakah perkembangan komunisme di Eropa?
1.2.3.      Bagaimanakah perkembangan komunisme di Indonesia?
1.2.4.      Bagaimanakah konsep dasar sosialisme?
1.2.5.      Bagaimanakah perkembangan sosialisme di Eropa?
1.2.6.      Bagaimanakah perkembangan sosialisme di Indonesia?
1.2.7.      Bagaimanakah pendapat penulis mengenai sosialisme?

1.3.Tujuan
1.3.1.      Untuk mengetahui konsep dasar komunisme
1.3.2.      Untuk mengetahui perkembangan komunisme di Eropa
1.3.3.      Untuk mengetahui perkembangan komunisme di Indonesia
1.3.4.      Untuk mengetahui konsep dasar sosialisme
1.3.5.      Untuk mengetahui perkembangan sosialisme di Eropa
1.3.6.      Untuk mengetahui perkembangan sosialisme di Indonesia
1.3.7.      Bagaimanakah pendapat penulis mengenai sosialisme?




BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Komunisme
Komunisme merupakan sebuah ideologi.  Penganut paham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.  Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi.  Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju masyarakat utopia.
Istilah komunisme sering dicampur adukkan dengan komunis internasional.  Komunisme atau Marxisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia.  Sedangkan komunis internasional merupakan racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme".
Dalam komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis.  Logika secara ringkasnya perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil dengan melalui perjuangan partai.  Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank.  Perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro.
Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal pada individu.  Pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena itu seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata.  Komunisme memperkenalkan penggunaan sistem demokrasi keterwakilan yang dilakukan oleh elit-elit partai komunis, oleh karena itu sangat membatasi langsung demokrasi pada rakyat yang bukan merupakan anggota partai komunis, karenanya dalam paham komunisme tidak dikenal hak perorangan sebagaimana terdapat pada paham liberalisme.
Secara umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis, oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama, dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).  Komunis internasional sebagai teori ideologi mulai diterapkan setelah meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917.  Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebar luaskan ke negara lain.  Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.
Komunis internasional merupakan teori yang disebutkan oleh Karl Marx.  Komunis internasional adalah gerakan kekuatan partai-partai komunis yang sejak Revolusi Oktober 1917 di bawah pimpinan W.I. Lenin menjadi kekuasaan politis dan ideologi internasional.  Komunisme berideologi bukan hanya marxisme, tetapi “marxisme-leninisme”. Artinya, marxisme menjadi salah satu komponen dalam sistem ideologis komunisme, sebagaimana dipersepsi Lenin (1870-1924).  Tambahan lenin pada marxisme adalah ajaran tentang perebutan kekuasaan oleh partai komunis “hal yang tak pernah dipikirkan oleh Karl Marx (1818-1883)”.  Ajaran Marx umum sifatnya, sementara Lenin bicara strategi dan taktik perjuangan proletariat pimpinan partai komunis.

2.2. Perkembangan Komunisme di Eropa
Kelahiran sebuah buku “Manifest Komunis” adalah tahap awal perkembangan paham komunis ke seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia.  Bersama dengan Engel, Marx mengarang buku tersebut sebagai pegangan para buruh dalam berjuang untuk mempercepat rubuhnya kapitalisme.  Secara singkat, pokok manifest dalam buku tersebut adalah Produksi ekonomi dan struktur masyarakat setiap masa yang dilahirkannya menjadi dasar sejarah politik dan sejarah penghidupan rohani pada masa itu.  Karena itu, sejarah tiap-tiap masyarakat sejak lenyapnya milik bersama atas tanah sampai sekarang adalah perjuangan kelas.  Pejuangan itu yang bentuknya berlainan dari masa ke masa adalah perjuangan nyata antara kelas yang dihisap dan kelas yang menghisap.  Perjuangan itu sudah sampai pada saat yang dinantikan bahwa kelas yang dihisap dan tertindas tidak dapat lagi membebaskan diri dari kelas yang menghisap dan menindas dengan tiada sekaligus memerdekakan seluruh masyarakat selamanya dari penghisapan, penindasan, dan perjuangan kelas (Hatta. 1972:4).
Pecahnya peristiwa Revolusi Rusia (Revolusi Bolsyhevik) pada bulan Oktober 1917 merupakan momen penting tumbuh kembangnya komunisme yang dimulai dari Soviet.  Semenjak kemenangan Stalin terhadap musuh utamanya (Trotsky) tahun 1929, komunisme seolah berada di puncak dunia.  Banyak pengikut paham ini tersebar di penjuru dunia semenjak Komitern pertama 1919.  Meskipun pengikut komunis mulai propaganda sejak munculnya hasil Komitern kedua (17 Juli–7 Agustus 1920) yang bertempat di Moskow.
Pokok-pokok gagasan Engels yang mensistemasikan pemikiran Marx menjadi Marxisme antara lain filsafat, sejarah dan politik.  Engels mensistemasikan filsafat Marx menjadi materialisme-dialektik yang mengandung materialisme, ‘materialisme dialektik’ menyatakan tiga (3) hal antara lain pengetahuan kita tidak menciptakan dunia itu yang kita lihat, melainkan mencermikan melalui panca-indera kita, tidak ada Tuhan dan materi itu abadi (artinya materialisme bersifat ateis), dalam manusia, badan manusia adalah primer, sedangkan roh adalah sekunder.  Kedua sebagai dialektika, materialisme dialektik juga menyatakan 3 hal atau 3 hukum pokok antara lain hukum persatuan dan perjuangan unsur-unsur yang bertentangan (dalam setiap benda terdapat dua segi yang berlawanan yaitu positif dan negatif, kanan dan kiri, atas dan bawah), hukum loncatan dialektik atau perubahan kuantitatif ke kualitatif (jika suatu benda dengan ketegangan didalamnya menjadi-jadi, maka akhirnya benda itu akan melompat ke suatu tahap kehidupan yang lebih tinggi secara hakiki, hukum negasi dari negasi apa yang dinegasi atau ditolak, tidak begitu saja ditiadakan, melainkan dipertahankan dan diangkat pada tingkatan yang lebih tinggi.
Selanjutnya adalah dalam hal sejarah yaitu interpretasi seputar materialisme historis.  Pada bagian ini, Engels memformulasikan suatu teori tentang interaksi timbal-balik yang sama halnya dengan interaksi timbal-balik pada partikel kimiawi.  Terakhir adalah dalam hal politik, Engels memperlihatkan kecenderungannya pada penekanan bahwa negara perlu dihancurkan.  Meskipun Engels sendiri pernah mengutarakan bahwa negara dalam bentuk republic merupakan “the ready political from for the future rule of the proletariat” (pada tahap-tahap awal setelah revolusi proletar, dalam batas-batas tertentu masih diperlukan).  Selanjutnya campur tangan kekuasaan dalam hubungan-hubungan sosial akan berhenti dengan sendirinya.  Pemerintahan atas dasar masyarakat akan diganti oleh administrasi yang akan memimpin langsung proses produksi.  Negara tidak diabolisi, melainkan akan maju dengan sendirinya.

2.3. Perkembangan Komunisme di Indonesia
Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan besar komunisme dunia.  Kelahiran PKI pada tahun 1920an adalah kelanjutan fase awal dominasi komunisme di negara tersebut, bahkan di Asia.  Tokoh komunis nasional seperti Tan Malaka misalnya.  Ia menjadi salah satu tokoh yang tak bisa dilupakan dalam perjuangan di berbagai negara seperti di Cina, Indonesia, Thailand dan Filipina.  Bukan seperti Vietnam yang memperebutkan kekuatan komunisme menjadi perang yang luar biasa.  Di Indonesia perubuhan komunisme juga terjadi dengan insiden berdarah dan dilanjutkan dengan pembantaian yang banyak menimbulkan korban jiwa.  Namun tidak berakhir disana, para tersangka pengikut komunisme juga diganjar eks-tapol oleh pemerintahan Orde Baru dan mendapatkan pembatasan dalam melakukan ikhtiar hidup mereka.
Era pra-Perang Kemerdekaan
Kelahiran Komunisme di Indonesia tak bisa dilepaskan dari hadirnya orang-orang buangan politik dari Belanda dan mahasiswa-mahasiswa lulusannya yang berpandangan kiri.  Beberapa di antaranya Sneevliet, Bregsma dan Tan Malaka yang masuk setelah Sarekat Islam (SI) Semarang sudah terbentuk.
Gerakan Komunis di Indonesia diawali di Surabaya, yakni di dalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang dikenal dengan nama VSTP.  Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang Eropa dan Indo Eropa saja, namun setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi juga banyak yang bergabung.  Salah satu anggota yang menjadi besar adalah Semaoen kemudian menjadi ketua SI Semarang.  Komunisme kemudian juga aktif di Semarang "Kota Merah" setelah menjadi basis PKI di era tersebut.  Hadirnya ISDV dan masuknya para pribumi berhaluan kiri ke dalam Sarekat Islam menjadikan komunis sebagai bagian cabangnya yang nantinya disebut sebagai "SI Merah".  ISDV sendiri sering menjadi salah satu organisasi yang bertanggung jawab atas banyaknya pemogokan buruh di Jawa.
Konflik antara SI Semarang (SI Merah) dengan SI pusat di Yogyakarta (SI Putih) mendorong diselenggarakannya kongres.  Atas usulan Haji Agus Salim yang disahkan oleh pusat SI, baik SI Merah maupun SI Putih menyepakati bahwa personel SI Merah keluar dari SI.  Mantan personel SI Merah kemudian bersama ISDV berganti nama menjadi PKI.
Kehancuran PKI fase awal bermula dengan adanya Persetujuan Prambanan yang memutuskan akan ada pemberontakan besar-besaran di seluruh Hindia-BelandaTan Malaka yang tidak setuju karena Komunisme di Indonesia kurang kuat mencoba menghentikan, namun para tokoh PKI lainnya tidak menggubris usulan tersebut, kecuali mereka yang ada di pihak Tan Malaka.  Pemberontakan terjadi pada tahun 1926-1927 yang berakhir dengan kekalahan PKI.  Para tokoh PKI menyalahkan Tan Malaka atas kegagalan tersebut, karena telah mencoba menghentikan pemberontakan dan mempengaruhi cabang-cabang PKI.
Era Perang Kemerdekaan
Gerakan PKI bangkit kembali pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia, diawali oleh kedatangan Muso secara misterius dari Uni Soviet ke Negara Republik (Saat itu masih beribu kota di Yogyakarta).  Sama seperti Soekarno dan tokoh pergerakan lain, Muso berpidato dengan lantang di Yogyakarta dengan pandangannya yang murni Komunisme.  Di Yogyakarta, Muso juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N. Aidit.  Muso dan pendukungnya kemudian menuju ke Madiun, di sana ia dikabarkan mendirikan Negara Indonesia sendiri yang berhalauan komunis.  Gerakan ini didukung oleh salah satu menteri Soekarno, Amir Syarifuddin.  Divisi Siliwangi akhirnya maju dan mengakhiri pemberontakan Muso ini.
Era pasca-Perang Kemerdekaan RI
Pasca Perang Kemerdekaan Indonesia tersebut, PKI menyusun kekuatannya kembali.  Didukung oleh Soekarno yang ingin menyatukan semua aspek masyarakat Indonesia saat itu, di mana antar ideologi menjadi musuh masing-masing, PKI menjadi salah satu kekuatan baru dalam politik Indonesia.  Ketegangan itu tidak hanya terjadi di tingkat atas saja, melainkan juga di tingkat bawah di mana tingkat ketegangan banyak terjadi antara tuan tanah dan para buruh tani.  Soekarno sendiri yang cenderung ke kiri, lebih dekat kepada PKI.  Terutama setelah Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959, politik luar negeri Indonesia semakin condong ke Blok Timur (Blok Komunis Uni Soviet).  Indonesia lebih banyak melakukan kerja sama dengan negara komunis seperti Uni Soviet, Kamboja, Vietnam, RRT, maupun Korea Utara.  Beberapa langkah-langkah politik luar negeri yang dianggap kekiri-kirian itu antara lain:
·      Presiden Soekarno menyampaikan pandangan politik dunia yang berlawanan dengan barat, yaitu OLDEFO (Old Established Forces) dan NEFO (New Emerging Forces)
·      Indonesia membentuk Poros Jakarta-Peking dan Poros Jakarta-Phnompenh-Hanoi-Peking-Pyongyang yang membuat Indonesia terkesan ada di pihak Blok Timur
·      Konfrontasi dengan Malaysia yang berujung dengan keluarnya Indonesia dari PBB
Di sisi lain, konflik dalam negeri semakin memanas dikarenakan krisis moneter, selain itu juga terdengar desas-desus bahwa PKI dan militer yang bermusuhan akan melakukan kudeta.  Militer mencurigai PKI, karena mengusulkan Angkatan Kelima (setelah AURI, ALRI, ADRI dan Kepolisian), sementara PKI mencurigai TNI hendak melakukan kudeta atas Presiden Soekarno yang sedang sakit, tepat saat ulang tahun TNI.  Kecurigaan satu dengan yang lain tersebut kemudian dipercaya menjadi sebab insiden yang dikenal sebagai Gerakan 30 September, namun beberapa ilmuwan menduga bahwa ini sebenarnya hanyalah konflik intern militer waktu itu.
Pasca Gerakan 30 September, terjadi pengambing hitaman kepada orang-orang komunis oleh pemerintah Orde Baru.  Terjadi "pembersihan" besar-besaran atas warga dan anggota keluarga yang dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya.  Diperkirakan antara limaratus ribu sampai duajuta jiwa meninggal di Jawa dan Bali setelah peristiwa Gerakan 30 September, para "tertuduh komunis" ini yang ditangkap kebanyakan dieksekusi tanpa proses pengadilan.  Sementara bagi "para tertuduh komunis" yang tetap hidup, setelah selesai masa hukuman baik di Pulau Buru atau di penjara, tetap diawasi dan dibatasi ruang geraknya dengan penamaan Eks Tapol.
Era pasca-Reformasi
Semenjak jatuhnya Presiden Soeharto, aktivitas kelompok-kelompok komunis, marxis dan haluan kiri lainnya mulai kembali aktif di lapangan politik Indonesia, walaupun secara hokum belum boleh mendirikan partai karena masih dilarang oleh pemerintah.











2.1. Konsep Dasar Sosialisme
Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis, social yang berarti kemasyarakatan.  Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar tahun 1830.  Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Sosialisme atau sosialis adalah sistem sosial dan ekonomi yang ditandai dengan kepemilikan sosial dari alat-alat produksi dan manajemen koperasi ekonomi serta teori politik dan gerakan yang mengarah pada pembentukan sistem tersebut.  "Kepemilikan sosial" bisa merujuk ke koperasi, kepemilikan umum, kepemilikan negara, kepemilikan warga ekuitas atau kombinasi dari semuanya.
Robert Own adalah orang pertama yang menggunakan kata sosialisme.  Dia dikenal sebagai pelopor sosialisme di Inggris.  Dia adalah seorang pengusaha kapas yang kaya raya yang mengawali kariernya dengan menjadi seorang penjaga toko.  Own mengusulkan kepada pemerintah untuk mengganti kompensasi mereka kepada para buruh miskin dengan membangunkan sebuah perkampungan yang layak yang dilengkapi dengan unit industri yang bisa mereka gunakan untuk memproduksi barang-barang kebutuhan sehari-hari mereka.  Unit kerja ini berguna untuk melatih para buruh lebih mandiri dan tidak bergantung pada kaum kapitalis yang menguasai perindustrian.  Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie Nouvelle.
Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
Sosialisme pada hakikatnya berasal dari gejolak dalam diri  manusia yang melahirkan kepercayaan bahwa segala penderitaan dan kemelaratan yang dihadapi harus diusahakan untuk melenyapkannya.  Seperti yang kita tahu, sosialisme yang muncul saat ini adalah buah dari reaksi terhadap liberalisme dan kapitalisme pada abad ke-19.  Saat itu di Eropa, khususnya Eropa barat muncul dua kelas baru, yaitu kelas Borjuis (orang kaya baru, pemilik modal) dan kelas buruh.  Kelas buruh ini walaupun mereka sudah bekerja keras tetapi tetap saja hidup dalam kemiskinan dan penderitaan akibat permainan kaum Borjuis yang hanya ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan nasib pekerja mereka.  Dengan keadaan seperti itu, para buruh berharap supaya nasib mereka diperbaiki dan dilindungi oleh undang-undang.
Gerakan sosialisme yang memperjuangkan nasib kaum buruh tersebut mula-mula dengan membentuk Sarekat Buruh yang dalam memperjuangkan nasib anggotanya sering mengajukan tuntutan bahkan mempelopori pemogokan.  Tetapi pada abad ke-18 sering tidak mendapat perhatian kaum liberal.  Dengan makin bertambahnya pabrik-pabrik (abad ke-29 dan abad ke-20) pengaruh buruh makin besar.  Mereka lalu mendirikan Partai Sosialis atau Partai Buruh.  Pada akhir abad ke-19, setiap negara mempunyai perundang-undangan tersendiri yang melindungi kaum pekerja.
Persamaan berbagai aliran sosialis di Eropa adalah cita-cita agar alat-alat produksi seperti pabrik, kapal, pertambangan dikuasai oleh badan-badan masyarakat.  Dengan cara demikian keuntungan yang diperoleh dapat merata.  Aliran sosialis hingga tahun 1848 disebut utopis, karena perjuangannya tidak berdasar pada kenyataan yang ada.  Tokoh-tokoh sosialis utopis yang terkenal adalah Thomas More, Richard Owen dan lain-lain.
Sesudah tahun 1848 (akhir abad ke-19), paham sosialis yang didasarkan pada ilmu pengetahuan lahir dipelopori oleh Karl Marx.  Ajarannya didasarkan pada apa yang disebut “historis materialisme”.  Intinya bahwa jalan sejarah ditentukan oleh material dan perkembangan sejarah umat manusia selalu ditandai dengan pertentangan golongan miskin dengan golongan kaya.  Pandangan Karl Marx mempengaruhi kaum buruh Eropa yang sangat menderita dari paham sosialis ini kemudian melahirkan paham Komunisme.
W. Surya Indra menyebutkan bahwa sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata.  George Lansbury, melalui bukunya My England, menyebutkan bahwa sosialisme berarti cinta kasih, kerjasama dan persaudaraan dalam setiap masalah kemanusiaan.  Pemikiran Lansbury tentang sosialisme ini tidak bisa dilepaskan dari kekuatan agama kristen yang telah mendarah daging di masyarakat Eropa.  Bagi masyarakat Eropa abad pertengahan, gereja adalah salah satu vasal yang amat kaya yang menguasai banyak harta dan tanah garapan.  Semua hasil dari kekayaan gereja ini digunakan untuk memakmurkan gereja dan umat yang bernaung dibawahnya sehingga gereja tidak memiliki musuh tetapi sekutu dan pengikut yang setia.
Tujuan Sosialisme adalah untuk mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan mengendalikan secara kolektif sarana-sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi kesejahteraan rakyat.  Prinsip pelaksanaannya sebagai berikut :
1.   Kebebasan individu / hak sipil dijamin dan dilindungi oleh pemerintah
2.   Jaminan keamanan ekonomi bagi semua warga melalui sistem kesejahteraan
3.   Mencapai kesamaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi dengan jalan peningkatan pendidikan, kebudayaan dan kebiasaan sosial
4.   Semua keputusan ekonomi, politik, pemerintahan dan sosial harus mendapat persetujuan para warga melalui partisipasi mereka dengan aktif
5.   Semua sarana yang melayani keperluan masyarakat umum ada ditangan negara
6.   Tujuan dicapai secara demokratis, berangsur-angsur, revolusioner, etis konstitusional, dan damai
7.   Membayar kompensasi kepada masyarakat dalam periode peralihan menuju masyarakat persemakmuran sosial

2.2. Perkembangan Sosialisme di Eropa
Sosialisme muncul akibat adanya perkembangan industrialisasi yang ada di Eropa.  Industrialisasi merupakan dampak dari adanya kebebasan individu dalam bidang ekonomi yang akhirnya melahirkan golongan kapitalis atau pemilik modal.  Setelah mendirikan industri, golongan kapitalis menjadi golongan yang menguasai bidang perekonomian dan mengadakan penindasan terhadap golongan buruh yang bekerja dalam sektor industri.  Golongan buruh ditekan dengan beban kerja yang berat, sementara gaji yang diterimanya cukup rendah serta tanpa ada jaminan dan perlindungan yang lainnya.  Oleh karena itu, golongan buruh akhirnya berontak mengadakan perlawanan untuk menuntut hak-hak dan perlindungan mereka dari golongan kapitalis.  Golongan buruh tersebut akhirnya membentuk suatu golongan dalam masyarakat.
Dalam masyarakat juga berkembang adanya suatu kelompok yang mementingkan kedudukan dan status golongan buruh, inilah yang disebut golongan sosialis.  Tokoh golongan sosialis di antaranya Robert Owen dari Inggris, Saint Simon dan Charles Fourier dari Prancis serta Karl Marx dari Jerman.
Perjuangan tokoh sosialisme yang sangat terkenal di seluruh dunia ialah perjuangan yang dilakukan oleh Karl Marx.  Perjuangannya dituangkan dalam buku yang berjudul das Capital.  Karl Marx menyatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan sejarah perjuangan kelas dan yang akan menang ialah golongan proletar, sehingga pada akhirnya terciptalah masyarakat tanpa kelas.  Lebih lanjut Karl Marx mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan langkah penentu menuju masyarakat sosialis yang akan mencapai pengembangan diri yang sempurna.
Hasil-hasil perjuangan golongan sosialis antara lain melahirkan :
·      Pembentukan partai buruh yang mewakili dan menampung aspirasi kaum buruh serta mengadakan perjanjian dan kesepakatan untuk melindungi nasib kaum buruh
·      Undang-undang Factory Act (Inggris, 1833) yang menetapkan bahwa : (1) anak-anak yang berusia di bawah 9 tahun tidak boleh dipekerjakan sebagai buruh di perusahaan; (2) anak-anak di atas 9 tahun hanya boleh bekerja selama sembilan jam sehari dengan 2 jam pendidikan yang harus dilaksanakan oleh pihak majikan.  Factory Act secara perlahan-lahan dapat memperbaiki nasib golongan buruh, terutama yang ada di Inggris
·      Poor law (Inggris, 1834) yang berisi tentang; (1) pendirian tempat tinggal bagi para pengemis dan penganggur yang hidup secara berkeliaran; (2) pendirian tempat-tempat rehabilitasi untuk pengemis dan pengangguran yang cacat dan sakit; (3) pemberian bantuan bagi kaum lanjut usia karena tidak lagi mampu bekerja.  Undang-undang ini dikeluarkan karena terjadinya gejolak sosial di Inggris sebagai dampak dari Revolusi Industri
Konsep dasar dari sosialisme sebenarnya telah dikembangkan oleh Plato dalam bukunya republikca.  Plato menggambarkan bahwa penguasa tidak mempunyai kekayaan pribadi, semua yang dimiliki negara baik itu hasil produksi maupun konsumsi dibagikan dengan rata ke semua rakyat yang ada di negara tersebut.  Kekuasaan yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat tergambar jelas dalam konsep Plato tersebut.  Bisa jadi konsep ini yang menjadi landasan dari pemikiran atas lahirnya paham sosialisme di Eropa kala itu.
Perkembangan paham sosialisme pada era-era selanjutnya mempunyai pola yang unik tergantung pada keadaan dimana paham itu berkembang.  Pada dasarnya sosialisme yang murni sosialisme dapat berkembang dengan baik di negara-negara dimana tradisi lembaga liberal berkembang dengan pesat dan memiliki pengaruh yang kuat.  Pendapat ini dikemukakan oleh Thomas Moore, seorang sosialis utopis, berdasarkan pengamatannya pada fenomena yang ada di negara-negara kapitalis di Eropa Barat.  Sedangkan sosialisme yang berkembang di negara yang tidak mempunyai tradisi liberal yang kuat, paham ini akan bermetamorfosa menjadi fasisme seperti yang terjadi di Italia.
Dalam perkembangannya, banyak jenis aliran sosialisme yang berkembang di seluruh dunia.  Namun pada umumnya  paham sosialisme yang berkembang itu masih mempunyai kesamaan dalam tuntutan mereka dalam hal kepemilikan dan kontrol bersama terhadap beberapa alat produksi tertentu yang dianggap menyangkut hajat hidup orang banyak.  Perbedaan dari paham-paham sosialisme yang ada biasanya menyangkut hal-hala dasar, seperti :
1.   Tingkat dan sejauh mana kepemilikan dan kontrol bersama terhadap kepemilikan itu dijalankan
2.   Doktrin ideologis dan filosofis yang menjadi dasar program-programnya
3.   Cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan mereka
Bangsa-bangsa demokrasi dalam Perang Dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia.  Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya.  Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan pertumbuhan buruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang lama.  Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen.  Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal.  Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis, terutama dari kelompok Febian berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi keinginan masyarakat.  Kemajuan yang dapat dicapai misalnya dalam bidang (1) pemerataan pendapatan (2) distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan.
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas.  Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum menjadi slogan-slogan umum.
2.3. Perkembangan Sosialisme di Indonesia
Munculnya paham sosialisme di Indonesia ini tidak lepas dari adanya golongan sosialis dari luar negeri dalam menancapkan sosialisme di negeri ini (dulu Hindia Belanda).  Diperkirakan sosialisme mulai berkembang di Indonesia ketika didirikan sebuah organisasi kaum sosialis yang dibangun tahun 1914 yaitu ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda (Dekker, 1993: 33).  Organisasi ini pada awalnya merupakan kumpulan dari kaum sosialis Belanda yang bekerja di Hindia-Belanda dan dibentuk atas kegelisahan seorang sosialis Belanda yang berhadapan dengan kondisi-kondisi sosial-politik Hindia Belanda saat itu, yaitu Sneevliet atau lengkapnya Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet.  Seneevliet adalah seorang aktivis buruh kereta api di negeri Belanda yang datang ke Indonesia untuk mencari pekerjaan (Lemhanas: 2005:208).  Kedatangannya ke Hindia Belanda tahun 1913 telah membawanya menjadi tonggak awal dari kemunculan ide-ide Sosialisme di Indonesia.
Gerakan sosialis yang dilakukan oleh Sneevliet ini sebenarnya juga dipengaruhi oleh keadaan yang ada di luar negeri seperti peristiwa di Rusia.  Menurut Baars (1991: 384) bahwa dalam artikel "Kemenangan", yang merupakan teriakan gembira dari Revolusi Rusia pada bulan Februari di surat kabar Hindia bulan Maret 1917, Henk Sneevliet, pemimpin kelompok kecil sosialis yang tersisa di Hindia Belanda menyebabkan proses politik besar pertama publik di koloni.  Atas dasar itulah membuat keinginan Sneevliet sebagai pejuang kelas di Hindia Belanda saat itu sangat ingin untuk melakukan hal yang sama.  Saat itu ISDV mengerti betul bahwa penjajahan Belanda di Indonesia dalam bentuk kolonialisme (pemerintahan Hindia Belanda) merupakan bagian langsung dari cara untuk mempertahankan Kapitalisme di Eropa dan Amerika (Imperialisme).
Tetapi mereka masih berbeda pandangan tentang apakah sudah saatnya untuk mempropagandakan ide-ide sosialisme dan mendorong kemerdekaan pada masyarakat Hindia Belanda.  Pihak yang lebih moderat yang di kemudian hari berpecah dengan ISDV lebih menekankan pada tugas-tugas kajian bagi kepentingan fraksi SDAP (Partai Sosial Demokrat Belanda) di parlemen Belanda.  Sneevliet akhirnya harus berkompromi, dimana selain mempropagandakan ide-ide sosialisme dan kajian-kajian bagi kepentingan SDAP, ISDV disepakati hanya berurusan dengan politik sebatas apa yang tidak dilarang oleh peraturan kolonial.  Namun demikian, dalam deklarasi prinsipnya ISDV telah memasukkan prinsip “perjuangan kelas” dan makna kemerdekaan dalam tujuan organisasinya, berbeda dari organisasi-organisasi pergerakan sebelumnya yang lebih menekankan segi kebangsaan (seperti Boedi Oetomo atau Indische Partij) atau keagamaan (seperti Serikat Islam).
Faksi Sneevliet juga mulai mempengaruhi organisasi-organisasi massa besar seperti Insulinde dan Serikat Islam.  Usaha ini dilakukan karena ISDV membutuhkan pengikut sosialis dari kalangan pribumi untuk tampil memimpin dan mengorganisasikan perjuangan rakyat, sebagai suatu hal yang sulit dilakukan oleh kaum sosialis berkebangsaan Belanda.  Hingga akhirnya Serikat Islam terbukti menjadi tempat yang subur bagi pertumbuhan pemikiran sosialis di kalangan pribumi dan menjadikan gerakan berbasis massa yang diharapkan Sneevliet mendapatkan sejarahnya di Indonesia.
Sedangkan disaat pandangan-pandangan sosialis telah mengalir deras dan meraih kepopuleran dalam tubuh SI khususnya cabang Semarang dan setelah peristiwa Revolusi Rusia 1917 yang tersiar ke pelosok dunia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dari yang berpandangan nasionalis sampai islam, dari Tjokroaminoto sampai Soekarno, mulai ikut bergabung untuk mempelajari karya-karya Marx dan Engels, khususnya yang berjudul Das Capital (Modal).  Pada saat itu dapat dikatakan tidak ada pemimpin pergerakan yang menolak tujuan-tujuan sosialisme secara umum (yang dianggap sebagai tujuan persamaan antara sesama manusia tanpa penindasan).
Pengusungan prinsip dan tujuan sosialisme kedalam sebuah partai politik akhirnya terjadi pada tahun 1920, yaitu hasil dari perubahan ISDV sendiri menjadi Partai Komunis Indonesia.  Dalam komposisi ISDV yang sudah banyak memiliki anggota dari kaum buruh dan pribumi, momentum pendirian partai bernama komunis didorong oleh dua hal.  Pertama, terbentuknya Internasional Komunis pada 1919 yang sekaligus mematenkan nama ‘komunis’ secara internasional untuk membedakan diri dari sosial-demokrat secara internasional yang berkhianat pada perjuangan kelas, lalu menggusarkan pemimpin ISDV atas nama ‘sosial-demokrasi’ yang disandangnya.  Kedua, fraksi yang lebih moderat dalam ISDV kemudian membentuk organ terpisah yang bernama ISDP.
Dilarangnya PKI tidak membuat pandangan-pandangan sosialisme sama sekali hilang dari dunia pergerakan.  Prinsip-prinsip kesetaraan antar bangsa, ras, agama, maupun kedudukan sosial (yang awalnya diterangi oleh Sosialisme), walau dijalankan dalam praktek politik yang berbeda-beda sekaligus membingungkan telah juga merasuk kedalam gerakan kemerdekaan nasional hingga terwujudnya di tahun 1945.  Saat itu kaum yang menamakan diri sebagai sosialis memang telah berpencar kedalam berbagai organisasi dan menerapkan strategi-taktik yang berbeda-beda pula dalam menyongsong kemerdekaan nasional.
Perkembangan cita-cita sosialisme Indonesia yaitu tentang pilihan paham untuk sosialisme Indonesia dijelaskan bahwa sosialisme Indonesia lahir karena kondisi sosial kemiskinan rakyat Indonesia.  Menurut Roeslan Abdulgani dalam bukunya Sosialisme Indonesia (1963) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh kaum sosial demokrat Belanda pada waktu itu juga ikut mempengaruhi perkembangan paham sosialisme di Indonesia.  Setelah itu tumbuh Partai Komunis Indonesia.  Upaya untuk membumikan sosialisme di Indonesia tidak bisa lepas dari membahas seputar basis masyarakat Islam di Indonesia sehingga lahirlah usaha-usaha untuk mensintesakan antara Islam dan Sosialisme itu.  Lahirnya Marhaenisme sebagai usaha mencari sintesis atas sosialisme Indonesia yang dilakukan oleh Soekarno.  Menurut Soekarno (2005: 4) bahwa seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat yang sedikit.  Bangsa kita yang puluhan juta jiwa yang sudah dimelaratkan, bekerja bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk dia.  Marhaenisme adalah sosialisme dalam praktek.
Untuk selanjutnya, harapan pemimpin bangsa Indonesia saat itu yaitu Soekarno, berharap bahwa Indonesia akan menjadi Sosialisme, mengingat bahwa paham ini memberikan keterbukaan akan asas kebersamaan dan kesetaraan.  Dalam Aning (2005: 206) disebutkan bahwa Soekarno mengatakan sebagai berikut : “Dalam tahap Nasional Demokratis ini, revolusi kita telah menjebol nekolim dan feodalisme untuk dapat menyelenggarakan tata kehidupan nasional yang demokratis.  Sekarang kita melangkah ke tahap selanjutnya .... Sosialisme Indonesia ”.
Bahkan guna memperkuat kedudukannya, maka Presiden Soekarno mengajarkan resopim (Revolusi, Sosialisme Indonesia dan Pimpinan Nasionalis) dalam pidato memperingati hari ulang tahun RI 17 Agustus 1961.  Sosialisme hanya dapat dicapai melalui revolusi yang dikendalikan oleh satu pimpinan nasional, yaitu PBR (Pemimpin Besar Revolusi).  Dengan demikian, maka seluruh pejabat termasuk pimpinan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara menuntut diberi pangkat menteri, sehingga kedudukannya di bawah presiden (Aning, 2005: 134).
Kemudian di era perkembangan perekonomian, sosialisme juga ikut mempengaruhi adanya pemikiran-pemikiran tentang ekonomi Indonesia, salah satunya adalah Moh.Hatta.  Menurut (Suleman, 2010: 130) aliran sosialisme demokrasi ini memiliki peranan yang penting dalam struktur pemikiran Hatta.  Dalam beberapa tulisan pentingnya, Hatta merujuk pada sosialisme Barat, khususnya prinsip peri kemanusiaan sebagai sumber pemikiran tentang demokrasi untuk Indonesia merdeka.  Tentu saja yang dimaksud Hatta dengan sosialisme Barat adalah paham sosialisme demokrasi, bukan sosialisme Marx (komunis) yang menghendaki perubahan secara kekerasan (kekerasan).  Perkenalan Hatta dengan paham sosialisme sudah berlangsung sejak tahun 1920.
Menurut Harsoyo dkk (2006: 12) bahwa Hatta selain menggunakan istilah kolektivisme, Hatta juga menggunkan istilah sosialisme untuk mengungkapkan hal yang sama tentang masyarakat yang ada dalam idealismenya.  Sungguh pun usaha ekonomi masih bisa dikelompokkan dalam tiga cabang besar yaitu produksi, distribusi dan konsumsi seperti halnya dalam masyarakat kapitalis, tetapi kelas manusia hilang dalam masyrakat sosialisme.  Dalam masyarakat sosialisme yang ada adalah pembagian fungsi pekerjaan.  Diilustrasikan oleh Hatta, dalam masyarakat sosialis pekerjaan saudagar tetap ada, tetapi saudagar yang mencari keuntungan hanya untuk dirinya sendiri sudah tidak ada lagi dalam masyarakat tersebut.  Tampak sekali dalam pemikiran Hatta, insentif moral begitu penting peranannya dalam masyarakat.  Insentif ekonomi yang berwujud keuntungan usaha tidaklah cukup.
Menurut pandangan Sri Edi Swasono (dalam Haryoso dkk, 2006: 12-13), sosialisme Indonesia menurut Hatta dicirikan oleh 3 hal antara lain :
1.   Sosialisme muncul karena golongan etik agama yang menghendaki adanya persaudaraan dan tolong-menolong antar sesama.  Rasa keadilan menggerakkan jiwa untuk berontak terhadap kesengsaraan hidup dan terhadap ketimpangan antara si kaya dan si miskin.  Visi kerajaan Allah dihadirkan dalam hidup masyarakat, supaya manusia hidup dalam suasana sayang menyayangi, persaudaraan dan bersikap adil.  Dengan demikian sosialisme di Indonesia tidak mendasarkaan pada pandangan materialisme dialektik dari Marxisme.
2.   Sosialisme Indonesia merupakan ekspresi dari jiwa berontak bangsa Indonesia yang memperoleh perlakuan yang sangat tidak adil dari penjajah.  Sosialisme tumbuh sekaligus menjiwai pergerakan menuju kemerdekaan Indonesia.
3.   Hatta yang kurang menerima pandangan Marxisme mencari sumber-sumber sosialisme dalam masyarakat Indonesia sendiri.  Hatta menegaskan bahwa dasar-dasar sosialisme Indonesia terdapat pada masyarakat desa yang kecil, yang bercorak kolektif, yang sedikit-sedikit banyaknya masih bertahan sampai sekarang.
Sebenarnya, dalam negara kita ini yang berdasarkan sosialisme tidak begitu sukar mencari dasar-dasar tempat membandingkan masalah-masalah detail yang merupakan berbagai kesulitan dalam cara melaksanakannya.  Pertama, ada pancasila yang menjadi pedoman pokok bagi kita untuk membangun negara dan masyarakat, yang sangat disesalkan sampai sekarang ialah bahwa Pancasila ini dalam kebanyakan hal hanya diamalkan sebagai lip-service saja, tidak ditanam di dalam jiwa (Isei, 2005: 128).
Undang-undang dasar negara kita sudah dari semulanya berdasarkan kolektivisme, bedasarkan sosialisme Indonesia.  Ketentuan-ketentuan ini menjadi pedoman pula bagi orang-orang atau badan politik yang menentukan politik perekonomian dan bagi pegawai pelaksana yang tugasnya mengerjakan.  Apabila dijalankan sungguh-sungguh, tujuan sosialisme yang terdekat akan tercaapai, yaitu rakyat Indonesia terlepas dari kesengsaraan hidup dan tiap-tiap orang terjamin penghidupannya.

2.4. Pendapat Penulis Mengenai Sosialisme (Setuju atau Tidak)
Penulis tidak setuju dengan system sosialisme ini, dengan alasan :
1.      Pertumbuhan ekonomi jadi rendah, karena lebih mementingkan pembangunan ke samping (pemerataan), bukan ke atas (pertumbuhan).  Imbasnya, pembangunan infrastruktur maupun struktur jadi lamban.  Iklim investasi lesu dan biasanya asing yang berkepentingan memojokkan dengan beragam isu dan kepentingan.  Contohnya negara sosialis amerika latin, seperti kuba dan venezuela.
2.      Kebebasan individu untuk melakukan kegiatan usaha dibatasi oleh pemerintah
3.      Pengelolaan yang terlalu di sentralisasi
4.      Birokrasi yang berbelit
5.      Kurangnya inisiatif yang dapat menggali ide-ide dan gagasan baru
6.      Kurang okomodatif terhadap perubahan
7.      Teori pertentangan kelas tidak berlaku umum
8.      Tidak ada kebebasan memilih pekerjaan (maka kreativitas masyarakat terhambat, produktivitas menurun, produksi dan perekonomian akan berhenti)
9.      Tidak ada insentive untuk kerja keras (maka tidak ada dorongan untuk bekerja lebih baik, prestasi dan produksi menurun, ekonomi mundur)
10.  Sulit melakukan transakasi
11.  Mengabaikan pendidikan moral




BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Komunisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis di seluruh dunia.  Dalam komunisme, perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi melalui peran Partai Komunis.  Sosialisme sebagai kekuatan besar baru lahir dalam revolusi industri yang muncul dalam gerakan protes.  Sebagai filsafat politik, ia timbul dengan melepaskan diri dari sistem ekonomi kapitalisme yang mendukung  liberalisme.
Pecahnya peristiwa Revolusi Rusia (Revolusi Bolsyhevik) pada bulan Oktober 1917 merupakan momen penting tumbuh kembangnya komunisme yang dimulai dari Soviet.  Semenjak kemenangan Stalin terhadap musuh utamanya (Trotsky) tahun 1929, komunisme seolah berada di puncak dunia.  Banyak pengikut paham ini tersebar di penjuru dunia semenjak Komitern pertama 1919.  Meskipun pengikut komunis mulai propaganda sejak munculnya hasil Komitern kedua (17 Juli–7 Agustus 1920) yang bertempat di Moskow.  Sosialisme muncul akibat adanya perkembangan industrialisasi yang ada di Eropa.  Industrialisasi merupakan dampak dari adanya kebebasan individu dalam bidang ekonomi yang akhirnya melahirkan golongan kapitalis atau pemilik modal.
Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan besar komunisme dunia.  Kelahiran PKI pada tahun 1920an adalah kelanjutan fase awal dominasi komunisme di negara tersebut, bahkan di Asia.  Tokoh komunis nasional seperti Tan Malaka misalnya.  Ia menjadi salah satu tokoh yang tak bisa dilupakan dalam perjuangan di berbagai negara seperti di Cina, Indonesia, Thailand dan FilipinaMunculnya paham sosialisme di Indonesia ini tidak lepas dari adanya golongan sosialis dari luar negeri dalam menancapkan sosialisme di negeri ini (dulu Hindia Belanda).  Diperkirakan sosialisme mulai berkembang di Indonesia ketika didirikan sebuah organisasi kaum sosialis yang dibangun tahun 1914 yaitu ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda (Dekker, 1993: 33). 





DAFTAR PUSTAKA

1.         Dr Firdaus Syam, M.A. 2007. Pemikiran Politik Barat. Jakarta. Bumi Aksara
7.         http://byhistoria2012.blogspot.com/2014/03/sosialisme.html
9.         http://blog.umy.ac.id/dhitaaryani/2011/11/10/makalah-sosialisme/
11.     http://id.wikipedia.org/wiki/Komunisme